Bang Panjul tiba-tiba ngomong, "Nah Bu tangisan bayi terdengar lagi kayak dulu 10 atau 16 tahun ke belakang. Sebelum Kakek Ambar meninggal, bahkan dua warga melihat banyak sosok bayi di hutan dan itu banyak banget. Tergeletak begitu saja"
"Kalau keadaan Kampung tidak baik-baik saja, mungkin emang kayak gitu Jul. Atau mungkin gara-gara ulah Agis sebelumnya, dulu pada zaman kakek Ambar baik-baik aja sudah hanya kabar saja itu" Ucap Bu Yani.
"Candra simpan saja berkasnya di sebelah sana" Chandra langsung berdiri, dan membawa berkas-berkas kemeja yang dimaksud Bu Yani. Habis ngomong itu, Bu Yani langsung masuk ke kamar.
Sementara Kakak Panjul dan Mak Ela berjalan menuju ke arah dapur, langsung aja tuh Candra samperin Kang Panjul yang sekarang duduk di area belakang.
"Gimana Kang, aman" Tanya Candra.
"Bener rokok itu" Tanya Kang Panjul.
"Bapa semalam ke kamar Kang, kayak waktu itu lagi"
"Akang nggak bisa ambil resiko buat datang ke ujung kampung, buat mastiin Bapak Kamu ada di sana. Tapi akang menyuruh beberapa warga di kampung sini yang bisa kamu pegang, supaya ngasih informasi kalau melihat barja mbonceng Bapaknya Chandra"
"Susah ya kang"
"Suasana di kampung sedang sulit, apalagi lagi rame-rame terekan janin seperti kejadian zaman dulu"
"Terekan janin itu apa kang" Kang Panjul jelasin.
"Istilah dari Terekan janin itu, adalah jiwa-jiwa bayi yang dulunya dipaksa keluar dari rahim. Dan sekarang arwah arwah mereka dimanfaatin oleh jin, buat dibikin jadi makhluk tersesat di hutan, kayak kejadian semalam itu yang warga-warga Pada lapor.
"Bekas abo\*\*i itu?
"Bisa jadi Chandra dan Kalau benar dalang kematian Agis adalah orang yang akang curigai, harusnya bisa berakhir sama orang itu di tangan Akang"
Lagi ngobrol-ngobrol kayak gitu lagi-lagi mereka harus berhenti, karena Makela udah mulai mengawasi. Semakin sore beberapa warga datang lagi tuh ke rumah buat ngelapor, seperti kejadian semalam. Yang Kang Panjul ceritain tuh tentang teraekan janin, bahkan beberapa warga yang habis pulang nyari kayu bakar itu ngelapor bahwa mereka mendengar tangisan bayi dari arah hutan itu.
Warga-warga bilang takut kalau kejadian seperti puluhan tahun yang lalu, akan terulang kembali membuat Candra makin curiga kalau dalang dari semua ini adalah keluarga besarnya sendiri.
Nggak tahu Itu Kakek Ambar, Pak Agung atau bapaknya sendiri, waktu makan malam seperti pada malam biasa itu di meja makan.
"Aku mesti ke perbatasan kampung, soalnya warga-warga udah pada ketakutan dan dia harus hadir di situ buat tenangin mereka" Ucap Pak Agung.
Bu Yani sama Chandra hanya diam aja, habis Maela beresin piring Bu Yani langsung masuk ke kamar dan Candra langsung ke inget tuh sama omongannya Budi. Kalau malam ini dia harus membuka jendelanya sebelah, gak pake lama Candra Langsung masuk kamar dan buka jendelanya itu separoh.
Tak berapa lama kedengeran suara dari pintu kamar dari Chandra.
