Goa Tambang

Jeritan Wira menggema di udara ketika Sumba, kuda kesayangannya, menggigit kepalanya dengan penuh amarah. Pemuda itu hanya bisa meringis dan berulang kali meminta maaf.

"Maafkan aku, Sumba! Aku benar-benar tidak bisa menyerang hewan yang sedang dalam keadaan lemah!" Wira menjelaskan dengan panik. Meski kepalanya sedang berada di rahang seekor kuda yang marah, ia tidak merasakan apa pun, berkat lapisan Ki yang melindungi tubuhnya.

Namun, bau mulut Sumba hampir membunuhnya.

Sumba akhirnya melepaskan kepala Wira dengan mendengus kecewa, matanya terlihat redup dan murung karena gagal mendapatkan kristal kambing gunung yang diinginkannya. Melihat itu, Kinta hanya bisa menatap prihatin pada temannya.

"Tapi tenang saja, aku tidak pulang dengan tangan kosong!" seru Wira, mencoba menyemangati Sumba. Ia mengeluarkan sebuah kristal bercahaya dari sakunya. "Ini, kristal Golem Badak. Aku harap kristal ini bisa membantumu berevolusi..."

Belum selesai ia berbicara, Wira kembali menjerit keras. "GYAAAA!" Sumba langsung menerkam tangannya dan menggigit dengan penuh semangat, seolah-olah sudah menunggu momen itu sejak lama.

Sumba menelan kristal dengan lahap, lalu tubuhnya mulai memancarkan cahaya berkilauan. Ia terjatuh ke tanah, tertidur lelap, proses evolusinya telah dimulai.

Wira meringis sambil memegangi tangannya yang masih berdenyut nyeri. Air matanya hampir jatuh, tapi ia berusaha tegar. "Dasar kuda gila," gumamnya pelan. Kinta, yang melihat kejadian itu, mendekati Wira dan menjilati tangannya, seolah ingin menghiburnya.

Wira berterimakasih terhadap perhatian yang Kinta berikan. ia pun segera mengangkat Sumba yang tidur di tanah, lalu meletakkannya di grobak, tepat di samping macan kumbang yang masih dalam proses evolusi.

Namun tiba-tiba, sebuah masalah baru terlintas di benak Wira. Matanya seketika terbelalak. "Eh, tunggu... Kalau Sumba tertidur karena berevolusi, siapa yang akan menarik gerobak kita?!" Wira memandang Kinta dengan penuh harapan.

Kinta, yang kini berukuran lebih besar setelah menyelesaikan evolusinya, hanya menggelengkan kepala dengan santai, menolak tugas itu tanpa ragu.

Wira menghela napas panjang. "Baiklah, sepertinya ini tugasku sekarang." Dengan pasrah, ia mengambil alih tali kekang dan mulai menarik gerobak, sementara Kinta berjalan di sampingnya sebagai penjaga.

Perjalanan pun dilanjutkan. Sepanjang jalan, berbagai monster muncul menghadang, namun berkat kemampuan baru Kinta yang bisa memanggil mayat hidup, semua ancaman berhasil diatasi dengan mudah.

Wira hanya bisa mendesah sambil terus menarik gerobak, "akhirnya kita akan sampai. Aku tidak mengira perjalanan yang biasa hanya berlangsung selama empat jam, kini telah menghabiskan waktu seharian."

Wira menatap puncak gunung yang tertutupi salju, di dapat melihat sebuah goa di salah satu tebingnya. Itu adalah tambang yang dia tuju. "Tapi aku tidak mengira jika gunung Semaraksa akan ditutupi salju." Wira merasa salju di puncak gunung Semaraksa sangat tidak wajar karena berada di pulau Jawa.

"Ini adalah pertama kalinya hal seperti terjadi, apa karena pemanasan global yang semakin parah?." Wira memikirkan penyebab munculnya salju di puncak gunung Semaraksa. Tapi pada akhirnya dia menganggap itu adalah anomali lainnya yang terjadi di hutan aneh ini.

