NANIII?!! kalian belum Like? CK CK CK, sungguh perbuatan yang tidak dapat di contoh.
Like sekarang ato... ded
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Kaira memiringkan kepala nya. “Memang nya kenapa Tuan? Apa aku salah?” tanya nya polos.
“Uhukk!! Uhuk!” Balft mengelus-elus dadanya. “Tidak bukan begitu, tapi... Elemen mu Es sedangkan untuk menjadi seorang Alchemist di perlukan minimal Elemen Api.”
Suasana ruangan seketika langsung hening, Balft sempat berpikir bahwa Kaira akan putus asa setelah mendengar ucapan nya. Balft ingin melanjutkan, namun suasana masih terlalu canggung sekarang.
Di saat yang bersamaan, Laurent sedang mengusap-usap wajah nya yang basah akibat semburan minuman dari Balft. Dan dirinya yang hanya diam semakin menambah kecanggungan.
Balft menghela nafas panjang, setelah diam selama beberapa menit. “Kalau boleh tau kau belajar Alchemy dari mana?” Balft berusaha mencari topik pembicaraan.
“Kakekku! Beliau sangat hebat dalam bidang tersebut, aku yang penasaran pun meminta nya untuk mengajari ku dan aku faham sedikit-sedikit.”
Pria berambut biru itu mengelus-elus dagu nya. “Hmm... Kau bilang dia sangat hebat kan? Kalau boleh tau siapa nama nya?”
Kaira tersenyum sumringah. “Aku yakin Tuan pasti tau nama nya, Beliau itu bernama Izura Zhen sang God of the Alchemist.”
“Pffftr!” Lagi-lagi Balft menyemburkan minuman nya ke arah wajah Laurent.
BRAK!
Balft menggebrak meja, raut wajah nya berubah menjadi serius. “Kau tidak bercanda kan?! Kau cucu nya si Kakek tua itu?!”
Kaira hanya mengangguk.
Balft menggaruk-garuk kepalanya, dia berusaha untuk mencerna keadaan dan situasi yang sangat tidak terduga ini. Apakah ini hanya kebetulan? pikir nya.
“Kalau begitu sudah benar niat ku untuk mengangkat mu menjadi murid ku.” Balft kembali duduk, lantas melipat tangan nya di depan dada.
Dengan wajah datar, Laurent memperhatikan mereka berdua secara bergantian.
“Sebenar nya masih ada harapan untuk mu, kau masih bisa menjadi seorang Alchemist.”
“Benarkah itu Tuan?!” Kaira terlihat sangat antusias ketika mendengar nya.
“Ya, kau bisa menyerap salah satu dari ketiga puluh Magic Fire. Namun, eee... Biar aku jelaskan.”
Magic Fire merupakan Api yang terbentuk di saat yang bersamaan dengan terbentuk nya Asgrad, dan dari ketiga puluh yang lokasi nya sudah di temukan baru 19.
Magic Fire yang sudah berhasil di serap total nya ada tujuh, dan dari ke tujuh Api itu masing-masing di miliki oleh satu orang.
Berkat bantuan Magic Fire, tujuh orang itu dapat menjadi sangat kuat. Tapi harga yang harus di bayar untuk sebuah kekuatan yang besar itu tentu saja tidak murah.
Mereka bertujuh bertaruh nyawa untuk menyerap Magic Fire mereka. Karena untuk menyerap Magic Fire di perlukan mental dan fisik yang sangat kuat.
Jika dua syarat itu tidak di penuhi maka hal yang akan terjadi berikutnya adalah, sebuah abu berwarna hitam yang memiliki bau seperti daging bakar akan menghiasi udara.
Ya, orang yang mental dan fisik nya lemah, tapi masih nekat untuk menyerap Magic Fire akan langsung terbakar lalu mati.
Selain susah untuk di serap, lokasi dari Magic Fire yang sudah di ketahui juga sangat susah untuk di jangkau dan tentu nya berbahaya.
Jadi tidak heran jika baru tujuh Api saja yang sudah berhasil di serap, sedangkan dua belas sisa nya masih berada di tempat.
Mendengar penjelasan Balft, Kaira hanya bisa menelan ludah berat. Sepertinya impian nya untuk menjadi seorang Alchemist tersohor seperti Kakek nya akan lenyap.
Balft menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskan nya secara perlahan. “Tenang saja, jika kau sudah menjadi cukup kuat, kau pasti akan bisa menyerap Api-Api itu. Cukup sudah untuk hari ini besok kita lanjutkan lagi.”
Kaira mengangguk, dia hanya menuruti apa yang Balft katakan.
