Latihan

Wira duduk di teras pondok, cangkir kopi hangat mengepul di tangannya. Pagi itu terasa tenang, hanya diselingi suara tawa alam, kicauan burung, gemerisik daun, dan sesekali derap langkah dari Sumba dan Kinta yang bermain kejar-kejaran di halaman. Pemandangan itu membuat Wira tersenyum kecil, merasa lega bahwa kedua temannya masih tetap akrab meski Kinta kini bukan lagi anjing biasa.

Namun, senyum itu perlahan memudar saat pikirannya kembali pada pertanyaan yang masih mengganggunya. 'Bagaimana bisa Kinta menjadi zombie?' Selama perburuan kemarin, Wira merasa yakin jika anjing itu tidak mengalami luka apa pun yang membuat Kinta dapat terinfeksi virus zombie.

Pandangannya tertuju ke cangkir kopi di tangannya. Wira memutar ulang kejadian di pikirannya, mencoba menemukan petunjuk. Hingga sebuah kilas ingatan melintas, dia teringat dengan batu biru yang ia temukan di antara tumpukan tulang zombie. Kinta langsung demam setelah memakan batu itu.

"Mungkinkah batu itu bisa membuat makhluk yang memakannya berubah menjadi zombie?". Ia menggeleng, merasa sukar mempercayai gagasannya sendiri, tetapi tidak ada jawaban lain yang lebih masuk akal.

Perhatiannya kemudian beralih pada Sumba. Kuda itu kini tampak sedikit berbeda dari yang Wira ingat kemarin. Tubuhnya lebih besar, otot-ototnya lebih kekar, dan gerakannya penuh kekuatan. Baru kemarin, Sumba terkena luka parah saat mereka bertarung melawan akar berduri.

Menurut Wira, luka yang dialami Sumba setelah kejadian itu akan butuh waktu berminggu-minggu untuk pulih. Namun, pagi ini, semua luka itu telah sembuh total, bahkan tanpa bekas. 'Kemampuan regenerasi' pikir Wira takjub. Sama seperti dirinya, Sumba tampaknya juga mengalami perubahan.

Melihat keadaan abnormal yang tengah terjadi, membuat rasa penasaran Wira semakin besar, mendorong pemuda itu untuk menguji dirinya sendiri. Ia pun sadar bahwa selama dua hari terakhir, ia melewatkan sesi latihan rutin karena perburuan yang melelahkan.

"Sekalian saja olahraga." Ucapnya sambil bangkit dari kursi nyamannya.

Dengan semangat, ia masuk ke gudang kecilnya dan menarik keluar barbel semen yang ia buat sendiri. Beratnya sekitar 30 kilogram. Dulu barel itu cukup menantang untuk diangkat. Namun kali ini, Wira mengangkatnya dengan mudah, seperti mengangkat bulu. Ia menatap barbel itu dengan alis berkerut.

"Tidak mungkin... Semudah ini?" Ucapnya melihat barbel tersebut bisa dia angkat hanya dengan satu jari.

Merasa tak puas, ia meletakkan barbel itu kembali. Matanya tertuju pada pohon besar yang tumbuh di dekat pondoknya. Pohon itu setinggi hampir empat meter, dengan akar tebal yang mencengkeram tanah. Ia berjalan mendekat, melingkarkan lengannya di sekitar batang pohon itu, lalu mulai menariknya.

Wira bisa merasakan tatapan Kinta dan Sumba di belakangnya. Kedua makhluk itu tampak memiringkan kepala, memperhatikan gerak-geriknya dengan penuh tanda tanya. Mungkin mereka berpikir, "Kenapa Tuanku memeluk pohon? Bukankah lebih nyaman memeluk kami yang lembut?" Namun sebelum dugaan aneh mereka berlanjut, sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Grak!

Suara retakan terdengar dari batang pohon yang berada dalam pelukan Wira. Pemuda itu tengah mengerahkan seluruh tenaganya, tubuhnya bergetar sementara giginya terkatup rapat.