Udara semakin dingin saat dia mendaki ke atas, di belakang dia sudah menyelimuti kuda dan macan kumbang yang masih tertidur dengan kulit beruang tanah. Sedangkan dia sendiri membiarkan tubuhnya yang telanjang dada merasakan udara dingin, karena menganggapnya sebagai latihan.

***

Badai salju tiba-tiba menerjang, membuat perjalanan menuju goa tambang semakin sulit dan menantang. Angin menderu-deru, menusuk hingga ke tulang. Namun, Wira tidak gentar. Dengan telanjang dada, ia terus menarik gerobaknya, otot-ototnya menegang melawan angin. Gonggongan Kinta terdengar di belakangnya, seakan memberi semangat tanpa henti.

Setelah berjuang melewati badai, akhirnya Wira sampai ditujuan . Dengan napas tersengal, ia mengusap keringat yang membeku di dahinya. “Akhirnya kita sampai...” ucapnya penuh rasa syukur. Kinta menggonggong riang, seolah memberi selamat atas kerja keras Wira.

Wira tersenyum tipis, lalu mengusap kepala anjing setianya itu. Segera, ia mengambil perlengkapan dari gerobak dan mendirikan tenda di mulut goa untuk berlindung dari badai yang semakin ganas.

Setelah memastikan sirkulasi udara di dalam goa cukup baik, Wira menyalakan api unggun. Nyala api membara, membawa kehangatan ke dalam ruangan yang dingin membeku.

Aroma kayu terbakar mulai menyebar, dan Wira mempersiapkan daging beruang untuk makan siang. Kinta duduk di dekat api, matanya berbinar memandangi daging panggang dengan air liur yang menetes.

Melihat daging yang lebih banyak dari biasanya, Kinta tampak senang, yakin bahwa semua daging itu untuknya. Namun, tanpa sepengetahuan Kinta, Wira menyiapkan sebagiannya untuk tamu yang sebentar lagi akan bergabung.

Badai salju terus meraung di luar, namun kehangatan api unggun di dalam goa memberi rasa nyaman. Tiba-tiba, Kinta berdiri tegak. Sinar kebiruan di tubuhnya menyala terang, menunjukkan kewaspadaan.

“Tenang, Kinta. Dia bukan ancaman,” ujar Wira menenangkan anjingnya. Ia tahu salah satu binatang di gerobak telah bangun, yang jelas bukan Sumba, melainkan macan kumbang yang baru saja berevolusi.

Wira berbalik dan tersenyum ramah. “Kawan, kemarilah. Kau pasti kelaparan setelah melalui proses evolusi.” Suaranya lembut dan penuh ketulusan.

Macan kumbang itu berdiri diam, seolah mempertimbangkan ajakan Wira. Untuk sesaat, ia tampak ingin pergi, seakan tak ingin berhutang terlalu besar pada Wira yang telah menyelamatkan nyawanya dari Golem Badak.

Namun, ketika tatapannya melihat badai salju di luar. Menyadari ganasnya cuaca, ia akhirnya melangkah perlahan ke arah api unggun dan duduk bersebrangan dengan Wira dan Kinta.

Kinta menatap macan kumbang dengan tajam, sorot matanya penuh ketidaksukaan. Bulu-bulunya berdiri, mencerminkan kewaspadaan yang tidak menurun.

Wira tertawa kecil dan segera menutupi wajah Kinta dengan tangannya. “Jangan seperti itu pada tamu,” ujarnya sambil tersenyum, meminta Kinta untuk bersikap ramah.

Macan kumbang tetap tenang, seolah tak peduli dengan intimidasi itu. Tak lama kemudian, daging panggang akhirnya matang. Wira membagi daging dengan adil, satu untuk Kinta, satu untuk macan kumbang dan tiga untuk dirinya sendiri.

