Demam

Langit semakin merah, menandakan senja telah tiba. Di atas punggung Sumba, Wira berjuang untuk tetap terjaga. Nafasnya terengah-engah, wajahnya basah oleh keringat dingin, tubuhnya gemetar seperti dihantam badai demam yang mematikan.

Setiap detik terasa lebih berat, Wira hampir saja terjatuh karena kehilangan kesadaran. Tapi beruntung suara Kinta kembali membangunkannya, ia terus memacu kudanya menuju basecamp.

Begitu tiba di pondok, Wira hampir tersungkur saat turun dari punggung Sumba. Lututnya lemas, seakan tak mampu lagi menahan beban tubuhnya.

Kinta, menyalak cemas, sedangkan Sumba menghentakkan kakinya di tanah, menunjukkan kegelisahan yang sama. Namun, Wira hanya mengangkat tangan, meminta mereka untuk tenang.

“Tidak apa-apa... aku masih bisa bertahan,” ucapnya dengan suara parau, meski jelas tubuhnya semakin melemah. "Tapi kalian harus tetap berjaga. Aku khawatir zombie itu bisa melacak kita sampai tempat ini."

Kinta menyalak lagi, kali ini dengan nada meyakinkan seolah berkata bahwa ia dan Sumba mampu menjaga tempat itu. Melihat kesetiaan mereka, Wira tersenyum kecil. Namun, di balik senyumnya, pikirannya dipenuhi kebingungan.

‘Kinta tidak menunjukkan perubahan setelah mengigit zombie, tapi kenapa aku malah sakit? Apa virus itu hanya berefek pada manusia?.’ pikirnya.

Dengan langkah gontai memasuki pondok. Sementara itu, Kinta dan Sumba mengambil posisi mereka di luar, siaga penuh seperti yang diperintahkan.

***

Dari luar, pondok Wira tampak seperti bangunan bobrok yang hampir roboh, dengan dinding kayu lapuk dan atap berlubang. Namun, tampilan itu hanyalah ilusi untuk citra satelit.

Karena yang sebenarnya bagian dalam pondok itu bersih dan terawat. Setiap sudutnya mencerminkan disiplin dan komitmen Wira untuk menjaga tempat tinggalnya tetap layak huni meski berada di tengah hutan belantara.

Wira berjalan melewati ruang utama menuju gudang kecil di belakang. Ia membuka pintu rahasia yang tersembunyi di balik rak buku, memaparkan panel kode yang hanya ia ketahui. Dengan jemari gemetar, ia mengetikkan kombinasi, dan sebuah pintu lift terbuka di hadapannya.

Lift ini adalah pintu masuk ke bunker rahasia, terletak 500 meter di bawah tanah, berisi segala fasilitas yang dibutuhkan Wira untuk bertahan hidup.

Saat lift bergerak turun, tubuh Wira bersandar lemah di dinding logam. Napasnya berat, dan ia sesekali batuk, suaranya bergema di ruang sempit itu. "Aku sudah semakin lemah... Padahal dulu, rasa sakit seperti ini bukan apa-apa," pikirnya getir.

Ketika pintu lift terbuka, Wira menyeret tubuhnya keluar dengan langkah terseok. Ia melewati koridor bersih yang diterangi cahaya neon putih menuju laboratorium pribadinya.

Begitu masuk, ia segera mengambil serum peningkat daya tahan tubuh dari lemari pendingin dan menyuntikkannya ke lengannya. Sensasi dingin menyebar ke seluruh tubuh, memberikan sedikit kelegaan. Namun, Wira tahu efeknya hanya sementara.

Ia menyalakan peralatan laboratorium dan segera bekerja. Dengan sisa tenaganya, ia mengambil sampel darahnya sendiri serta darah zombie yang menempel di busurnya.

Fokusnya terpusat pada tujuannya menemukan sumber racun yang menyebabkan tubuhnya melemah. Jika ia bisa mengidentifikasi racunnya, ia yakin dapat membuat penawarnya.

Namun, berulang kali hasil analisisnya menunjukkan hal yang sama, tidak ada racun, tidak ada virus, tidak ada senyawa asing. Darah zombie itu hanyalah darah busuk biasa. Hasil ini membuat Wira bingung.

"Mustahil... Kalau bukan racun, lalu apa yang membuat tubuhku seperti ini?" gumamnya sambil memegang pelipis, menahan nyeri yang mulai menusuk kepalanya.

Ia mencoba lagi dan lagi, mengulangi pemeriksaan hingga kelelahan mulai mengambil alih. Demamnya semakin parah, dan tubuhnya terasa seperti diperas.

Akhirnya, ketika efek serum habis, Wira tak lagi mampu bertahan. Ia jatuh tersungkur di lantai laboratorium, napasnya tersengal-sengal sebelum akhirnya pingsan.

Dalam keheningan laboratorium, tubuh Wira yang terbaring tampak mengalami perubahan secara perlahan. Sesuatu yang tidak terjelaskan mulai bangkit di dalam dirinya.

***

Wira membuka matanya perlahan. Lampu laboratorium yang temaram terasa sedikit menyilaukan, memaksanya mengerjapkan mata beberapa kali.

Udara di sekelilingnya terasa dingin, tetapi nyaman, membuat kesadarannya kembali dengan cepat. Ia menyadari sedang terbaring di lantai laboratorium, "Apa aku ketiduran?" Gumamnya, seakan keadaan seperti ini sudah sering dia alami.

Dia bangkit perlahan, mengamati sekeliling. Alat-alat laboratorium masih menyala, menampilkan hasil analisis yang sama seperti sebelumnya.

Wira mengerutkan dahi, mencoba mengingat apa yang terjadi. Ingatannya agak kabur, hingga akhirnya dia ingat sebelumnya sedang mengalami demam hingga membuatnya pingsan.

Namun, hal yang paling aneh adalah apa yang dia rasakan sekarang. Tidak ada perasaan pusing, tidak ada indikasi demam yang tersisa, dan yang paling mengejutkan dari semua itu rasa sakit di pinggul yang kambuh saat melawan zombie kini sudah tidak dia rasakan lagi.

Wira berdiri perlahan, menggerakkan tubuhnya dengan hati-hati. ''Ini... tidak mungkin,'' gumamnya sambil menyentuh pinggulnya.

Sejak bertahun-tahun lalu, cidera itu membuatnya sulit bergerak bebas, selalu ada nyeri yang menusuk setiap kali ia membungkuk atau membawa beban berat. Tapi sekarang, tidak ada sedikit pun rasa sakit.

Dia mencoba jongkok, lalu berdiri. Gerakan itu, yang biasanya mengundang rasa sakit, kini terasa mudah seperti menghirup udara. Dia bahkan meninju udara beberapa kali, menguji kelenturan tubuhnya. ''Tubuhku... kenapa bisa begini?''

Rasa ingin tahunya membuncah.

Dia melirik kembali hasil analisis di layar komputer, tetapi tidak ada informasi baru. ''Tidak ada racun, tidak ada infeksi... lalu apa yang terjadi padaku?''

Dia berjalan ke cermin kecil di sudut laboratorium.

Wira memerhatikan wajahnya. Tidak ada tanda-tanda demam atau sakit, malah kulitnya terlihat lebih segar, lebih sehat. Bahkan bekas luka di pelipisnya yang didapat bertahun-tahun lalu kini tampak memudar.

Wira menghela napas panjang. ''Apa ini kemampuan regenerasi super atau semacamnya?'' pikirnya. Tapi segera dia membantah hal itu, "Mustahil, memangnya aku ini mutan."

Keheningan di laboratorium terasa menenangkan ketika Wira merasakan tubuhnya benar-benar sehat. Tapi ketenangan itu segera berakhir dan berubah menjadi kecemasan ketika dia teringat pada Kinta dan Sumba.

"Berapa lama aku pingsan?" Dia segera berjalan menuju lift untuk naik ke permukaan. Wira berharap agar teman-teman baik-baik saja.

***

Pintu pondok terbuka perlahan, menampakkan Wira yang melangkah keluar dengan hati-hati membawa parang ditangannya.

Udara segar langsung menyambutnya, menggantikan atmosfer dingin laboratorium di bawah tanah. Langit tampak mulai cerah, mengisyaratkan bahwa malam telah berlalu dengan damai.

Matanya segera menyapu sekeliling, memindai setiap sudut area untuk memastikan tidak ada tanda-tanda bahaya. Tidak ada suara geraman, tidak ada bau busuk. Keadaan benar-benar sunyi, hanya terdengar suara burung kecil di kejauhan.

"Sepertinya zombie tidak mengejar," gumamnya dengan napas lega. Dia memijat lehernya yang terasa sedikit tegang, membiarkan ketegangan yang menumpuk sejak bangun tadi perlahan menghilang.

Seketika, suara langkah cepat terdengar mendekat. Wira menoleh dan melihat Kinta berlari ke arahnya, diikuti oleh Sumba yang berjalan santai di belakangnya. Anjing setianya itu langsung melompat, menatap Wira dengan ekspresi khawatir, seolah ingin memastikan majikannya baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja, Kinta. Tidak perlu khawatir," ujar Wira sambil menunduk dan mengusap kepala Kinta dengan lembut. Kinta menggonggong pelan, tampak lega mendengar suara Wira.

Sumba mendekat, menggesekkan moncongnya ke bahu Wira dengan lembut. Wira tersenyum kecil, menepuk leher kudanya. "Kalian berdua sudah bekerja keras. Aku sangat beruntung memiliki teman seperti kalian."

Setelah memastikan area sekitar benar-benar aman, Wira kembali ke pondok. Dia segera menyalakan perapian di dapur. Tangannya terampil mengolah bahan makanan. Dalam waktu singkat, aroma lezat memenuhi ruangan, mengundang kedua temannya untuk mendekat dengan penuh antusias.

"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhku. Tapi karena aku tidak merasakan keanehan apapun, aku pikir ini adalah hal yang baik."

Episodes
1 Semaraksa
2 Sosok Aneh
3 Mundur
4 Demam
5 Goblin
6 Pelatihan Peliharaan
7 Satu-satunya Jawaban
8 Takut akan kehilangan
9 Latihan
10 Meninggalkan Basecamp
11 Beruang Tanah
12 Kesalahan Kecil
13 Kristal Monster
14 Golem
15 Berkembang dalam Pertarungan
16 Goa Tambang
17 Dungeon
18 Hirarki Dungeon
19 Orc King
20 Penjaga Terakhir
21 Ogre Dua Kepala
22 22. Item Drop
23 Layar Status
24 Perdagangan yang Menguntungkan
25 Dua Sosok Menyeramkan
26 Mempelajari Dasar Sihir
27 Badai yang Mereda
28 Berjualan
29 Pelatihan
30 Sarang Harpy
31 Harpy
32 32. World of Terror
33 Penaklukan
34 Rencana Masa Depan
35 Jamur Raksasa
36 Peningkatan
37 ROSO
38 Akhir dari Teror
39 Para Hyena
40 Pemuda Aneh
41 Kompensasi
42 Puncak Gunung
43 Naga Es
44 Transformasi
45 Wanita di Telepon
46 Meninggalkan Puncak Gunung
47 Statistik terbaru
48 Pelajaran Penting
49 Asisten Dungeon
50 Mengganti tipe Dungeon
51 Seorang Koki
52 Fallen Queen, Irena
53 Aroma Sedap
54 Chefulfu
55 Sistem Upeti
56 Pasukan Penaklukan
57 Pasukan Penaklukan 2
58 Lich
59 Hadiah Bonus
60 Logam Ajaib
61 World Class Item
62 Benih Titipan
63 Turun Gunung
64 Jalan menuju Desa
65 Geng Lentik
66 Desa Sikilsemar
67 Hadiah dari Keponakan
68 Ending arc 1 Semaraksa
69 Perpisahan
70 Pembegalan
71 Rumah
72 Sepupu
73 Bunga Es
74 Kill Him NOW!
75 Pembersihan Parasite
76 Tur guide
77 Tour Guide
78 Klarifikasi
79 Penculikan
80 Tamparan
81 SWF
82 Penyidik
83 Anak Baru
84 Semalam Dengannya
85 Awal Bencana
86 Alasan untuk membawanya pulang
87 Gerbang yang ditutup
88 Fakta yang berputar
89 Tawaran yang tidak bisa ditolak
90 Turun di tengah jalan
91 Evakuasi
92 Membangun benteng
93 Voidwalker
94 Job
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Semaraksa
2
Sosok Aneh
3
Mundur
4
Demam
5
Goblin
6
Pelatihan Peliharaan
7
Satu-satunya Jawaban
8
Takut akan kehilangan
9
Latihan
10
Meninggalkan Basecamp
11
Beruang Tanah
12
Kesalahan Kecil
13
Kristal Monster
14
Golem
15
Berkembang dalam Pertarungan
16
Goa Tambang
17
Dungeon
18
Hirarki Dungeon
19
Orc King
20
Penjaga Terakhir
21
Ogre Dua Kepala
22
22. Item Drop
23
Layar Status
24
Perdagangan yang Menguntungkan
25
Dua Sosok Menyeramkan
26
Mempelajari Dasar Sihir
27
Badai yang Mereda
28
Berjualan
29
Pelatihan
30
Sarang Harpy
31
Harpy
32
32. World of Terror
33
Penaklukan
34
Rencana Masa Depan
35
Jamur Raksasa
36
Peningkatan
37
ROSO
38
Akhir dari Teror
39
Para Hyena
40
Pemuda Aneh
41
Kompensasi
42
Puncak Gunung
43
Naga Es
44
Transformasi
45
Wanita di Telepon
46
Meninggalkan Puncak Gunung
47
Statistik terbaru
48
Pelajaran Penting
49
Asisten Dungeon
50
Mengganti tipe Dungeon
51
Seorang Koki
52
Fallen Queen, Irena
53
Aroma Sedap
54
Chefulfu
55
Sistem Upeti
56
Pasukan Penaklukan
57
Pasukan Penaklukan 2
58
Lich
59
Hadiah Bonus
60
Logam Ajaib
61
World Class Item
62
Benih Titipan
63
Turun Gunung
64
Jalan menuju Desa
65
Geng Lentik
66
Desa Sikilsemar
67
Hadiah dari Keponakan
68
Ending arc 1 Semaraksa
69
Perpisahan
70
Pembegalan
71
Rumah
72
Sepupu
73
Bunga Es
74
Kill Him NOW!
75
Pembersihan Parasite
76
Tur guide
77
Tour Guide
78
Klarifikasi
79
Penculikan
80
Tamparan
81
SWF
82
Penyidik
83
Anak Baru
84
Semalam Dengannya
85
Awal Bencana
86
Alasan untuk membawanya pulang
87
Gerbang yang ditutup
88
Fakta yang berputar
89
Tawaran yang tidak bisa ditolak
90
Turun di tengah jalan
91
Evakuasi
92
Membangun benteng
93
Voidwalker
94
Job

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!