Mundur

Wira berdiri mematung di dekat mayat yang tergeletak dengan anak panah menancap di dahinya. Pikiran berkecamuk dalam benaknya. "Apakah ini mungkin hanya seseorang yang memakai riasan? Tapi jika benar, aku bisa berada dalam masalah besar." Perasaan bersalah mulai merayapi pikirannya.

Namun, Wira segera menenangkan diri dan memutuskan untuk memeriksa mayat itu lebih dekat. Dia berjongkok dengan hati-hati, mengamati luka-luka di tubuhnya.

Bau busuk yang menyengat semakin kuat saat dia memperhatikan kulit mayat yang penuh luka membusuk. Wira menyentuh luka di lengan mayat dengan ujung anak panahnya, memastikan bahwa pembusukan itu nyata.

“Tidak mungkin ini hanya riasan,” gumam Wira. Dia menyadari bahwa tubuh ini sudah mati selama berminggu-minggu. Darahnya yang mengering, kulit yang hancur, dan bagian tubuh yang membusuk tidak mungkin dipalsukan.

"Lalu bagaimana mungkin mayat ini masih bisa bergerak? Apakah mereka sudah menemukan cara untuk membangkitkan orang mati?" pikirnya dengan alis berkerut.

Pikiran itu langsung mengarah pada organisasi yang pernah memburunya di masa lalu. Baginya, hanya mereka yang cukup gila dan kejam bisa melakukan eksperimen seperti ini.

Namun, Wira tidak memiliki cukup waktu untuk memproses semua itu. Suara gonggongan Kinta yang tiba-tiba menggema di udara membuyarkan lamunan Wira. Ia menoleh cepat ke arah anjingnya, yang berdiri tegang dengan ekor naik, menatap tajam ke semak-semak di seberang sungai.

“Masih ada yang lain?” dari kemampuan pendengarannya, Wira sadar jika lebih banyak mayat hidup sedang bergerak kearahnya.

Kemudian seperti yang sudah dia duga, dari semak-semak itu muncul beberapa sosok yang tampak seperti manusia, tetapi berjalan dengan gerakan kaku dan tidak wajar.

Kulit mereka kusam dan membusuk seperti mayat pertama. Beberapa dari mereka memiliki luka menganga di tubuh mereka, tetapi tampak tidak terpengaruh. Dan yang menjadi masalah kali ini jumlah mereka tidak sedikit.

"Satu, dua, tiga... Sepuluh, sebelas. Ah sial ini akan menjadi sangat merepotkan." Wira mengutuk dalam hati begitu melihat jumlah mayat hidup yang mencapai 20 mayat.

“Apa-apaan ini?” Wira menghela napas panjang. Dia bisa saja menghindari pertarungan, tapi Wira merasa keadaan akan menjadi semakin buruk jika mayat-mayat itu dibiarkan berkeliaran.

“Kinta, Sumba, mundur ke tempat aman!” perintah Wira sambil menepuk-nepuk leher kuda dan memberi isyarat pada anjingnya untuk menjauh. Kinta menggonggong keras sekali sebelum berlari mundur, sementara Sumba mengikuti dengan langkah cepat, membawa peralatan Wira.

Kini Wira berdiri sendirian di hadapan kawanan mayat hidup. Ia memasang anak panah pada busurnya, menariknya dengan tenang. Matanya fokus pada zombie terdekat.

“Kalian hidup untuk kedua kalinya, hanya untuk disia-siakan ditangan ku. Sungguh kehidupan yang tidak berguna.” gumamnya sambil melepas anak panah pertama.

Panah itu melesat dengan kecepatan tinggi, menancap tepat di dahi salah satu zombie, membuatnya jatuh tersungkur ke tanah. Namun, yang lainnya terus bergerak tanpa menunjukkan ketakutan atau keraguan.

"Dasar monster tidak berontak. Apa kalian mengejar ku karena ingin memakan otakku?." Celetuk Wira.

Wira menarik napas dalam-dalam, merasakan adrenalin mengalir di tubuhnya. Ia tahu bahwa jumlah anak panahnya terbatas. Dia harus mengatur strategi agar bisa bertahan.

Saat zombie-zombie itu semakin dekat, Wira berusaha memanfaatkan lingkungan. Dia melompat ke atas akar pohon besar untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi, membuatnya lebih mudah membidik kepala musuh.

Anak panah terus dilepaskan satu per satu, menjatuhkan zombie di barisan depan. Namun, jumlah mereka terus bertambah. Setiap kali satu zombie tumbang, dua lagi muncul dari semak-semak.

Wira mulai merasa kewalahan karena busurnya tidak efektif digunakan untuk pertarungan jarak dekat. Wira melihat sekeliling mencari sesuatu yang bisa digunakannya. Matanya menangkap ranting kayu dengan ukuran cukup besar yang berada di dekatnya.

Dengan cepat ia melompat turun, menarik kayu itu, dan menggunakannya sebagai senjata darurat untuk memukul zombie yang sudah berada di depannya.

Pukulan itu cukup kuat untuk menjatuhkan beberapa zombie ke tanah, meskipun mereka tidak sepenuhnya hancur. Wira menggunakan keahlian beladiri untuk mengalahkan setiap zombie yang mendekat, satu persatu zombie berjatuhan tapi lebih banyak lagi yang datang.

Wira berhasil bertahan selama 30 menit, entah sudah berapa banyak zombie yang dia kalahkan, area sekitarnya sudah penuh oleh mayat, bahkan saat ini Wira berdiri diatas timbunan yang menggunung.

Secara perlahan gerakan Wira mulai tumpul, bukan karena dia kehabisan tenaga, melainkan karena fokusnya mulai terganggu akibat dari bau busuk mayat-mayat dibawah kakinya.

Crack! mata Wira terbuka lebar, lalu seketika wajahnya tertekuk menahan rasa sakit dari pinggulnya.

"Ini sangat berbahaya." Wira merasakan cidera tulang belakangnya kambuh. Bersama dengan itu, dari kejauhan terdengar lolongan Kinta, itu merupakan sebuah pertanda jika sudah waktunya bagi Wira menyelesaikan pertarungannya dengan para zombie.

Wira bersiul nyaring, memberi sinyal pada Kinta dan Sumba untuk mendekat. Tak butuh waktu lama, keduanya muncul dari balik pepohonan. Dengan gerakan gesit, Wira melompat ke atas kepala para zombie, menggunakan mereka sebagai pijakan untuk berlari. Dalam satu lompatan besar, dia mendarat dengan mulus di punggung Sumba.

Kinta berlari di samping mereka, menggonggong keras untuk menghalau zombie yang mencoba mendekat. Sumba melaju dengan kecepatan penuh, membawa mereka menjauh dari kerumunan yang terus berdatangan.

Dari punggung kudanya, Wira menembakkan panah ke arah zombie-zombie yang mengejar. Satu demi satu, mereka tumbang, hingga akhirnya jarak antara Wira dan kawanan mayat hidup itu semakin jauh. Perlahan, lolongan dan geraman mereka menghilang di kejauhan.

***

Setelah memastikan bahwa tidak ada zombie yang mengikutinya lagi, Wira berhenti di tengah hutan, menghela napas panjang dan berusaha beristirahat dan menenangkan dirinya. Di sekelilingnya, hutan terasa semakin sunyi, seakan dunia ikut terdiam menyaksikan kekacauan yang baru saja terjadi.

"Apa kalian terluka?" Wira bertanya, suaranya penuh perhatian. Meskipun nafasnya belum stabil, tapi Wira lebih mementingkan peliharaannya.

Sumba tampak baik-baik saja, hanya sedikit lelah setelah mereka terpaksa berlari, namun tidak ada luka yang terlihat. Wira mengelus leher kuda itu dengan lembut, merasa sedikit lega. Kemudian matanya segera beralih ke Kinta.