Kinta langsung menyantap bagiannya dengan lahap, giginya merobek daging dengan cepat. Sementara itu, macan kumbang awalnya ragu. Tapi setelah menggigit potongan pertama, ia mulai makan dengan tenang, menikmati setiap suapan.

Melihat Kinta dan macan kumbang menikmati masakan buatannya, Wira merasa bahagia. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba, instingnya bereaksi. Indra seismiknya menangkap getaran samar dari dalam goa.

Ada sesuatu yang bergerak, khawatir jika ada hewan buas atau anomali yang bersembunyi, Wira mencoba mencari tahu lebih banyak.

Wira menyipitkan mata, mencoba memastikan apa yang ia rasakan. Untuk menggali informasi lebih jauh, ia menyalurkan energi Ki ke telapak tangannya dan mengetuk lantai goa dengan lembut.

Guncangan kecil merambat ke seluruh struktur goa, begitu halus hingga Kinta dan macan kumbang tak menyadarinya. Namun bagi Wira, itu sudah cukup untuk memetakan isi goa seperti melihat peta tiga dimensi dalam pikirannya.

'Baiklah, mari kita lihat siapa yang bersembunyi di sini...'

Apa yang ia lihat di benaknya membuat kejutan yang sama sekali tidak diduga. “Sepuluh... dua puluh... seratus... seribu?!” Ia bergumam kaget. Tidak hanya jumlahnya yang mencengangkan, tapi juga keragaman mereka. Ada berbagai binatang yang telah berevolusi, monster, dan anomali lain yang menghuni bagian terdalam goa.

‘Ini bukan goa biasa lagi… Ini sudah jadi labirin penuh makhluk berbahaya,’ pikirnya.

Padahal, dulunya goa ini hanyalah tambang kecil yang ia gali sendiri untuk mencari batu bara. Kedalamannya hanya sekitar lima ratus meter. Namun sekarang, goa itu telah berubah drastis. Terowongan bercabang ke segala arah, membentuk jaringan rumit seperti sarang bawah tanah.

Semua perubahan ini akibat penghuni ilegal, makhluk-makhluk yang entah dari mana datangnya, kini berdiam di sana tanpa izin. Wira mengepalkan tangannya, ekspresinya berubah serius.

Wira tiba-tiba berdiri lalu berteriak, “Beraninya kalian tinggal di tempatku tanpa izin!." Kinta dan macan kumbang terkejut mendengarnya. "Aku akan memastikan kalian membayar tiap detik yang kalian habiskan di dalam goa milikku!." Senyum jahat merekah dibibir nya.

