Dibuat Kesal

Haven menerima seluruh data mengenai organisasi milik Zain, kini dia, Arkan, Azkan dan Zay sedang berkumpul di sebuah club malam milik Miller, club besar yang ada di London.

Arkan, Azkan dan Haven itu seumuran yaitu 28 tahun, sedangkan Zay baru 20 tahun. Zay yang tidak pernah ingin berkecimpung dalam dunia mafia merasa tidak sanggup untuk mengurus organisasi milik Zain, Arkan dan Azkan juga memiliki organisasi sendiri jadi mereka pun tidak mau, karena selama ini Zain dan Haven dekat dan saling membantu, makanya Zay menyerahkan semua pada Haven.

Haven menerima semuanya dengan senang hati, dengan mengemban organisasi itu, kekuasaan Haven semakin bertambah karena lokasi yang Zain miliki sangatlah luas.

“Aku akan mengurus semuanya, tapi aku tidak bisa mengganti nama organisasi ini dengan milikku dan jika kau ingin kembali mengambil organisasi ini, katakan saja padaku Zay, aku pasti akan memberikannya padamu.” kata Haven dengan tulus.

“Iya, aku akan memikirkan semuanya, untuk sekarang mungkin aku tidak menginginkannya.”

Setelah pertemuan di club itu, mereka kembali ke rumah masing-masing, Zay menginap di mansion Miller, malam itu Miller dan Zay berbincang di ruang kerja Miller.

“Uncle, sebenarnya siapa yang melakukan hal ini pada Zain? Aku yakin kalau Josh itu hanya orang suruhan.” Zay mengemukakan keanehan mengenai kematian Zain.

“Itulah alasan kenapa aku memanggilmu ke sini, ada orang besar dibalik kematian Zain dan Zain tampaknya memang menyerahkan diri pada mereka, bukan mereka yang dengan mudah membunuh Zain. Coba lihat ini.” Miller memperlihatkan data-data yang telah disimpan dan dikumpulkan oleh Zain selama ini, Zain dengan cermat mengetahui seluk beluk dan rencana lawannya, di sana juga Zain telah mengetahui kalau Josh akan menyerang dirinya ketika bersama dengan Zoya.

“Apa sebenarnya yang disembunyikan oleh Zain?”

“Kau harus melihat ini.”

Mata Zay membulat saat melihat ada organisasi raksasa yang bergerak di berbagai penjuru dunia, dia masuk ke dalam data milik Zain.

“Zain mengincar organisasi ini uncle?”

“Entahlah, entah dia mengincar atau dia yang diincar, karena organisasi ini begitu kuat dan pemimpinnya dikenal dengan nama Avram. Tak ada yang mengetahui siapa Avram ini dan bagaimana rupanya, yang jelas dia orang yang berbahaya dan tak kenal ampun dalam dunia mafia, markas terbesarnya ada di Amerika, Rusia, Italia dan Spanyol.” Tutur Miller.

“Apa uncle pernah berurusan dengannya?”

“Tidak Zay, yang aku tau, dia orang yang sangat kejam dan menakutkan, dia akan membunuh siapapun yang tidak dia sukai, aku berharap bukan dia dalang dari pembunuhan Zain.”

“Tapi jika memang itu adalah dia, aku akan tunjukkan bagaimana menakutkannya aku dibanding dia.” Miller tersenyum, Zay ini memang seperti Sean, dia tidak bisa jika keluarganya terusik.

“Aku berharap itu memang bukanlah dia Zay.” Miller menutup laptopnya dan duduk santai sambil minum bersama dengan Miller.

“Quantum Syndicate, Avram, aku akan mencari tau mengenai organisasi ini.” Lirih Zay.

...***...

“Zay, aku merindukanmu, kau dimana?” tanya Zoya pada Zay di telfon.

“Buka pintumu dan kau akan melihatku, aku lelah berdiri di depan apartemen mu Zee.” Zoya berlari menuju pintu.

Zoya langsung merungut karena Zay mempermainkannya.

“Dasar pembohong.” Zoya memutuskan panggilan itu, lalu menutup pintu dengan keras, dia memasuki kamar dan menangis.

“Ternyata jauh dari mama, papa dan yang lain membuat aku semakin menderita, aku merindukan semuanya.” tangis Zoya, baru beberapa minggu di sana dia sudah sangat merindukan keluarganya.

Ponsel Zoya kembali berdering, dia pikir itu adalah Zay, dia siap untuk memaki Zay kali ini namun ternyata itu adalah Gavino.

Zoya menggeser warna hijau yang tertera di layar ponselnya.

“Temui aku di Victory Cafe sekarang.”

“Iya, nanti saja bagaimana?”

“Sekarang atau tidak sama sekali.” Gavin langsung memutus panggilan, Zoya bergegas menuju cafe yang dimaksud oleh Gavin, dia mengenakan pakaian santai dengan rambut yang dia ikat asal, penampilan Zoya memang sederhana tapi sangat berkelas.

Dia menaiki taksi dan sampai di depan cafe yang dimaksud, Zoya melangkah masuk dan mencari dimana Gavin berada, tapi pria itu tidak ada. Zoya menghubungi Gavin karena dia pikir Gavin belum sampai.

“Aku sudah sampai, kau dimana?” tanya Zoya.

“Aku sudah pulang, kau terlalu lama.” jawab Gavin lalu memutuskan kembali panggilan itu, Zoya menghela napasnya dan memejamkan mata.

Zoya menyusul Gavin ke apartemen pria itu, dengan hati deg degan, Zoya menunggu pria itu membukakan pintu dan ya, pria itu berdiri tepat di hadapannya.

“Kenapa kau datang ke sini?” tanya Gavin.

“Kau tapi ingin bertemu denganku, aku tidak telat datang ke sana, kau saja yang terburu-buru pergi.”

“Kau menyalahkan ku?”

“Bukan begitu, ada apa kau memanggilku tadi?”

“Tidak ada, aku hanya ingin kau menemani aku makan di cafe, tapi karena kau lama jadi selera makanku hilang dan aku pergi.” Zoya melongo mendengar pernyataan dari Gavin, dia sampai harus buru-buru untuk menemui Gavin namun ternyata pria itu hanya meminta dia untuk menemani makan saja.

“Keterlaluan, aku pikir kau akan mengajari aku bela diri, tapi malah meminta aku menemanimu makan. Menyebalkan.” Gerutu Zoya lalu pergi meninggalkan Gavin, dia melangkah dengan cepat dan kesal.

Zoya menunggu taksi, pikirannya kembali pada Zain yang dulu sering begitu padanya, persis seperti Gavin saat ini.

“Zee, cepat datang ke cafe biasa ya, aku tunggu sekarang.” Zoya yang sedang tidur siang langsung bangun dan bergegas menuju cafe yang dimaksud oleh Zain, namun baru saja sampai di halaman rumah, dia melihat Zain baru saja pulang, Zain tampak gagah dengan motor besarnya itu.

“Kau baru saja menghubungiku Zain, ini aku mau pergi, kenapa kau sudah ada di sini?”

“Kau kelamaan Zee, selera makanku jadi hilang, temani aku nonton saja, ayo.” Zoya kesal.

“Keterlaluan.” Bentak Zoya lalu memasuki rumah, Zain mengikuti kembarannya itu dan mencoba untuk membujuk Zoya.

“Ya Maaf, sekarang tuan putri mau kemana? Mau jajan apa?” bujuk Zain.

“Aku mau tahu brontak, topokki, mie gacoan, martabak manis, pukis, kue mangkuk, serabi kuah dan—”

“Ayo kita beli semuanya.” Zoya kembali tersenyum, dia dan Zain jalan-jalan sambil kulineran berdua.