“Graaaaaah!” seru Wira. Ia menarik dengan sekuat tenaga, membuat tanah di sekitar pohon bergetar. Akar-akar besar yang mencengkeram tanah mulai terangkat satu per satu. Hingga akhirnya, dalam satu tarikan penuh tenaga, pohon itu tercabut sepenuhnya, meninggalkan lubang besar di tempatnya tumbuh.

Kinta dan Sumba hanya bisa terpaku di tempat. Mata mereka melebar, menatap Wira seolah-olah ia adalah makhluk aneh yang baru saja turun dari langit. Sorot mata mereka mencerminkan kekaguman yang bercampur dengan ketakutan. Pikiran mereka kini berubah: "Kalau Tuanku bisa mencabut pohon sebesar itu... bagaimana jadinya kalau ia memeluk kami dengan kekuatan seperti itu?"

Mereka mundur selangkah tanpa sadar, menjaga jarak seolah-olah pelukan Wira kini menjadi sesuatu yang harus dihindari.

Namun, Wira tidak menyadari reaksi kedua peliharaannya. Dengan kondisi masih dikuasai adrenalin, Wira kemudian melempar pohon itu dengan sekuat tenaga. Pohon seberat hampir empat ton itu dilempar sekuat tenaga, menghantam tanah ratusan meter jauhnya dengan suara gemuruh yang mengguncang udara.

“Oh yeaaaah! Aku merasa seperti manusia super yang suka menggunakan celana dalam di luar!” Wira bersorak, mengangkat kedua tangannya ke udara.

Ia merasa luar biasa. Perasaan itu hampir membuatnya lupa bahwa ini tidak masuk akal. Bagaimana bisa seorang manusia mencabut pohon dengan cara seperti itu? Namun, untuk saat ini, ia membiarkan dirinya menikmati momen itu.

Kinta melolong, dan Sumba mengeluarkan pekikan kecil, seolah-olah ikut merayakan pencapaian Wira. Mendengar itu, Wira merasa sangat senang. Ia berjalan mendekat, berniat memeluk keduanya untuk berbagi kebahagiaan.

Namun, reaksi mereka mengejutkannya. Kinta mundur dengan gugup, sementara Sumba berbalik dan menjauh. Wira berhenti di tempat, kebingungan. “Hei, kalian kenapa? Ini aku...” katanya pelan.

Keduanya tidak menjawab, hanya berdiri di kejauhan, mengamati Wira dengan hati-hati. Rasa dingin merayap di dada Wira. Untuk pertama kalinya, ia merasa terasing dari teman-temannya sendiri.

“Aku tidak percaya, Akan ada masanya mereka menjauhiku,” pikirnya dengan getir. Dia merasa seperti seorang ayah yang dijauhi oleh anak-anaknya tanpa alasan yang jelas.

***

Karena merasa bosan, Kinta dan Sumba berniat meninggalkan basecamp. Sementara Wira masih ingin terus berlatih. “Jangan pergi terlalu jauh. Kalau ada masalah, langsung kembali, ya!” seru Wira pada Kinta dan Sumba yang berjalan keluar basecamp.

Kinta menyalak dua kali, seperti ingin berkata, “Santai, bos. Aku jago kabur!” Sementara Sumba mengangkat kaki depannya, memberi gestur yang terlihat seperti memberi salam perpindahan.

Wira menggeleng sambil tertawa kecil. “Dasar kalian. Jangan sok kuat, kalau ketemu anomali yang sulit dihadapi segera lari, ingat itu!.” ucap Wira dengan tegas.

Keduanya pun menghilang ke balik pepohonan, meninggalkan Wira seorang diri. Dengan suasana kembali hening, pemuda itu menghela napas dalam. “Aku harus benar-benar memahami kekuatan ini,” gumamnya.

"Jika setiap makhluk hidup di hutan menjadi lebih kuat karena anomali ini, aku tidak punya pilihan selain memanfaatkannya juga. Kalau tidak maka mustahil untuk tetap hidup di hutan terkutuk ini."

Ia berdiri tegap, menggulung lengan bajunya, lalu memasuki area latihannya yang berada di halaman belakang pondok. Beberapa batang kayu yang diikat menyerupai manekin, tumpukan batu, dan sebuah karung pasir menggantung di dekatnya.