Episodes
1 Semaraksa
2 Sosok Aneh
3 Mundur
4 Demam
5 Goblin
6 Pelatihan Peliharaan
7 Satu-satunya Jawaban
8 Takut akan kehilangan
9 Latihan
10 Meninggalkan Basecamp
11 Beruang Tanah
12 Kesalahan Kecil
13 Kristal Monster
14 Golem
15 Berkembang dalam Pertarungan
16 Goa Tambang
17 Dungeon
18 Hirarki Dungeon
19 Orc King
20 Penjaga Terakhir
21 Ogre Dua Kepala
22 22. Item Drop
23 Layar Status
24 Perdagangan yang Menguntungkan
25 Dua Sosok Menyeramkan
26 Mempelajari Dasar Sihir
27 Badai yang Mereda
28 Berjualan
29 Pelatihan
30 Sarang Harpy
31 Harpy
32 32. World of Terror
33 Penaklukan
34 Rencana Masa Depan
35 Jamur Raksasa
36 Peningkatan
37 ROSO
38 Akhir dari Teror
39 Para Hyena
40 Pemuda Aneh
41 Kompensasi
42 Puncak Gunung
43 Naga Es
44 Transformasi
45 Wanita di Telepon
46 Meninggalkan Puncak Gunung
47 Statistik terbaru
48 Pelajaran Penting
49 Asisten Dungeon
50 Mengganti tipe Dungeon
51 Seorang Koki
52 Fallen Queen, Irena
53 Aroma Sedap
54 Chefulfu
55 Sistem Upeti
56 Pasukan Penaklukan
57 Pasukan Penaklukan 2
58 Lich
59 Hadiah Bonus
60 Logam Ajaib
61 World Class Item
62 Benih Titipan
63 Turun Gunung
64 Jalan menuju Desa
65 Geng Lentik
66 Desa Sikilsemar
67 Hadiah dari Keponakan
68 Ending arc 1 Semaraksa
69 Perpisahan
70 Pembegalan
71 Rumah
72 Sepupu
73 Bunga Es
74 Kill Him NOW!
75 Pembersihan Parasite
76 Tur guide
77 Tour Guide
78 Klarifikasi
79 Penculikan
80 Tamparan
81 SWF
82 Penyidik
83 Anak Baru
84 Semalam Dengannya
85 Awal Bencana
86 Alasan untuk membawanya pulang
87 Gerbang yang ditutup
88 Fakta yang berputar
89 Tawaran yang tidak bisa ditolak
90 Turun di tengah jalan
91 Evakuasi
92 Membangun benteng
93 Voidwalker
94 Job
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Semaraksa
2
Sosok Aneh
3
Mundur
4
Demam
5
Goblin
6
Pelatihan Peliharaan
7
Satu-satunya Jawaban
8
Takut akan kehilangan
9
Latihan
10
Meninggalkan Basecamp
11
Beruang Tanah
12
Kesalahan Kecil
13
Kristal Monster
14
Golem
15
Berkembang dalam Pertarungan
16
Goa Tambang
17
Dungeon
18
Hirarki Dungeon
19
Orc King
20
Penjaga Terakhir
21
Ogre Dua Kepala
22
22. Item Drop
23
Layar Status
24
Perdagangan yang Menguntungkan
25
Dua Sosok Menyeramkan
26
Mempelajari Dasar Sihir
27
Badai yang Mereda
28
Berjualan
29
Pelatihan
30
Sarang Harpy
31
Harpy
32
32. World of Terror
33
Penaklukan
34
Rencana Masa Depan
35
Jamur Raksasa
36
Peningkatan
37
ROSO
38
Akhir dari Teror
39
Para Hyena
40
Pemuda Aneh
41
Kompensasi
42
Puncak Gunung
43
Naga Es
44
Transformasi
45
Wanita di Telepon
46
Meninggalkan Puncak Gunung
47
Statistik terbaru
48
Pelajaran Penting
49
Asisten Dungeon
50
Mengganti tipe Dungeon
51
Seorang Koki
52
Fallen Queen, Irena
53
Aroma Sedap
54
Chefulfu
55
Sistem Upeti
56
Pasukan Penaklukan
57
Pasukan Penaklukan 2
58
Lich
59
Hadiah Bonus
60
Logam Ajaib
61
World Class Item
62
Benih Titipan
63
Turun Gunung
64
Jalan menuju Desa
65
Geng Lentik
66
Desa Sikilsemar
67
Hadiah dari Keponakan
68
Ending arc 1 Semaraksa
69
Perpisahan
70
Pembegalan
71
Rumah
72
Sepupu
73
Bunga Es
74
Kill Him NOW!
75
Pembersihan Parasite
76
Tur guide
77
Tour Guide
78
Klarifikasi
79
Penculikan
80
Tamparan
81
SWF
82
Penyidik
83
Anak Baru
84
Semalam Dengannya
85
Awal Bencana
86
Alasan untuk membawanya pulang
87
Gerbang yang ditutup
88
Fakta yang berputar
89
Tawaran yang tidak bisa ditolak
90
Turun di tengah jalan
91
Evakuasi
92
Membangun benteng
93
Voidwalker
94
Job

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!