"Chandra udah tidur belum" tuh kedengeran suaranya Bu Yani dan Candra menjawab: "Belum Bu"
Habis itu Bu Yani langsung masuk ke kamarnya, Bu Yani sempet bingung kenapa Candra buka jendela kok cuma separoh, karena biasanya Candra buka jendela itu dua-duanya Candra Jawab aja "dingin Bu"
Di situ Candra melihat mata Bu Yani sembab, beberapa kali Bu Yani kayak mengusap matanya gitu. Kayaknya habis nangis, Karena rasa penasaran Candra pun bertanya: "Kenapa Bu?"
"Nggak tahu ini hanya perasaanku atau gimana, Candra udah tahu semua yang terjadi yang hal terjadi di kampung ini"
"Harusnya Chandra gak datang untuk menumpang hidup di sini Bu, jadi semuanya nggak kayak gini"
"Iya tapi nggak salah dan nggak berkaitan sama Ibu, Banu anak laki-laki ibu satu-satunya. Sudah tahu akan hal ini, tapi susah dicegah Agung itu selalu percaya sama Ni itoh"
"Sebentar Bu, kenapa ibu kok ngomongin itu" Bu Yani bilang:
"Sebenarnya Ibu Gina, ibunya Candra itu dari awal sudah cemas tapi Abbas tetap yakin. Kalau nggak ada pilihan lain, selain kirim Candra ke desa ini Dan berharap semuanya baik-baik saja"
Chandra nggak tahu kalau dulunya kayak gimana, keluarga besar mereka malam itu sewaktu Bu Yani cekcok sama Pak Agung yang karena Chandra keluar kamar malam-malam.
"Sebenarnya Bu Yani udah curiga kalau Candra keluar kamar, dan ada orang lain yang ngebantu" dia cuma diem dan keingat, kalau malam itu Bu Yani sempat melihat tanah di lantai bekas kakinya Budi.
"Maksud ibu Kampung abo\*\*i?" Tanya Candra.
"Iya itu akan jadi dosa Ibu setiap ada tamu Perempuan yang datang, dan pulang dalam keadaan perut rata. Itu karena Agung nggak bisa mencegah dan nggak bisa ngurusin itu, hanya karena dulunya sudah diberi izin sama kakek Ambar. Supaya itu tetap terjadi di kampung ini, selain itu Agung berdalih dengan kata meneruskan.
"Dan sampai Ismi mengandung dan banu anak Ibu satu-satunya, harus keluar dari kampung sama seperti ibu kamu dulu pas mengandung kakak kamu. Nggak pernah kembali lagi hanya karena takut, berurusan sama Ni itoh" Bu Yani cerita itu sambil nangis-nangis.
Anehnya malam itu angin berasa kenceng, beberapa kali Bu Yani sama Candra merasa kalau ada suara orang mendekat. Apalagi suaranya sama kayak kejadian sore di kampung itu, yang Chandra mau dihabisi tapi situ Candra berusaha tenang dan terus nanya lagi.
"Ibu tahu nggak ceritanya Kakek Ambar dulu" Bu Yani bilang Kalau dia nggak tahu. Karena cerita itu ditutup sama Pak Abbas dan Agung, dan kedua orang itu akan berantem kalau sampai Bu Yani nanya perihal itu. Habis itu Bu Yani ngeluarin HP dari kantong celananya, dan dia seperti nyari-nyari sesuatu nggak Berapa lama dia nunjukin sebuah pesan dari Bu Gina.
"Yani tolong pastiin Abbas tidak kembali ke rumah itu, ke rumahnya Ni itoh tolong saya minta tolong"
Candra ngerti ini rasa ketakutan ibunya, itu dia juga kecewa kenapa nggak dari dulu Cerita soal kampung itu.
"Ibu kamu ketakutan, takut Abbas kembali dan...
Suara pintu di buka.
Trroooeenng
Mendengar suara pintu dibuka Bu Yani melihat jam di dinding di kamarnya Candra, sudah jam 09.00 malam.
"Tumben, gak lama" habis itu Bu Yani keluar dari kamarnya Candra, gitu aja sambil ngocek-ngocek matanya yang habis nangis.
Di dalam kamar Candra mendengar suaranya Pak Agung, "Bangunkan Makela suruh Buatkan kopi buat barja, Dewo dan Basir Bu" Ucap Pak Agung.
