Sementara Elisa, ia meninggalkan keramaian itu dan pergi ke sudut bangunan. Ia duduk dengan anggun dan angkuh di depan bar yang ada di dalam restoran itu.
"Berikan aku minuman!" perintah Elisa pada seorang bartender di depannya.
Gadis itu memainkan tangannya dan mengetuk - ngetuk meja bar yang terlapisi marmer.
"Silahkan Nona," kata bartender seraya menyerahkan segelas minuman yang baru saja diraciknya.
"Terimakasih, aku titip sebentar," kata Elisa kemudian berdiri dan membenarkan gaun panjangnya.
"Baik Nona," jawab lelaki yang bekerja di bagian bar itu. Ia mengangguk dengan sopan. Ia sungguh terpukau oleh kecantikan Elisa, ditambah dengan gaun yang dikenakan gadis itu membuat penampilannya semakin sempurna.
Elisa berjalan anggun ke arah kamar mandi, pikirannya masih kacau setelah kejadian tadi.
Entah dosa apa yang telah dilakukannya dimasa lalu, sehingga ia harus menanggung semuanya dimasa sekarang.
Gadis itu masuk ke dalam toilet wanita. Ia membasuh wajahnya dan memandang cermin.
Tangannya sedikit mengepal menahan sebuah tekanan di dalam dadanya, lalu menghembuskan nafasnya secara perlahan.
Setelah beberapa saat ia pun kembali ke tempat duduknya tadi. Tidak ada siapapun yang bisa ia ajak mengobrol malam ini. Padahal tamu yang diundang malam hari ini sangat banyak.
Elisa mengambil gelas minumannya dan meminumnya dengan rakus seperti sedang sangat kehausan.
Ia merasa muak berada disini berlama - lama, ingin pergi, tapi acara bahkan belum dimulai.
Sementara di sebuah sudut yang lain, seorang lelaki berpenampilan sangat rapi dengan rambut yang yang disisir ke atas sedang memperhatikan dirinya sejak ia masuk ke dalam bangunan ini.
Lelaki itu nampak berbisik pada seseorang yang berdiri disampingnya, mungkin orang itu adalah tangan kanannya.
Tak lama orang itupun manggut - manggut, menandakan bahwa ia mengerti atas apa yang dikatakan oleh tuannya.
Kembali ke sisi Elisa, gadis itu nampak memegangi kepalanya.
"Anda baik - baik saja, Nona?" tanya bartender tadi.
"...." Elisa tak mengatakan apapun, tapi ia mengisyaratkan jika dirinya baik - baik saja. Ya, meskipun kebenarannya berkata lain.
Elisa merasa sangat mual dan pusing. Ia pun akhirnya berusaha berdiri dan berjalan ke kamar mandi.
Namun baru saja ia akan masuk ke kamar mandi, seseorang menariknya dan bersamaan dengan itu Elisa jatuh tak sadarkan diri.
Lelaki itu mengangkat dan membawa tubuh Elisa keluar dari sana melalui pintu belakang.
Sementara Boby, lelaki yang tadi bermaksud kurang ajar pada gadis itu kini sedang memarahi seorang bartender yang tadi melayani Elisa.
"Sekarang dimana wanita itu?" tanyanya.
"Saya tidak tahu, Tuan. Tadi dia masih disini saat aku melayani tamuku yang lainnya," bela bartender itu.
"Aku sudah memberimu uang tapi nyatanya kau sama sekali tidak berguna!" bentaknya dengan geram.
Boby sudah mengincar Elisa sejak tadi tapi kini gadis itu lolos dan menghilang begitu saja. Padahal ia telah memasukkan obat perangsang pada minuman Elisa saat gadis itu pergi ke kamar mandi, tadi.
Ia membayangkan tubuh indah milik Elisa bisa ia nikmati malam ini, tapi rencananya benar-benar gagal total gara-gara bartender yang tidak bisa ia andalkan itu.
Boby menjatuhkan tubuhnya di kursi putar yang ada di dekatnya. Ia pun memesan minuman untuk meredakan gejolak di dalam dirinya.
"Boby? Bagaimana?" tanya seorang wanita anggun berambut gelombang yang tadi datang kemari bersama Elisa.
"Dia pergi," jawab Boby dengan kesal.
"Apa?" tanya Stevi terkejut.
"Dia menghilang, adikmu itu menghilang entah kemana,"
"Bagaimana bisa?" bisik Stevi dengan tenang. Ia memang benar-benar menjaga sikapnya. Meski hatinya sedang gelisah pun ia bisa bersikap dengan sangat tenang.
"Semua ini gara-gara bartender sialan itu!" jawab Boby seraya menunjuk kesal dengan ekor matanya ke arah lelaki yang sedang meramu minuman untuk tamu yang lain.
Stevi nampak gelisah, tapi ia tetap berusaha mengendalikan dirinya.
Setidaknya, meski tidak ditangan Boby, adiknya akan hancur juga malam ini. Jelas-jelas ia melihat sendiri jika Boby telah memasukkan sesuatu kedalam minuman adiknya.
"Tenanglah Boby, aku akan atur waktunya lagi lain kali," ujarnya santai.
"Terserah kau saja,"
"Jangan batalkan kerjasama dengan perusahaan Papaku," pintanya seraya tersenyum.
"Tapi jika kau tidak bisa membuat adikmu jatuh ke dalam pelukanku, aku tidak segan-segan melampiaskannya padamu!" ancam Boby.
"Apa yang kau bicarakan?"
"Hahaha ... apa aku membuatmu takut?"
"Tentu saja,"
"Tapi tenanglah, aku hanya penasaran dengan adikmu. Tapi jika aku tidak bisa tidur dengannya, aku akan berpaling padamu."
"Jangan bercanda!" ancam Stevi.
Lihatlah, meski sedang mengancam, tapi wajahnya masih sangat anggun. Benar-benar sangat pandai mengendalikan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Truely Jm Manoppo
ihhh kok jadi kakak jahat banget sama adiknya. Jangan2 rumor adiknya Elisa itu kerjaan si Stevi ... gila bener.
2023-10-09
0
Idku Nursaman
stevi... stevi...
stevi... ooolaalaaa....
2023-03-14
0
Siti Mujimah
ampyun punya kakak kyk gt...ibunya ngidam ap pas hamil dia
2023-02-18
0