Setelah melakukan sedikit pemanasan, Wira bersiap berlatih dengan serius. “Baiklah, mari mulai dari dasar,” katanya sambil mengambil kuda-kuda. Tangannya membentuk tinju, gerakannya perlahan tapi terkontrol.

Latihan ini awalnya ia pelajari untuk menjaga kebugaran tubuh, tapi sekarang, Wira yakin bahwa gerakan-gerakan ini bisa menjadi senjata mematikan.

Saat ia memukul karung pasir dengan pukulan lurus, terdengar suara “DUM!” yang lebih keras dari biasanya. Karung itu terpental ke belakang sejauh satu meter, tali yang menahannya bergetar keras.

Wira terdiam, menatap tangannya sendiri. “Wow, itu baru seperempat kekuatan.”

Ia mencoba lagi, kali ini dengan tendangan melingkar dengan setengah kekuatan. Kakinya mengenai karung dengan sempurna, menghantamnya hingga tali penyangga putus dan karung itu jatuh ke tanah dengan dentuman keras.

“Yikes... sepertinya aku butuh karung baru,” katanya sambil menggaruk kepala.

Merasa semakin tertantang, Wira beralih ke batang kayu yang berdiri di tengah lapangan latihan. Ia memusatkan tenaganya, melontarkan serangan bertubi-tubi dengan tangan dan kakinya. Kayu itu mulai retak di beberapa bagian.

Namun, saat ia mencoba meninju batang itu dengan kekuatan penuh, sesuatu yang aneh terjadi. Ia merasakan aliran panas di tubuhnya, seperti arus listrik lembut yang mengalir ke kepalan tangannya.

“Eh? Apa ini?” gumamnya, sedikit bingung.

Tanpa berpikir panjang, ia melayangkan tinju ke batang kayu. Suara ledakan kecil terdengar saat kayu itu hancur berkeping-keping, serpihannya beterbangan ke segala arah.

Wira tertegun, menatap tangan kanannya yang kini terasa hangat. “Apa yang barusan itu? Rasanya seperti sesuatu yang mengalir keluar.”

Ia mencoba mengulanginya, menutup mata memfokuskan pikirannya saat melontarkan pukulan berikutnya. Kali ini, ia merasa lebih jelas seperti ada kekuatan yang berasal dari perutnya, menjalar ke lengan dan berakhir di telapak tangannya.

Mata Wira terbuka dengan keterkejutan. “Ini gila. Kalau aku bisa mengontrol ini, aku mungkin bisa melawan monster besar tanpa senjata,” katanya dengan antusias.

Namun, di tengah latihannya, perut Wira tiba-tiba berbunyi keras. Ia memegang perutnya, mengerang. “Ugh, kenapa aku lupa makan?”

Sambil mengelap keringat, ia berjalan ke dapur kecilnya untuk mengambil roti dan air. “Baiklah, makan dulu, latihan nanti. Tidak baik berlatih tanpa tenaga yang cukup !” gumamnya sambil berjalan meninggalkan tempat latihan.

Episodes
1 Semaraksa
2 Sosok Aneh
3 Mundur
4 Demam
5 Goblin
6 Pelatihan Peliharaan
7 Satu-satunya Jawaban
8 Takut akan kehilangan
9 Latihan
10 Meninggalkan Basecamp
11 Beruang Tanah
12 Kesalahan Kecil
13 Kristal Monster
14 Golem
15 Berkembang dalam Pertarungan
16 Goa Tambang
17 Dungeon
18 Hirarki Dungeon
19 Orc King
20 Penjaga Terakhir
21 Ogre Dua Kepala
22 22. Item Drop
23 Layar Status
24 Perdagangan yang Menguntungkan
25 Dua Sosok Menyeramkan
26 Mempelajari Dasar Sihir
27 Badai yang Mereda
28 Berjualan
29 Pelatihan
30 Sarang Harpy
31 Harpy
32 32. World of Terror
33 Penaklukan
34 Rencana Masa Depan
35 Jamur Raksasa
36 Peningkatan
37 ROSO
38 Akhir dari Teror
39 Para Hyena
40 Pemuda Aneh
41 Kompensasi
42 Puncak Gunung
43 Naga Es
44 Transformasi
45 Wanita di Telepon
46 Meninggalkan Puncak Gunung
47 Statistik terbaru
48 Pelajaran Penting
49 Asisten Dungeon
50 Mengganti tipe Dungeon
51 Seorang Koki
52 Fallen Queen, Irena
53 Aroma Sedap
54 Chefulfu
55 Sistem Upeti
56 Pasukan Penaklukan
57 Pasukan Penaklukan 2
58 Lich
59 Hadiah Bonus
60 Logam Ajaib
61 World Class Item
62 Benih Titipan
63 Turun Gunung
64 Jalan menuju Desa
65 Geng Lentik
66 Desa Sikilsemar
67 Hadiah dari Keponakan
68 Ending arc 1 Semaraksa
69 Perpisahan
70 Pembegalan
71 Rumah
72 Sepupu
73 Bunga Es
74 Kill Him NOW!
75 Pembersihan Parasite
76 Tur guide
77 Tour Guide
78 Klarifikasi
79 Penculikan
80 Tamparan
81 SWF
82 Penyidik
83 Anak Baru
84 Semalam Dengannya
85 Awal Bencana
86 Alasan untuk membawanya pulang
87 Gerbang yang ditutup
88 Fakta yang berputar
89 Tawaran yang tidak bisa ditolak
90 Turun di tengah jalan
91 Evakuasi
92 Membangun benteng
93 Voidwalker
94 Job
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Semaraksa
2
Sosok Aneh
3
Mundur
4
Demam
5
Goblin
6
Pelatihan Peliharaan
7
Satu-satunya Jawaban
8
Takut akan kehilangan
9
Latihan
10
Meninggalkan Basecamp
11
Beruang Tanah
12
Kesalahan Kecil
13
Kristal Monster
14
Golem
15
Berkembang dalam Pertarungan
16
Goa Tambang
17
Dungeon
18
Hirarki Dungeon
19
Orc King
20
Penjaga Terakhir
21
Ogre Dua Kepala
22
22. Item Drop
23
Layar Status
24
Perdagangan yang Menguntungkan
25
Dua Sosok Menyeramkan
26
Mempelajari Dasar Sihir
27
Badai yang Mereda
28
Berjualan
29
Pelatihan
30
Sarang Harpy
31
Harpy
32
32. World of Terror
33
Penaklukan
34
Rencana Masa Depan
35
Jamur Raksasa
36
Peningkatan
37
ROSO
38
Akhir dari Teror
39
Para Hyena
40
Pemuda Aneh
41
Kompensasi
42
Puncak Gunung
43
Naga Es
44
Transformasi
45
Wanita di Telepon
46
Meninggalkan Puncak Gunung
47
Statistik terbaru
48
Pelajaran Penting
49
Asisten Dungeon
50
Mengganti tipe Dungeon
51
Seorang Koki
52
Fallen Queen, Irena
53
Aroma Sedap
54
Chefulfu
55
Sistem Upeti
56
Pasukan Penaklukan
57
Pasukan Penaklukan 2
58
Lich
59
Hadiah Bonus
60
Logam Ajaib
61
World Class Item
62
Benih Titipan
63
Turun Gunung
64
Jalan menuju Desa
65
Geng Lentik
66
Desa Sikilsemar
67
Hadiah dari Keponakan
68
Ending arc 1 Semaraksa
69
Perpisahan
70
Pembegalan
71
Rumah
72
Sepupu
73
Bunga Es
74
Kill Him NOW!
75
Pembersihan Parasite
76
Tur guide
77
Tour Guide
78
Klarifikasi
79
Penculikan
80
Tamparan
81
SWF
82
Penyidik
83
Anak Baru
84
Semalam Dengannya
85
Awal Bencana
86
Alasan untuk membawanya pulang
87
Gerbang yang ditutup
88
Fakta yang berputar
89
Tawaran yang tidak bisa ditolak
90
Turun di tengah jalan
91
Evakuasi
92
Membangun benteng
93
Voidwalker
94
Job

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!