Di mulut anjing itu terdapat bercak darah hitam, yang mengering dan menodai bulunya. Wira menatapnya dengan ragu. Sepertinya Kinta telah menyerang salah satu zombie saat mereka berusaha kabur tadi.

Jantung Wira berdebar cepat. Ia mengingat plot film zombie apokaliptik yang sering ditemui dalam cerita-cerita zombie, tentang virus yang menyebar melalui gigitan. ‘Tapi, apa yang terjadi jika yang digigit justru zombie itu sendiri?’ pikir Wira bingung, tak yakin apakah Kinta akan terinfeksi atau tidak.

Ia merapatkan bibir, berusaha mengusir kecemasan yang terus mengganggu pikirannya. Meski demikian, Wira tak ingin terlalu terbebani oleh hal itu. Dengan hati-hati, dia membersihkan mulut Kinta, berusaha menghapus darah hitam yang menempel di sekitar gigi anjingnya.

“Apakah daging zombie itu enak?” Wira bertanya dengan nada ringan. Wira tersenyum kecil, meskipun senyum itu lebih untuk dirinya sendiri. Kinta hanya menatapnya, ekornya bergoyang pelan, namun kemudian anjing itu menggelengkan kepala.

"Syukurlah, aku sempat khawatir kau mengembangkan sifat aneh setelah mencicipi daging zombie." Wira sempat berpikir Kinta mungkin akan tertarik memangsa zombie setelah merasakan daging busuk sekali.

***

Setelah merasa cukup beristirahat, Wira bersiap kembali ke basecamp. "Aku harus memusnahkan mereka sebelum zombie-zombie itu menginfeksi para predator," gumamnya penuh tekad.

Namun, sebelum sempat naik ke punggung Sumba, Wira tiba-tiba merasakan sakit kepala yang hebat. Dia terhuyung, satu tangannya mencengkeram pelipis. Sekilas, pikirannya melayang pada kemungkinan terburuk, 'Mungkin aku terkena racun dari darah zombie?" Wira melihat tangannya yang kotor oleh darah hitam.

Tapi, melihat Kinta yang tetap sehat dan penuh energi, Wira ragu. Mungkin ini bukan karena darah zombie, bisa jadi ada faktor lain yang memengaruhinya.

Meski pikirannya dipenuhi berbagai spekulasi, Wira tidak punya waktu untuk menganalisis lebih jauh. Tubuhnya mulai lemas, dan setiap gerakan terasa menyakitkan. Dia harus segera kembali ke basecamp sebelum kondisinya memburuk.

Dengan susah payah, dia membongkar keranjang yang penuh barang dari punggung Sumba untuk meringankan beban kuda itu. Setelah selesai, dia memacu Sumba secepat mungkin, sementara Kinta terus berlari di samping mereka, setia mengawal perjalanan pulang.

