Cantik-Cantik Kok Sial

Entah apa yang terjadi di hari esok, kata takut terus saja menghantui padahal detik ini tidak ada kejadian buruk yang menimpa kita. Namun, hati terus-terusan tidak tenang mengkhawatirkan peristiwa apalagi yang harus dihadapi nanti.

Safira terus mengatur napas agar tenang. Berulang kali memperbaiki posisi duduknya di dalam bus. Seharusnya dia bisa duduk nyaman sebab tidak berdesakan dan angin malam hari mendukung untuk menenangkan tubuhnya.

“Argh!”

Sudah tidak tahan lagi perasaan yang terus berkecamuk dalam hatinya perlahan menggerogoti mentalnya. Dia tidak ingin masalah yang datang membuatnya kehilangan jati diri. Dia harus melawan perasaan putus asa yang terus menyapanya.

Wanita dengan balutan busana kerja itu memilih berdiri berpegangan pada handle tangan di atas kepalanya. Dia menarik sudut bibirnya memaksa untuk tersenyum. “Halo semua, aku Safira Malena. Aku nggak bisa masak, tapi jago buat roti. Sekarang ekonomiku lagi susah, jadi jarang baking lagi. Walaupun jadi orang sial, aku berusaha bertahan biar publik speaking ku tetap lancar.”

“Ck! Nggak ada yang mau tau informasi seperti itu, Kak! Bisa diam nggak sih ganggu orang belajar aja!” protes gadis yang duduk di depannya itu memberikan tatapan tajam yang menusuk perasaannya.

Lantas Safira merasa bersalah. “Maaf, aku nggak tau ada kamu di situ.”

Gadis itu mendesis seolah tidak ingin mendengar balasan darinya. Safira mengulum bibir dan hendak berbalik, namun tiba-tiba saja bus yang mereka tumpangi mengerem mendadak sehingga kedua kaki Safira kehilangan keseimbangan.

“Kak!!”

Gadis itu berusaha menarik tangan Safira, begitu juga Safira yang berusaha mencari pegangan. Sayangnya tablet yang ada di genggaman tangan gadis itu lah yang bisa dia raih sehingga tablet itu ikut terlempar mengikuti tubuhnya yang jatuh.

Brak!!!

Tubuh mungilnya jatuh ke bawah menciptakan bunyi dentuman yang keras disusul barang jatuh yang membuat jantung keduanya hampir lompat dari tempatnya.

Secepat mungkin Safira melihat apa yang dia perbuat lagi, betapa kagetnya benda persegi panjang itu sudah terkapar di bawah sangat mengenaskan.

“Ip*d aku!”

‘Harga diriku lagi dan lagi kalah sama benda kecil yang bisa apa-apa. Di tempat kerja baik-baik aja, tapi sekarang kesialan terus menghampiriku,’ batin Safira dengan mata terpejam, tangannya mengusap sikutnya yang terasa nyeri.

Terdengar tangis dari gadis pemilik tablet yang sudah pecah belah di genggamannya. Dia terus memeriksa tabletnya berharap masih bisa menyala. Namun naas, nasi sudah jadi bubur.

“Tablet aku udah remuk, Kak! Nggak bisa hidup lagi. Nggak mau tau pokoknya Kakak harus ganti rugi!” desak gadis itu yang kini menghampiri Safira.

Safira langsung berkeringat dingin, dia tidak merasa bersalah sama sekali. “Aku juga korban, Dek! Kamu nggak lihat sikut aku lebam kayak gini?”

Gadis itu melihat Safira menggulung lengannya dan tampak jelas berwarna biru kehitaman di tangannya yang seputih susu itu. Namun, dia semakin nangis. “Terus aku pulangnya gimana? Kalau Mama sampai tau, aku dipukulin karena beli ip*d-nya mahal! Kakak kerja, kan? Pasti punya uang buat ganti rugi!”

“Enggak, Dek. Aku juga nggak punya uang sama sekali. Sebentar, biar aku protes sama supir busnya!”

“Kak! Kalau sampai Kakak nggak ganti rugi, ayahnya sahabatku polisi. Aku pasti minta bantuan sama dia biar tabletku yang Kakak rusak cepat-cepat diganti!”

Safira tertawa getir. “Kamu mengancam aku ke kantor polisi?”

“Iya! Aku masih pelajar, pasti mereka lebih percaya ucapanku!” balasnya penuh percaya diri sehingga Safira kalah telak.

Wanita cantik yang acak-acakan itu tidak punya pilihan lagi. “Tunggu di sini biar aku yang urus!”

Kaki Safira menghentak-hentak berjalan ke arah supir bus yang hendak turun itu. Emosinya meledak dan dia menarik tangan supir yang hendak turun. Safira menunjuk pria di depannya penuh amarah. “Bisa mengendari bus nggak sih? Bapak nggak tau apa yang terjadi di belakang, hah?”

“Bentar, ya, Neng—”

“Nggak bisa nunggu lagi, karena Bapak bawa bus nggak hati-hati, lihat tuh tablet penumpang di belakang rusak parah. Bapak harus ganti rugi!” teriak Safira dengan suara lantang yang menunjuk gadis tadi di belakang. Uratnya bagaikan hampir putus sehingga sang supir melihat keadaan belakang.

“Gimana, ya, Neng jelasinnya, masalah bukan saya yang salah. Lihat tuh mobil di depan sana yang berkendara sembarangan. Kalau saya yang ganti rugi jelas nggak mau.”

Lantas Safira menoleh mendapati mobil yang sangat dia kenal. Dia meneliti nomor platnya dan dugaannya tepat. Dengan cepat dia menuruni bus mencari pemilik mobil penuh kecemasan. “Mami!”

Teriakan dari Safira itu mengundang perhatian banyak orang. Seorang wanita bercelana pendek itu menengok ke belakang. Wajah paniknya berubah jadi tenang ketika gadis yang dia banggakan mengkhawatirkannya.

“Safira, aku di sini,” jawab wanita itu dengan lambaian tangan.

Safira mencari sumber suara, saat mata mereka bertemu, Safira berlari memeluknya. Pemilik diskotik itu menangkap tubuhnya dan mengusap pinggangnya.

“Kamu ada di dalam bus, ya? Nggak papa, kan?” Sang muncikari itu memijit kepalanya yang pening, tetapi dia tampil terbaik untuk terlihat baik-baik saja.

Safira memandang Mami angkatnya itu. Seperti diberi jalan satu-satunya. Dia terus bertemu dengannya bagaikan pahlawan. “Tadi, aku nggak sengaja merusak tablet orang, Mam! Padahal aku nggak ada maksud.”

“Iya, aku tau keadaan kamu.”

“Kamu bawa uang sekitar 10 juta? Sepertinya bisa kurang dari segitu. Kalau aku nggak ganti rugi, urusannya polisi,” terang Safira yang memberikan tatapan berkaca-kaca.

Sang muncikari itu juga kebingungan melebihi masalah yang diderita Safira. Dia memegang lengan Safira sangat erat. “Kebetulan aku nggak bawa uang sama sekali. Gimana kalau kita pulang dulu?”

“Tapi, Mami?” Safira melihat wajah Maminya itu yang pucat pasi dengan butiran bulir di keringatnya. “Kamu sakit?”

Wanita berambut merah itu menggeleng lemah. Dia melihat sekeliling dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing. “Kita pulang aja dulu.”

“Tablet orang itu...?” Safira melihat bus itu ketika Maminya menarik tangannya ke dalam mobil.

Genggaman tangan itu semakin kencang mau tidak mau Safira harus menurutinya. “Udah diam aja.”

Mulut Safira bungkam melihat wajah teduhnya berubah menjadi panik. “Nggak ada yang kamu sembunyikan dari aku, kan?”

Ada jeda obrolan di antara mereka. Tarikan napas dari pemilik diskotik itu mengakhiri kecemasannya. “Nggak ada.”

Mereka sempat hening kembali. Safira masih memikirkan tablet yang rusak lagi. Keuangannya benar-benar selalu diuji. Entah apa yang terjadi di masa depan, saat ini saja sudah membuatnya kelelahan.

“Aku mau menerima tawaran kamu.”

Kalimat yang dilontarkan Safira baru saja, membuat sang muncikari terkejut. Jelas dia tahu mengapa dia menerima tawarannya. “Kalau belum siap nggak usah main-main. Di sana hanya untuk orang-orang yang mau ambil resiko dan benar-benar siap menanggung semuanya sendiri.”

“Kamu nggak tau orang putus asa itu bisa mengubah keraguan jadi keyakinan?” tanya Safira menekan setiap kata sehingga perlahan sang muncikari itu tersenyum.

“Tau, makanya aku nggak mau kamu ambil tawaran itu karena terburu-buru.”

“Satu ... dua—”

Wanita itu langsung menyuruh Safira diam. “Baiklah itu mau kamu. Aku sama sekali nggak maksa.”

Bagaikan kabar baik karena masih ada jalan yang terbuka, Safira bersandar sambil tersenyum seolah kabar baik itu yang dia tunggu-tunggu. Namun, ada perasaan bersalah dalam dirinya.

‘Seharusnya, aku nggak perlu melakukan ini. Kalau suamiku kecewa dapat zonk itu salahnya datang terlalu lama!’

Terpopuler

Comments

watix14

watix14

apalagi ini, kasihan bgtt safira

2024-12-12

0

miyantoroo

miyantoroo

jangan dong, kamu harus mempertahan nya!

2024-12-09

0

miyantoroo

miyantoroo

hati hati aja, pasti ada apa apa

2024-12-09

0

lihat semua
Episodes
1 Ketika Manusia dan Penyihir Jatuh Cinta
2 Bulan Semerah Darah
3 Fantasi Penyihir Kolot
4 Kecantikan Malena Safira
5 Cantik-Cantik Kok Sial
6 Pertahanan Serangan Napsu
7 Tarik Ulur Wanita Terhormat
8 Wanita Ular Markas Kotor
9 Dunia Jahat Untuk Orang Sebatang Kara
10 Semua Aku Disalahkan
11 Bertanya-tanya Siapa Aku?
12 Menukar Kebahagiaan Demi Harta
13 Kesalahan Fatal Berujung Penyesalan
14 Selamat Tinggal Kebahagiaan
15 Pertemuan Kedua Benang Merah
16 Kemurnian Hati Wanita
17 Hari Di Mana Dunia Berhenti
18 Hidup Tanpa Hati
19 Antara Kejadian Tidak Terduga
20 Cinta Penyihir yang Kandas
21 Cinta Pertama Penyihir
22 Jadi Selingkuhan, Berakhir....
23 Hari Sial Ada di Kalender
24 Gerhana Langka Datang Lagi
25 Ciuman Maut
26 Berakhir Sudah
27 Sumpah Serapah
28 Calon Untuk Sang Cucu
29 Pesanan Rahasia Bar Penyihir
30 Hilang Arah, Bar Penyihir Tujuannya
31 Kontrak Kerja Sama Penyihir
32 Denah Lokasi Bar Penyihir
33 Tugas Asisten Penyihir
34 Pertukaran Memutar Waktu
35 Penyihir Itu Ramah
36 Wanita Pecinta Roti
37 Jangan Kabur Dariku
38 Maju Tak Gentar
39 Perdebatan Kecil
40 Jual Mahal
41 Memori Kenangan Indah Jadi Jaminan
42 Demi Anak Ku Korbankan Semua
43 Bencana Keberuntungan
44 Pertarungan Lidah Melawan Berpengalaman
45 Kamu Datang Saat Ku Panggil
46 Akhir Dari Bar Penyihir
47 Rahasia Terbongkar
48 Berebut Wanita Impian
49 Terima kasih Telah Memilih Ku
50 Identitas Safira
51 Ternyata Oh Ternyata
52 Terikat Kalung Nenek
53 Tergoda Pacar Sendiri
54 Seranjang di Rumah Orang
55 Berbincang Dengan Penyihir Senior
56 Masa Lalu Penyihir dan Manusia Saling Cinta
57 Sial Sebuah Kutukan
58 Kamu Hanya Untukku
59 Percobaan Melamar
60 Samuel Menggila
61 Pertarungan Sengit Penyihir Tanpa Sihir
62 Setelah Ribuan Tahun Lamanya
63 Keluarga Mama Penyihir
64 Pelaku Utama
65 Pemilik Kalung Sebenarnya
66 Mengubah Takdir
67 Belum Sempat Bahagia
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Ketika Manusia dan Penyihir Jatuh Cinta
2
Bulan Semerah Darah
3
Fantasi Penyihir Kolot
4
Kecantikan Malena Safira
5
Cantik-Cantik Kok Sial
6
Pertahanan Serangan Napsu
7
Tarik Ulur Wanita Terhormat
8
Wanita Ular Markas Kotor
9
Dunia Jahat Untuk Orang Sebatang Kara
10
Semua Aku Disalahkan
11
Bertanya-tanya Siapa Aku?
12
Menukar Kebahagiaan Demi Harta
13
Kesalahan Fatal Berujung Penyesalan
14
Selamat Tinggal Kebahagiaan
15
Pertemuan Kedua Benang Merah
16
Kemurnian Hati Wanita
17
Hari Di Mana Dunia Berhenti
18
Hidup Tanpa Hati
19
Antara Kejadian Tidak Terduga
20
Cinta Penyihir yang Kandas
21
Cinta Pertama Penyihir
22
Jadi Selingkuhan, Berakhir....
23
Hari Sial Ada di Kalender
24
Gerhana Langka Datang Lagi
25
Ciuman Maut
26
Berakhir Sudah
27
Sumpah Serapah
28
Calon Untuk Sang Cucu
29
Pesanan Rahasia Bar Penyihir
30
Hilang Arah, Bar Penyihir Tujuannya
31
Kontrak Kerja Sama Penyihir
32
Denah Lokasi Bar Penyihir
33
Tugas Asisten Penyihir
34
Pertukaran Memutar Waktu
35
Penyihir Itu Ramah
36
Wanita Pecinta Roti
37
Jangan Kabur Dariku
38
Maju Tak Gentar
39
Perdebatan Kecil
40
Jual Mahal
41
Memori Kenangan Indah Jadi Jaminan
42
Demi Anak Ku Korbankan Semua
43
Bencana Keberuntungan
44
Pertarungan Lidah Melawan Berpengalaman
45
Kamu Datang Saat Ku Panggil
46
Akhir Dari Bar Penyihir
47
Rahasia Terbongkar
48
Berebut Wanita Impian
49
Terima kasih Telah Memilih Ku
50
Identitas Safira
51
Ternyata Oh Ternyata
52
Terikat Kalung Nenek
53
Tergoda Pacar Sendiri
54
Seranjang di Rumah Orang
55
Berbincang Dengan Penyihir Senior
56
Masa Lalu Penyihir dan Manusia Saling Cinta
57
Sial Sebuah Kutukan
58
Kamu Hanya Untukku
59
Percobaan Melamar
60
Samuel Menggila
61
Pertarungan Sengit Penyihir Tanpa Sihir
62
Setelah Ribuan Tahun Lamanya
63
Keluarga Mama Penyihir
64
Pelaku Utama
65
Pemilik Kalung Sebenarnya
66
Mengubah Takdir
67
Belum Sempat Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!