Zoya menghapus air matanya, dia jadi teringat dengan Zain saat ini.

“Kau menangis hanya karena hal sepele begitu?” Zoya kaget mendengar suara di belakangnya, Zoya berbalik dan menatap Gavino.

“Aku tidak menangis karena itu.” Jawab Zoya dengan ketus.

“Baiklah, kau sudah makan?”

“Belum.”

“Kau ingin makan dimana dan makan apa? Aku akan menemanimu, kebetulan aku juga belum makan sama sekali dari tadi pagi.”

“Aku tidak lapar.”

“Kau merajuk?”

“Kau pikir saja sendiri, aku mau pulang.” Zoya menaiki taksi yang sudah berhenti di depannya, Gavin juga ikutan masuk tapi dia duduk di bangku kemudi, dia meminta sang sopir turun.

“Nanti aku akan mengembalikan mobil ini, pegang ini.” Gavin memberikan sejumlah uang pada sopir taksi itu dan kartu namanya.

“Kau ini sudah gila ya?”

“Yaa karena kau.”

Gavin mengendarai taksi itu dan berhenti di sebuah cafe, mereka turun dan memasuki cafe besar yang banyak pengunjung.

Gavin dan Zoya duduk di meja yang dekat dengan jendela, mereka memesan beberapa makanan dan juga minuman.

“Maaf Zee, tadi ada yang menggangguku, makanya aku pergi dari cafe itu.” Zoya menatap Gavin dengan tatapan tidak suka.

“Jangan panggil aku Zee.”

“Kenapa? Bukankah itu panggilanmu?”

“Itu hanya untuk orang terdekatku, kau tidak boleh memanggil aku begitu.”

“Oke, aku akan memanggilmu Zoya, kapan aku bisa memanggil mu dengan sebutan Zee?”

“Tidak akan pernah.”

“Oke.”

Makanan datang, mereka makan dalam keheningan hingga semua habis. Gavin menatap Zoya dengan intens.

“Perfect.” Gumam Gavin tanpa didengar oleh Zoya.

“Siapa yang mengganggumu di cafe tadi?” tanya Zoya untuk memecah keheningan.

“Aku tidak tau, hanya seorang pengganggu.”

“Kekasihmu?”

“Aku tidak memiliki kekasih.” Zoya tak lagi bertanya, dia menatap keluar jendela begitu juga dengan Gavin.

“Kau sudah memiliki kekasih?” tanya Gavin pada Zoya.

“Sudah.” jawab Zoya tanpa menatap Gavin.

“Siapa?”

“Zain.”

“Dimana dia sekarang? Lain kali, pertemukan aku dengannya?”

“Dia ada di surga, jika kau mau menemuinya, aku bisa mengirim mu padanya.” Gavin tertawa lepas, dia tidak menyangka kalau Zoya akan menjawab hal itu padanya.

“Aku pikir kau ini polos, ternyata kau memiliki jiwa pembunuh juga, aku suka.” Gavin kembali menyeruput minumannya sedangkan Zoya hanya tersenyum hambar.

...***...

Episodes
1 Persaudaraan
2 Menghajar Penguntit
3 Trauma Mendalam
4 Menemukan Orang Yang Tepat
5 Dibuat Kesal
6 Pertama Untukmu Tapi Tidak Untukku
7 Aku Ingin Menemuimu
8 Berlatih Bela Diri
9 Organisasi Yang Meresahkan
10 Penyerangan Markas Zen Zephyrs
11 Permintaan Maaf
12 Pemimpin Quantum Syndicate
13 Pengkhianat Yang Sebenarnya
14 Perpisahan Dengan Teman Masa Kecil
15 Kepulangan Anak-Anak
16 Semua Menghilang
17 Menjadi Sandera
18 Rekaman Masa Lalu
19 Kekecewaan Mereka
20 Permintaan Maaf
21 Berurusan Dengan Psikopat
22 Hilangnya Kehormatan
23 Penerimaan Yang Baik
24 Salah Pilih Korban
25 Ciuman Itu Kembali Dirasakan
26 Bertarung Kembali
27 Berakhir Dalam Perut Buaya
28 Malam Perpisahan
29 Perpisahan Yang Diinginkan
30 Berhasil Melumpuhkan Musuh
31 Mengingat Penyiksaan Lama
32 Tidur Di Club
33 Gadis Dari India
34 Menyusup Ke Ruangan Bawah Tanah
35 Merencanakan Pembebasan
36 Misi Selesai
37 Permintaan Untuk Menjauh
38 Perjodohan
39 Ancaman Zoya
40 Akibat Obat Perangsang
41 Malam Pertama
42 Keinginan Untuk Hamil
43 Menggoda dan Tergoda
44 Pelayan Tak Tahu Diri
45 Memanfaatkan Perasaan
46 Obat Tidur
47 Aku Hanya Mencintai Istriku
48 Mau Cireng
49 Eksperimen Gila
50 Kekecewaan Pada Kekasih Hati
51 Melampiaskan Rasa Sakit
52 Wanita Yang Tepat
53 Dilema
54 Selesai Satu Masalah, Datang Masalah Lain
55 Itu Benihku
56 Menghilang
57 Keributan Tak Terelakkan
58 Dikhianati Kembali
59 Sudah Punya Pacar?
60 Penolakan Zay
61 Wanita Tangguh
62 Taruhan Satu Juta Dollar
63 Penyerangan Karesa
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Persaudaraan
2
Menghajar Penguntit
3
Trauma Mendalam
4
Menemukan Orang Yang Tepat
5
Dibuat Kesal
6
Pertama Untukmu Tapi Tidak Untukku
7
Aku Ingin Menemuimu
8
Berlatih Bela Diri
9
Organisasi Yang Meresahkan
10
Penyerangan Markas Zen Zephyrs
11
Permintaan Maaf
12
Pemimpin Quantum Syndicate
13
Pengkhianat Yang Sebenarnya
14
Perpisahan Dengan Teman Masa Kecil
15
Kepulangan Anak-Anak
16
Semua Menghilang
17
Menjadi Sandera
18
Rekaman Masa Lalu
19
Kekecewaan Mereka
20
Permintaan Maaf
21
Berurusan Dengan Psikopat
22
Hilangnya Kehormatan
23
Penerimaan Yang Baik
24
Salah Pilih Korban
25
Ciuman Itu Kembali Dirasakan
26
Bertarung Kembali
27
Berakhir Dalam Perut Buaya
28
Malam Perpisahan
29
Perpisahan Yang Diinginkan
30
Berhasil Melumpuhkan Musuh
31
Mengingat Penyiksaan Lama
32
Tidur Di Club
33
Gadis Dari India
34
Menyusup Ke Ruangan Bawah Tanah
35
Merencanakan Pembebasan
36
Misi Selesai
37
Permintaan Untuk Menjauh
38
Perjodohan
39
Ancaman Zoya
40
Akibat Obat Perangsang
41
Malam Pertama
42
Keinginan Untuk Hamil
43
Menggoda dan Tergoda
44
Pelayan Tak Tahu Diri
45
Memanfaatkan Perasaan
46
Obat Tidur
47
Aku Hanya Mencintai Istriku
48
Mau Cireng
49
Eksperimen Gila
50
Kekecewaan Pada Kekasih Hati
51
Melampiaskan Rasa Sakit
52
Wanita Yang Tepat
53
Dilema
54
Selesai Satu Masalah, Datang Masalah Lain
55
Itu Benihku
56
Menghilang
57
Keributan Tak Terelakkan
58
Dikhianati Kembali
59
Sudah Punya Pacar?
60
Penolakan Zay
61
Wanita Tangguh
62
Taruhan Satu Juta Dollar
63
Penyerangan Karesa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!