Hirarki Dungeon

“Perkuat kuda-kudamu, genggam beliung itu dengan erat, dan ayunkan sekuat tenaga!” Wira tegas memberikan instruksi saat ia mengajari Kobold cara menggali dengan benar.

Meskipun merasa tidak membutuhkan pelatihan, terutama dari manusia aneh seperti Wira, tapi Kobold itu terpaksa patuh melakukan apa yang diperintahkan. Rasa takut akan dua makhluk buas yang mendampingi Wira membuatnya tak punya pilihan lain selain menurut.

(Sumba: aku tidak dianggap)

Kobold terus menggali seolah nyawanya bergantung pada setiap ayunan beliung itu. Sementara itu, Wira memperhatikannya dengan seksama.

Ia mengaktifkan kemampuan Rosasinsin untuk meningkatkan persepsi dan kinerja otaknya. Dengan itu, ia bisa memahami bahasa tubuh Kobold memahami setiap perkataannya meskipun komunikasi masih sepihak.

‘Kenapa Kobold ini begitu pendiam?’ pikir Wira heran. Ia berharap Kobold itu akan berbicara agar ia bisa mempelajari bahasa mereka. “Sepertinya aku harus mencari Kobold lain,” gumamnya pelan.

Ucapan itu membuat Kobold gemetar ketakutan, berpikir dirinya akan segera disingkirkan dengan kematian. Kabold pun terus menggali dengan putus asa.

Ding!

Suara logam menghantam keras terdengar. Kobold berhenti, lalu memeriksa hasil ayunannya. Matanya membelalak melihat batu mineral berwarna kekuningan yang tersembunyi di dinding.

“Gwaaak! Gwaaak!” Kobold itu melompat girang sambil mengangkat batu tersebut tinggi-tinggi. Namun, kegembiraannya mendadak pudar ketika tangan Wira terulur ke arahnya.

“Kerja bagus,” ujar Wira sambil tersenyum tipis. “Berikan aku batu itu.”

Ketakutan membayang di wajah Kobold. Ia teringat para Orc yang biasa mengambil paksa hasil kerja keras keluarganya, jika menolak maka mereka akan mendapatkan siksaan. Meski berat hati, ia menyerahkan batu itu kepada Wira karena tidak ingin mati.

Wira meneliti batu itu sejenak, matanya menyipit menilai kualitasnya. “Aku kira ini Hellstone, ternyata cuma Topaz.” Rasa antusiasnya lenyap, dan ia mengembalikan batu itu pada Kobold.

Kobold menatap batu di tangannya dengan bingung. Tidak pernah sekalipun para Orc mengembalikan barang yang sudah mereka ambil.

“Hei, apa yang kau tunggu?” suara Wira memecah kebingungan Kobold. “Cepat antar aku ke desamu!”

Kobold mengangguk cepat, rasa takut masih membayang di matanya. Namun dia mulai merasa jika manusia itu berbeda dengan para Orc.

***

Suara cambuk meletup tajam, memecah udara dengan brutal. Ujungnya mendarat keras di punggung seekor Troll bertubuh besar, meninggalkan luka baru yang melintang di atas luka-luka lama.

Troll itu meraung kesakitan, namun tak berani melawan. Dengan sisa tenaganya, ia mengangkat keranjang penuh batu tambang yang berat lalu menyeretnya menuju titik pengumpulan.

"Dasar pemalas! Cepat bergerak!" bentak seorang Orc bertubuh kekar, matanya berkilat penuh kebencian. Cambuknya siap diayunkan lagi jika ada yang berani melambat.

Area penambangan itu dihiasi pemandangan penuh derita. Para Kobold kecil dengan wajah lelah terus menggali batu dari dinding goa, tangan mereka gemetar memegang beliung.

Troll menjadi kuli angkut, mengangkut bebatuan dengan punggung mereka yang penuh luka. Sementara itu, para Orc bertindak sebagai pengawas kejam, hanya bisa berteriak, mengumpat, dan mencambuk. Mereka menikmati kekuasaan kecil mereka dengan sadis.

Dari balik bayangan goa, mata Wira menyala memperhatikan setiap Orc yang terus berteriak. Dengan teknik Rosasinsin. Matanya menelaah interaksi antara para monster, otaknya memproses bahasa tubuh dan perintah-perintah kasar yang dilontarkan para Orc.

Pengamatan yang ia lakukan membuatnya semakin memahami bahasa monster. ‘Ini seperti sistem Dungeon dalam game Paradox Realm,’ pikirnya sambil memijat dagu.

Sebagai pemain yang tak terhitung jumlahnya melakukan grinding di dungeon-dungeon bertema tambang, Wira mengenali pola hirarki tempat ini dengan baik.

Kobold, ras manusia kadal kecil yang bisa berjalan dengan dua kaki. jumlah mereka banyak, memiliki kecerdasan dasar, tapi terlalu lemah untuk memberontak. Mereka ditakdirkan menjadi penambang.

Troll, ras raksasa dengan tubuh rata-rata setinggi tiga meter, kuat secara fisik, tapi bodoh dan jumlahnya terbatas. Mereka dipaksa menjadi kuli kasar, mengangkut hasil tambang.

Orc, ras bertubuh kekar dengan kecerdasan layaknya manusia. Meskipun jumlah mereka sedikit dan tidak sekuat Troll, kecerdasan serta kekejaman membuat mereka menjadi penguasa di dalam Dungeon.

‘Dalam game, Orc biasanya memiliki pendukung yang lebih kuat di balik layar,’ Wira kembali mengingat detail-detail permainan Paradox Relm. 'Naga, Lich, atau kultus gelap sering menjadi dalang sebenarnya di balik kekuasaan Orc.'

Keadaan ini cukup membahayakan karena kekuatan dalang di belakang para Orc terkenal begitu kuat.

Namun, ketika ia membayangkan makhluk-makhluk itu merampas kekayaan dari tanah yang kini dianggapnya milik sendiri, kemarahan di dalam dirinya tidak bisa ditahan.

"Tidak akan kubiarkan mereka seenaknya menambang di goa milikku," suaranya nyaris seperti geraman. "Entah itu Orc, Naga, atau bahkan dewa sekalipun, mereka tidak berhak mengambil apa pun di tempat ini tanpa izin dariku!"

Ketiga peliharaannya menatap Wira dengan takjub. Mereka juga merasakan kemarahan majikan mereka dan siap bertindak.

Di samping mereka, Kobold yang menemani Wira hanya bisa menghela napas panjang, matanya dipenuhi ketakutan. Ia berpikir manusia ini gila, ingin menantang para Orc.

***

Suara langkah kaki kuda menggema di lorong goa, memantul di dinding batu yang lembap dan dipenuhi serbuk tambang. Para Orc mengernyit heran. Hewan seperti kuda seharusnya tidak mungkin berada di sini, apalagi di tempat yang dikuasai oleh monster buas.

Namun, kebingungan mereka berubah menjadi kewaspadaan ketika melihat seekor kuda berkulit hitam kelam dengan cula kristal berkilauan di dahinya muncul dari lorong yang menghubungkan ke pintu utama tambang. Sumba melangkah gagah, seolah setiap jengkal tanah ini miliknya.

Di atas punggung Sumba, seorang pemuda dengan mata tajam duduk tenang. Sorot matanya memindai setiap sudut area penggalian, penuh keyakinan dan ancaman tersembunyi. Di sisi kiri dan kanan Sumba, dua predator berjalan mendampinginya. Seekor macan kumbang setengah kambing dan seekor anjing astral dengan aura mengerikan.

Suasana mendadak sunyi. Hanya suara tetesan air yang terdengar dari langit-langit goa. Lalu, sebuah jeritan panik memecah keheningan. Seorang Kobold, gemetar ketakutan, menunjuk ke arah Wira sambil berteriak, "Penyusup!."

Kegemparan pun pecah. Para Orc mulai berteriak-teriak, mendorong dan menendang budak Kobold ke depan untuk menyerang Wira. Kobold yang malang itu maju dengan langkah ragu, memegang linggis yang bergetar di tangan mereka. Wajah mereka penuh ketakutan, bukan hanya pada Wira, tetapi juga pada kemungkinan hukuman dari para Orc jika mereka gagal.

Wira mendecak penuh rasa muak. "Tck, sungguh menjijikkan," gumamnya, melihat bagaimana Orc memperlakukan para budak mereka.

Di belakang barisan Kobold, seorang Orc dengan tubuh besar mengayunkan cambuknya. "Cepat habisi mereka, dasar sampah tak berguna!" Cambuk meledak di udara, memaksa para Kobold yang ketakutan untuk menyerang.

Namun, sebelum mereka bisa mendekat, Malika bergerak lebih dulu. Sang macan kumbang meraung keras, suaranya bergema hingga ke relung terdalam tambang. Efek raungan itu langsung menghentikan langkah para Kobold, membuat tubuh mereka membeku dalam ketakutan dan kebingungan.

Saat itu juga, Kinta menghilang dalam sekejap, tubuhnya menyatu dengan bayangan. Kemampuan *Spectre* miliknya diaktifkan. Seketika, ia muncul di belakang Orc yang memegang cambuk, matanya berkilat penuh kemarahan.

"Gyaaaa!" Jeritan nyaring menggema ketika Orc itu menyadari bahaya di belakangnya. Namun semuanya sudah terlambat. Dengan satu gerakan cepat, Kinta menancapkan taringnya ke leher Orc tersebut dan merobeknya tanpa ampun. Kepala Orc itu terputus, jatuh dengan keras di tanah dengan mata masih melotot ketakutan.

Darah segar menggenang di lantai tambang. Pemandangan itu membuat para Troll dan Kobold semakin ketakutan, tubuh mereka gemetar hebat. Mereka khawatir akan dibantai akibat kesalahan yang bukan mereka lakukan. Namun Wira tetap tak peduli. Baginya, ini adalah persoalan wilayah yang dilanggar dan keadilan yang harus ditegakkan.

Wira menarik napas panjang, lalu menatap para Orc yang tersisa dengan tajam. "Aku datang bukan untuk membantai kalian... kecuali kalian memaksaku. Bawa aku kepada pemimpin kalian," ucapnya tegas, suaranya bergema dengan lapisan energi Ki.

Para Orc saling berpandangan, ketakutan jelas terpancar di wajah mereka.

Episodes
1 Semaraksa
2 Sosok Aneh
3 Mundur
4 Demam
5 Goblin
6 Pelatihan Peliharaan
7 Satu-satunya Jawaban
8 Takut akan kehilangan
9 Latihan
10 Meninggalkan Basecamp
11 Beruang Tanah
12 Kesalahan Kecil
13 Kristal Monster
14 Golem
15 Berkembang dalam Pertarungan
16 Goa Tambang
17 Dungeon
18 Hirarki Dungeon
19 Orc King
20 Penjaga Terakhir
21 Ogre Dua Kepala
22 22. Item Drop
23 Layar Status
24 Perdagangan yang Menguntungkan
25 Dua Sosok Menyeramkan
26 Mempelajari Dasar Sihir
27 Badai yang Mereda
28 Berjualan
29 Pelatihan
30 Sarang Harpy
31 Harpy
32 32. World of Terror
33 Penaklukan
34 Rencana Masa Depan
35 Jamur Raksasa
36 Peningkatan
37 ROSO
38 Akhir dari Teror
39 Para Hyena
40 Pemuda Aneh
41 Kompensasi
42 Puncak Gunung
43 Naga Es
44 Transformasi
45 Wanita di Telepon
46 Meninggalkan Puncak Gunung
47 Statistik terbaru
48 Pelajaran Penting
49 Asisten Dungeon
50 Mengganti tipe Dungeon
51 Seorang Koki
52 Fallen Queen, Irena
53 Aroma Sedap
54 Chefulfu
55 Sistem Upeti
56 Pasukan Penaklukan
57 Pasukan Penaklukan 2
58 Lich
59 Hadiah Bonus
60 Logam Ajaib
61 World Class Item
62 Benih Titipan
63 Turun Gunung
64 Jalan menuju Desa
65 Geng Lentik
66 Desa Sikilsemar
67 Hadiah dari Keponakan
68 Ending arc 1 Semaraksa
69 Perpisahan
70 Pembegalan
71 Rumah
72 Sepupu
73 Bunga Es
74 Kill Him NOW!
75 Pembersihan Parasite
76 Tur guide
77 Tour Guide
78 Klarifikasi
79 Penculikan
80 Tamparan
81 SWF
82 Penyidik
83 Anak Baru
84 Semalam Dengannya
85 Awal Bencana
86 Alasan untuk membawanya pulang
87 Gerbang yang ditutup
88 Fakta yang berputar
89 Tawaran yang tidak bisa ditolak
90 Turun di tengah jalan
91 Evakuasi
92 Membangun benteng
93 Voidwalker
94 Job
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Semaraksa
2
Sosok Aneh
3
Mundur
4
Demam
5
Goblin
6
Pelatihan Peliharaan
7
Satu-satunya Jawaban
8
Takut akan kehilangan
9
Latihan
10
Meninggalkan Basecamp
11
Beruang Tanah
12
Kesalahan Kecil
13
Kristal Monster
14
Golem
15
Berkembang dalam Pertarungan
16
Goa Tambang
17
Dungeon
18
Hirarki Dungeon
19
Orc King
20
Penjaga Terakhir
21
Ogre Dua Kepala
22
22. Item Drop
23
Layar Status
24
Perdagangan yang Menguntungkan
25
Dua Sosok Menyeramkan
26
Mempelajari Dasar Sihir
27
Badai yang Mereda
28
Berjualan
29
Pelatihan
30
Sarang Harpy
31
Harpy
32
32. World of Terror
33
Penaklukan
34
Rencana Masa Depan
35
Jamur Raksasa
36
Peningkatan
37
ROSO
38
Akhir dari Teror
39
Para Hyena
40
Pemuda Aneh
41
Kompensasi
42
Puncak Gunung
43
Naga Es
44
Transformasi
45
Wanita di Telepon
46
Meninggalkan Puncak Gunung
47
Statistik terbaru
48
Pelajaran Penting
49
Asisten Dungeon
50
Mengganti tipe Dungeon
51
Seorang Koki
52
Fallen Queen, Irena
53
Aroma Sedap
54
Chefulfu
55
Sistem Upeti
56
Pasukan Penaklukan
57
Pasukan Penaklukan 2
58
Lich
59
Hadiah Bonus
60
Logam Ajaib
61
World Class Item
62
Benih Titipan
63
Turun Gunung
64
Jalan menuju Desa
65
Geng Lentik
66
Desa Sikilsemar
67
Hadiah dari Keponakan
68
Ending arc 1 Semaraksa
69
Perpisahan
70
Pembegalan
71
Rumah
72
Sepupu
73
Bunga Es
74
Kill Him NOW!
75
Pembersihan Parasite
76
Tur guide
77
Tour Guide
78
Klarifikasi
79
Penculikan
80
Tamparan
81
SWF
82
Penyidik
83
Anak Baru
84
Semalam Dengannya
85
Awal Bencana
86
Alasan untuk membawanya pulang
87
Gerbang yang ditutup
88
Fakta yang berputar
89
Tawaran yang tidak bisa ditolak
90
Turun di tengah jalan
91
Evakuasi
92
Membangun benteng
93
Voidwalker
94
Job

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!