Mereka berdua pun berdiri, lantas berjalan menuju ke arah pintu Bar. Meninggalkan Laurent yang tertidur saat Balft menjelaskan tadi.
Tiba-tiba Balft berhenti di daun pintu Bar. “Carilah Penginapan, besok pagi temui aku di gunung sebelah Utara di bawah pohon raksasa. Kau akan ku latih di sana.”
WUSH!!
Setelah berkata demikian, Balft langsung melesat. Lalu menghilang dalam sekejap.
<----<>---->
Tidak terlalu sudah untuk menemukan penginapan yang nyaman dan murah di Kota Luizis ini. Jadi dalam waktu beberapa menit saja Kaira sudah berada di atas ranjang sekarang.
Kaira merebahkan tubuhnya sambil mengingat-ingat apa yang baru saja dia pelajari dari Balft. Dia sempat larut dalam pemikiran nya selama kurang lebih 10 menit.
Kaira terpikirkan satu hal yang membuat lamunannya terpecah. Dia langsung membuka tas nya lalu mengambil sebuah kotak kecil yang terbuat dari kayu.
Pemuda berambut putih itu kemudian membuka kotak kecil tersebut, dan ternyata isi dari kotak kecil adalah sebuah Dimension Ring.
Jujur Kaira sendiri tidak tau apa isi dari Dimension Ring itu, tapi yang pasti di dalam nya ada sesuatu yang penting. Mengingat itu adalah cincin pemberian Kakek nya.
Kaira sudah mencoba berbagai cara untuk mengeluarkan isi nya, namun hasil nya nihil. Sangat berbeda saat dia menggunakan Dimension Ring milik nya dulu.
Tapi sayang, Dimension Ring satu-satunya itu sudah di ambil secara paksa oleh seseorang yang paling Kaira benci.
Karena terlalu larut dalam pikirannya, Pemuda itu sampai tidak sadar bahwa dirinya sekarang ini sudah tertidur pulas.
Di sisi lain, Balft tengah duduk di atas sebuah dahan pohon besar, sambil menatap bulan purnama dengan tatapan sendu.
Beberapa menit kemudian, Balft merogoh saku bajunya dan dia mengeluarkan sebuah lencana berbentuk bulan sabit yang berwarna perak.
Pria itupun mengangkat lencana tersebut di depan mukanya. “Semoga kau masih baik-baik saja di sana, Triel.”
<----<>---->
Pagi-pagi buta, Kaira langsung turun dari lantai dua menuju ke lantai satu untuk memesan sarapan. Setelah selesai sarapan dia lantas melesat menuju gunung.
Jarak antara gunung dengan penginapan Kaira tidaklah terlalu jauh. Hanya butuh 15 menit melesat menggunakan kecepatan nya saat ini.
Sesampai nya di sana, Kaira tidak menemukan siapa-siapa. Dia celingukan kesana kemari mencari keberadaan Balft, namun tidak menemukan nya.
‘Apa aku salah pohon? Tapi sejauh mata memandang aku hanya bisa menemukan satu pohon raksasa saja.’
Kaira menggaruk-garuk kepalanya bingung, namun tanpa dia sadari ternyata ada sebuah tendangan yang sedang mengarah pada nya.
Saat merasakan ada hembusan angin di tengkuk nya, Kaira langsung merunduk dan ternyata, sebuah kaki melintasi di bekas tempat kepala nya tadi berada.
Setelah menunduk Kaira langsung melancarkan tendangan ke atas, namun kaki nya berhenti karena pergelangan kakinya di tangkap oleh tangan.
Mata Kaira langsung melebar saat menyadari, bahwa orang yang menyerang nya adalah Balft.
“Reflek mu bagus juga.” Kemudian Balft melepaskan cengkraman nya.
Kaira mengelus-elus kaki nya yang sedikit terasa sakit itu, sebelum kembali menatap Balft. “Kenapa anda tadi menyerang ku, Tuan?”
“Tidak ada apa-apa, itu hanya untuk pemanasan. Sekarang cepat berdiri sudah saatnya untuk memulai latihan fisik.”
“Tapi Tuan, aku sudah cukup percaya diri dengan kekuatan fisik ku yang sekarang.” Kaira menepuk-nepuk pundak nya.
Mendengar hal itu, Balft mengangkat sebelah alisnya. “Oh, begitu ya? Kalau begitu coba kau pelajari dan praktekan Jurus ini.” Dia melemparkan sebuah gulungan.
Kaira menangkap gulungan tersebut dengan sempurna, lalu membuka nya. Ternyata itu adalah Jurus tipe Movement, yang bernama Lightning Step.
“Kau pelajari saja dulu, aku sedang ada urusan.”
TAK! WUSH!!!
Setelah Balft menghilang entah kemana, Kaira langsung menuju sebuah batu besar yang bisa di gunakan untuk duduk.
Gulungan tersebut pun Kaira jabarkan di atas batu besar itu. Mata Kaira bergerak kesana-kemari mempelajari isi dari gulungan tersebut.
Tiga jam kemudian, dia sudah siap untuk mempraktekkan nya. Kaira melompat-lompat kecil sambil berusaha mengatur nafas nya.
Pemuda itupun mengalirkan Magi ke pergelangan kaki nya. Dan detik berikutnya dia langsung melesat dan meninggalkan jejak petir di tempat yang dia lewati.
“Hahaha, ini- Ahk!”
Tiba-tiba kaki Kaira terasa sangat lemas, di tambah rasa nyeri yang sangat mendalam. Kaira mencoba untuk duduk, kemudian meluruskan kaki nya, sambil meringis kesakitan.
Balft yang dari tadi mengawasi dari atas pohon, langsung melompat turun menghampiri Kaira. “Makanlah ini.” Pria itu melemparkan beberapa Pil Penyembuh ke arah Murid nya itu.
Kaira cukup kaget dengan kedatangan Balft, tapi dia tidak memperdulikan nya.
Kaira langsung menangkap Pil-Pil itu, lantas memasukan nya ke dalam mulut. Rasa nyeri yang tadi menyelimuti kaki nya, kini sudah hilang, dalam sekejap saja.
“Apa kau masih ingin melakukan nya lagi?“
“Hem! hem!” Kaira menggeleng-gelengkan kepalanya keras.
“Kalau begitu cepat berdiri! Dan lari mengitari gunung ini tanpa Magi sama sekali.”
Kaira menelan ludah berat, kemudian dia mulai melakukan apa yang Balft suruh. ‘Astaga, Tuan Balft menyeramkan sekali...’
Dalam beberapa saat, Kaira sudah tidak terlihat lagi. Balft menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kau sama saja seperti si tua bangka itu.”
Pria itu melangkah mendekati gulungan Lighting Steps yang tergeletak di atas sebuah batu. Balft mengambil gulungan tersebut. “Konyol, tapi benar-benar hebat.”
<----<>---->
Di putaran pertama Kaira masih baik-baik saja, namun di putaran kedua nafasnya sudah mulai memburu, dan saat sudah menyelesaikan putaran ke tiga, dia hampir saja ambruk karena kehilangan keseimbangan.
Tubuh Kaira sekarang sudah di penuhi oleh keringat, setiap helaan nafas nya juga makin terasa pendek dan pandangan nya sudah agak buram.
“Waktu istirahat mu setengah jam.”
Tiba-tiba Balft muncul di belakang punggung Kaira, membuat pemuda itu terjungkal kaget dan rasa lelah nya tadi juga langsung hilang. “Em... Baiklah.”
Mereka berdua pun berjalan menuju tempat pohon raksasa tadi, di sana Kaira langsung meminum air yang dia bawa.
Sambil beristirahat, tiba-tiba Kaira teringat tentang siapa itu Balft. Dia pun menanya kan hal tersebut.
Balft tersenyum tipis mendengar pertanyaan itu. “Nama ku Balft Voltax, aku ini bukanlah siapa-siapa. Aku hanya seonggok sampah yang di juluki Black Traitor,” ucap Balft lirih.
Kaira hanya terdiam merenungkan peryataan Balft tadi. Dia merasa seperti nya telah melontarkan pertanyaan yang salah, kemudian tercetuslah sebuah ide di kepala Kaira.
“Tuan, apa Api Biru mu itu merupakan Magic Fire? Kalau iya bukankah itu hal yang hebat?!” Kaira berusaha menghibur Balft.
Menyadari niatan Kaira, Balft hanya tertawa kecil. “Sayang nya bukan, itu hanya Elemen Api biasa yang ku gabungkan dengan Elemen Es. Dan jadilah Api Biru yang dingin tapi bisa membakar seperti api normal.”
“Waah... bukankah itu juga sama luar biasa ya?”
“Tidak tidak, hal yang aku lakukan itu cuma hal yang biasa. Untuk orang yang mempunyai dua Elemen atau lebih, mereka pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang ku lakukan.”
Dan dari situ obrolan mereka berdua mengalir bak air sungai. Hingga waktu istirahat Kaira selesai, dan latihan pun dimulai lagi.
Will Continue In Chapter 4 >>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
🐰F͢ɪ͋ᴄ͠ᴀ᪶ ࿐
lnjut kk
2020-09-12
0
Asih Sunkar
lagi
2020-09-09
0
Ronymaki
Bener juga ya.... Kaira butuh sihir api
2020-09-04
3