Episodes
1 Semaraksa
2 Sosok Aneh
3 Mundur
4 Demam
5 Goblin
6 Pelatihan Peliharaan
7 Satu-satunya Jawaban
8 Takut akan kehilangan
9 Latihan
10 Meninggalkan Basecamp
11 Beruang Tanah
12 Kesalahan Kecil
13 Kristal Monster
14 Golem
15 Berkembang dalam Pertarungan
16 Goa Tambang
17 Dungeon
18 Hirarki Dungeon
19 Orc King
20 Penjaga Terakhir
21 Ogre Dua Kepala
22 22. Item Drop
23 Layar Status
24 Perdagangan yang Menguntungkan
25 Dua Sosok Menyeramkan
26 Mempelajari Dasar Sihir
27 Badai yang Mereda
28 Berjualan
29 Pelatihan
30 Sarang Harpy
31 Harpy
32 32. World of Terror
33 Penaklukan
34 Rencana Masa Depan
35 Jamur Raksasa
36 Peningkatan
37 ROSO
38 Akhir dari Teror
39 Para Hyena
40 Pemuda Aneh
41 Kompensasi
42 Puncak Gunung
43 Naga Es
44 Transformasi
45 Wanita di Telepon
46 Meninggalkan Puncak Gunung
47 Statistik terbaru
48 Pelajaran Penting
49 Asisten Dungeon
50 Mengganti tipe Dungeon
51 Seorang Koki
52 Fallen Queen, Irena
53 Aroma Sedap
54 Chefulfu
55 Sistem Upeti
56 Pasukan Penaklukan
57 Pasukan Penaklukan 2
58 Lich
59 Hadiah Bonus
60 Logam Ajaib
61 World Class Item
62 Benih Titipan
63 Turun Gunung
64 Jalan menuju Desa
65 Geng Lentik
66 Desa Sikilsemar
67 Hadiah dari Keponakan
68 Ending arc 1 Semaraksa
69 Perpisahan
70 Pembegalan
71 Rumah
72 Sepupu
73 Bunga Es
74 Kill Him NOW!
75 Pembersihan Parasite
76 Tur guide
77 Tour Guide
78 Klarifikasi
79 Penculikan
80 Tamparan
81 SWF
82 Penyidik
83 Anak Baru
84 Semalam Dengannya
85 Awal Bencana
86 Alasan untuk membawanya pulang
87 Gerbang yang ditutup
88 Fakta yang berputar
89 Tawaran yang tidak bisa ditolak
90 Turun di tengah jalan
91 Evakuasi
92 Membangun benteng
93 Voidwalker
94 Job
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Semaraksa
2
Sosok Aneh
3
Mundur
4
Demam
5
Goblin
6
Pelatihan Peliharaan
7
Satu-satunya Jawaban
8
Takut akan kehilangan
9
Latihan
10
Meninggalkan Basecamp
11
Beruang Tanah
12
Kesalahan Kecil
13
Kristal Monster
14
Golem
15
Berkembang dalam Pertarungan
16
Goa Tambang
17
Dungeon
18
Hirarki Dungeon
19
Orc King
20
Penjaga Terakhir
21
Ogre Dua Kepala
22
22. Item Drop
23
Layar Status
24
Perdagangan yang Menguntungkan
25
Dua Sosok Menyeramkan
26
Mempelajari Dasar Sihir
27
Badai yang Mereda
28
Berjualan
29
Pelatihan
30
Sarang Harpy
31
Harpy
32
32. World of Terror
33
Penaklukan
34
Rencana Masa Depan
35
Jamur Raksasa
36
Peningkatan
37
ROSO
38
Akhir dari Teror
39
Para Hyena
40
Pemuda Aneh
41
Kompensasi
42
Puncak Gunung
43
Naga Es
44
Transformasi
45
Wanita di Telepon
46
Meninggalkan Puncak Gunung
47
Statistik terbaru
48
Pelajaran Penting
49
Asisten Dungeon
50
Mengganti tipe Dungeon
51
Seorang Koki
52
Fallen Queen, Irena
53
Aroma Sedap
54
Chefulfu
55
Sistem Upeti
56
Pasukan Penaklukan
57
Pasukan Penaklukan 2
58
Lich
59
Hadiah Bonus
60
Logam Ajaib
61
World Class Item
62
Benih Titipan
63
Turun Gunung
64
Jalan menuju Desa
65
Geng Lentik
66
Desa Sikilsemar
67
Hadiah dari Keponakan
68
Ending arc 1 Semaraksa
69
Perpisahan
70
Pembegalan
71
Rumah
72
Sepupu
73
Bunga Es
74
Kill Him NOW!
75
Pembersihan Parasite
76
Tur guide
77
Tour Guide
78
Klarifikasi
79
Penculikan
80
Tamparan
81
SWF
82
Penyidik
83
Anak Baru
84
Semalam Dengannya
85
Awal Bencana
86
Alasan untuk membawanya pulang
87
Gerbang yang ditutup
88
Fakta yang berputar
89
Tawaran yang tidak bisa ditolak
90
Turun di tengah jalan
91
Evakuasi
92
Membangun benteng
93
Voidwalker
94
Job

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!