"Tumben Pak"
"Rapatnya di depan saja buat jaga-jaga, takutnya warga ngalamin hal aneh lagi pas lewat hutan malam ini"
Di situ Candra kaget begitu mendengar Barja juga ikut rapat, sambil duduk dekat pintu Candra buat nguping pembicaraan yang ada di luar. Gak lama Chandra mendengar kayaknya Bu Yani udah masuk kamar, habis Bu Yani masuk kamar kedengaran suara langkah kaki seorang laki-laki menuju ke arah dapur.
Dan kedengerannya lagi masak air buat bikin kopi, tapi Candra dibuat kaget karena si Barja ini teriak.
"Mak dimana kamarnya Chandra!!! Chandra yakin betul kalau itu suaranya Barja, dia lagi nanya di mana kamarnya Chandra.
Habis teriak itu si Barja langsung mendekat, dan mengetuk pintu Candra berkali-kali. Candra sudah keringat dingin tuh dia khawatir kalau sampai Barja masuk gimana, kemudian Chandra mendengar langkah kaki Barja menuju ke arah depan. Gak tahu dengan aksi Barja, apakah buat ngecek atau nakut-nakutin doang
Habis Barja ke depan terdengar lagi suara langkah kaki Mak Ela, yang mengantarkan kopi untuk Barja. Dan akhirnya Candra pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia bernafas lega.
Candra jadi ingat waktu malam itu, pas Pak Agung mau maksa masuk untuk habisin Chandra. Dengan golok bisa dicegah sama Mak Ela, tapi dia yakin lambat laun hal itu akan kejadian lagi.
Dan bisa jadi nggak ada yang bisa nyegah, udah berbatang_batang rokok itu Candra habisin ya Lagi mikir Langkah apa yang harus diambil selanjutnya. Karena Barja ini bukan sembarang orang, dia pasti akan jauh lebih nekat dari Pak Agung.
Waktu beranjak lebih malam, dan beberapa kali terdengar suara motor silih berganti datang ke rumah Pak Agung. Udah berjam-jam lamanya sampai waktu masuk dini hari, Barja sudah tidak bolak-balik lagi ke dapur dan saat itu membuat Candra sedikit tenang.
Satu persatu motor-motor itu mulai meninggalkan rumahnya Pak Agung, dan terakhir Chandra mendengar pintu depan sudah ditutup sama Pak Agung. Dan Candra ngomong sama diri sendiri, terus buat apa jendela dibuka separoh?
Tiba-tiba kedengaran suara dari jendela: "Barja tidak akan pernah berani masuk ke kamar ini, selama ada aku Candra"
"Bud"
"Aku sudah tahu rencananya Barja, Dia itu orangnya licik perintah itu Ni itoh"
"Jadi malam ini jendela aku buka separuh buat gitu doang Bud"
"Bukan tunggu sebentar harusnya sih bisa kedengaran sampai sini, Kamu harus dengar sendiri" Budi ngomong kayak begitu sambil melihat ke belakang rumah, Candra masih belum mengerti maksud dari kata-kata Budi.
Beberapa saat tiba-tiba Budi membentak! "Tuh dengerin biar kamu juga percaya Chandra, coba kamu fokus dengerin tuh" Awalnya Candra nggak dengar suara apa-apa tuh dia fokus, lama-lama terdengar suara.
oaa oaa oaa
"Itu, suara itu yang kau maksud"
budi mengangguk
oaa oaa oaa
Suara tangisan bayi terus dan diiringi dengan suara jeritan buat perempuan, yang waktu itu Candra dengar dari dari arah rumahnya Ni itoh dan suara ketawa kenceng banget.
"hahahaha"
"Bud"
"Karena ulah kakek kamu yang mengawali semua ini, dilanjutin sama anaknya Agung dan sekarang bakal dilanjutin sama bapak kamu" Itu Candra hanya diam aja.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments