Selamat Datang di Albert Group

Pagi itu, Alya memasuki gedung Albert Group dengan langkah ringan. Sepatu ketsnya yang berwarna cerah berpadu kontras dengan lantai marmer hitam yang mengilap. Kemeja bermotif flamingo yang ia kenakan menciptakan suasana berbeda dari para karyawan lain yang rata-rata mengenakan setelan formal.

"Selamat pagi, Alya," sapa satpam di lobi, tersenyum ramah.

"Pagi, Pak Anton!" balas Alya ceria sambil melangkah ke lift.

Sesampainya di lantai kantor, ia langsung menuju meja kerjanya. Meja itu tampak kosong, tapi Alya telah mempersiapkan foto-foto kecil yang ia bawa dari rumah. Ia menyusun foto-foto itu dengan hati-hati di sudut meja. "Perfect!" katanya, tersenyum puas.

Namun, saat hendak membuat kopi di pantry, ia mendapati mesin kopi kantor tidak berfungsi. Ia mencoba menekan tombol beberapa kali, tetapi tidak ada respons.

"Astaga! Kopinya mogok di hari pertama kerja," gumamnya frustrasi.

Dengan cepat, ia mencari Ibu Ratna, kepala divisi administrasi yang terkenal selalu tegas. Alya menemukannya sedang memeriksa berkas-berkas di ruang arsip.

"Ibu Ratna," panggil Alya dengan nada sopan namun mendesak, "Mesin kopinya rusak! Saya harus bagaimana?"

Ibu Ratna mendongak, menatap Alya dari balik kacamatanya. "Mesin kopi? Laporkan saja ke bagian teknik. Itu bukan tanggung jawab saya," ujarnya datar.

"Tapi saya butuh kopi untuk memulai hari saya, Bu!" Alya sedikit memelas.

Ibu Ratna menghela napas panjang. "Kalau begitu, beli saja di kafe di seberang jalan. Tidak sulit, bukan?"

Alya terdiam, lalu mengangguk. "Baiklah, Bu."

Ketika ia kembali dengan secangkir kopi dari kafe, ia bertemu dengan Pak Budi, seorang karyawan senior yang terkenal dengan sifatnya yang perfeksionis.

"Alya," kata Pak Budi, melipat tangannya di depan dada, "Kenapa baru datang? Anda tidak tahu waktu?"

"Saya tidak terlambat, Pak. Saya hanya pergi membeli kopi karena mesin kopinya rusak," jawab Alya dengan nada datar, berusaha tetap tenang.

Pak Budi mendengus. "Seharusnya Anda melaporkan kerusakan itu lebih awal. Itu namanya inisiatif."

Alya hanya mengangguk tanpa menjawab, lalu bergegas kembali ke mejanya. “Hari pertama, tapi dramanya sudah seperti sinetron,” gumamnya sambil menyeruput kopi.

 

Tak lama setelah ia mulai bekerja, David Albert memanggilnya ke ruangannya. Alya berjalan dengan langkah tegas, membawa buku catatan kecil.

"Selamat pagi, Bapak Albert," sapa Alya, tersenyum formal.

"Pagi, Alya," balas David, duduk di kursi kerjanya yang besar. "Hari ini, semua jadwal siang saya batalkan."

Alya mengangkat alis, bingung. "Bapak ingin saya mengganti jadwal pertemuan-pertemuan itu?"

"Tidak perlu. Saya ingin Anda menemani saya makan siang," jawab David santai.

Alya terkejut. "Makan siang, Pak?" tanyanya, memastikan ia tidak salah dengar.

David mengangguk. "Ya. Saya ingin mengenal Anda lebih baik."

Alya sempat ragu, tetapi ia menyetujui permintaan itu. "Baik, Pak. Saya akan menemani."

 

Restoran tempat David membawa Alya terlihat mewah dengan interior bergaya klasik. Begitu masuk, aroma masakan Italia langsung menyambut mereka.

"Silakan pilih apa pun yang Anda suka," kata David sambil menyerahkan menu kepada Alya.

Alya membaca menu dengan hati-hati. "Pak, makanannya kok mahal semua ya?" tanyanya setengah bercanda.

David tertawa kecil. "Jangan khawatir soal harga. Pesan saja yang Anda mau."

Setelah makanan mereka dihidangkan, David mulai berbicara tentang masa kecilnya. "Dulu, saya tumbuh di keluarga yang sederhana. Orang tua saya selalu menekankan pentingnya kerja keras."

Alya mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk. "Jadi, Pak Albert mulai membangun perusahaan ini dari nol?"

"Ya. Tidak mudah, tapi saya selalu percaya pada visi saya," jawab David, matanya menerawang.

Alya tersenyum. "Saya kagum, Pak. Tidak semua orang punya keberanian seperti itu."

David balas tersenyum. "Lalu bagaimana dengan Anda, Alya? Apa yang membuat Anda memutuskan untuk menjadi sekretaris?"

Alya tertawa kecil. "Sebenarnya ini tidak direncanakan, Pak. Saya hanya berpikir bahwa saya suka organisasi, suka bekerja dengan detail. Jadi, saya mencoba melamar di sini."

David mengangguk, tampak tertarik. "Dan saya rasa Anda akan membawa warna baru di Albert Group."

Alya tersipu. "Terima kasih, Pak. Saya harap saya bisa memenuhi ekspektasi Anda."

Saat makanan penutup dihidangkan, Alya tidak bisa menahan diri untuk berkomentar. "Pak Albert, saya tidak menyangka Anda suka makan sebanyak ini. Tadi saya pikir bos itu selalu menjaga porsi makan."

David tertawa keras. "Saya selalu lapar, Alya. Mungkin karena kerja otak saya tidak pernah berhenti."

Alya tertawa ikut menanggapi. "Kalau begitu, saya harus belajar menyamai energi Bapak."

Setelah selesai makan, David menatap Alya dengan ekspresi puas. "Terima kasih sudah menemani saya hari ini. Saya merasa lebih santai."

"Sama-sama, Pak. Saya juga merasa senang mendengar cerita Bapak," jawab Alya dengan tulus.

 

Ketika mereka kembali ke kantor, suasana menjadi lebih ringan. David tampak lebih santai, dan Alya merasa lebih percaya diri.

"Baik, Alya," kata David sebelum kembali ke ruangannya. "Jangan ragu jika Anda membutuhkan bantuan. Saya percaya pada kemampuan Anda."

"Terima kasih, Pak. Saya akan berusaha sebaik mungkin," jawab Alya sambil tersenyum lebar.

David mengangguk dan menutup pintu ruangannya. Alya duduk kembali di meja kerjanya, mengambil foto-foto kecilnya dan memandangnya dengan senyum puas.

"Ini baru awal," gumamnya. "Tapi saya yakin, semuanya akan baik-baik saja."

Meski hari itu penuh tantangan, Alya tahu bahwa ia telah memulai sesuatu yang besar di Albert Group.

Episodes
1 Lamaran Ngegas
2 Tatapan Tajam Sang Bos
3 Sepatu Kets vs. Sepatu Pantofel
4 Tes Kepribadian yang Tak Biasa
5 Selamat Datang di Albert Group
6 Perang Dingin di Ruang Kerja
7 Aturan Kantor vs. Efisiensi Alya
8 Proyek Mustahil
9 Kemenangan Kecil, Musuh Besar
10 Rahasia di Balik Senyum
11 Kopi Tumpah, Hati Berdebar
12 Email Salah Alamat, Cinta Tepat Sasaran?
13 Bencana Kecil, Ketawa Besar
14 Si Ngegas yang Tak Terduga
15 Tatapan yang Berbeda
16 Makan Siang Rahasia
17 Bantuan Tak Terduga
18 Warna Favorit & Kode Rahasia
19 Malam yang Tak Terduga
20 Bunga dan Senyum
21 Antar Jemput Romantis
22 Hadiah Kecil, Perasaan Besar
23 Makan Malam Pertama
24 Rahasia yang Terungkap
25 Perasaan yang Tak Terbantahkan
26 Bayangan Mr. Tanaka
27 Strategi Ngegas
28 Pertempuran Bisnis
29 Bukti dan Kesempatan
30 Kemenangan Bersama
31 Pengakuan di Tengah Malam
32 Jawaban yang Dinantikan
33 Cincin Berlian dan Janji Suci
34 Pertemuan Keluarga
35 Gaun Pengantin Impian
36 Ide Gila Alya
37 Undangan yang Unik
38 Tantangan Persiapan
39 H-1 Menuju Pelaminan
40 Hari Bahagia
41 Resepsi Meriah
42 Kejutan Tak Terduga
43 Malam Pertama
44 Bulan Madu Romantis
45 Kenangan Manis
46 Kenangan Manis Menuju Keluarga Kecil
47 Ngidam Aneh: Durian Tengah Malam
48 Ngidam Aneh: Mie Instan Campur Sambal dan Kecap Manis
49 Perubahan Mood yang Drastis
50 Ngidam Aneh - Makanan yang Tidak Terduga
51 Menyiapkan Kelahiran
52 Pengalaman Mendekati Waktu Kelahiran
53 Kelahiran Sang Buah Hati
54 Momen Bahagia Setelah Kelahiran
55 Masa Paska Kelahiran
56 Kehamilan Lagi?
57 Kabar Mengejutkan - Anak Kembar
58 Menghadapi Kehamilan Kembar
59 Persiapan Menyambut Anak Kembar
60 Menanti Kedatangan Anak Kembar
61 Kehidupan Baru dengan Anak Kembar
62 Babak Baru: Kehidupan dengan Anak-Anak yang Bertumbuh
63 Bab Baru: Reza dan Peran Kakaknya
64 Kakak Reza yang Semakin Mandiri
65 Kembali ke Rumah dengan Kenangan Indah
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Lamaran Ngegas
2
Tatapan Tajam Sang Bos
3
Sepatu Kets vs. Sepatu Pantofel
4
Tes Kepribadian yang Tak Biasa
5
Selamat Datang di Albert Group
6
Perang Dingin di Ruang Kerja
7
Aturan Kantor vs. Efisiensi Alya
8
Proyek Mustahil
9
Kemenangan Kecil, Musuh Besar
10
Rahasia di Balik Senyum
11
Kopi Tumpah, Hati Berdebar
12
Email Salah Alamat, Cinta Tepat Sasaran?
13
Bencana Kecil, Ketawa Besar
14
Si Ngegas yang Tak Terduga
15
Tatapan yang Berbeda
16
Makan Siang Rahasia
17
Bantuan Tak Terduga
18
Warna Favorit & Kode Rahasia
19
Malam yang Tak Terduga
20
Bunga dan Senyum
21
Antar Jemput Romantis
22
Hadiah Kecil, Perasaan Besar
23
Makan Malam Pertama
24
Rahasia yang Terungkap
25
Perasaan yang Tak Terbantahkan
26
Bayangan Mr. Tanaka
27
Strategi Ngegas
28
Pertempuran Bisnis
29
Bukti dan Kesempatan
30
Kemenangan Bersama
31
Pengakuan di Tengah Malam
32
Jawaban yang Dinantikan
33
Cincin Berlian dan Janji Suci
34
Pertemuan Keluarga
35
Gaun Pengantin Impian
36
Ide Gila Alya
37
Undangan yang Unik
38
Tantangan Persiapan
39
H-1 Menuju Pelaminan
40
Hari Bahagia
41
Resepsi Meriah
42
Kejutan Tak Terduga
43
Malam Pertama
44
Bulan Madu Romantis
45
Kenangan Manis
46
Kenangan Manis Menuju Keluarga Kecil
47
Ngidam Aneh: Durian Tengah Malam
48
Ngidam Aneh: Mie Instan Campur Sambal dan Kecap Manis
49
Perubahan Mood yang Drastis
50
Ngidam Aneh - Makanan yang Tidak Terduga
51
Menyiapkan Kelahiran
52
Pengalaman Mendekati Waktu Kelahiran
53
Kelahiran Sang Buah Hati
54
Momen Bahagia Setelah Kelahiran
55
Masa Paska Kelahiran
56
Kehamilan Lagi?
57
Kabar Mengejutkan - Anak Kembar
58
Menghadapi Kehamilan Kembar
59
Persiapan Menyambut Anak Kembar
60
Menanti Kedatangan Anak Kembar
61
Kehidupan Baru dengan Anak Kembar
62
Babak Baru: Kehidupan dengan Anak-Anak yang Bertumbuh
63
Bab Baru: Reza dan Peran Kakaknya
64
Kakak Reza yang Semakin Mandiri
65
Kembali ke Rumah dengan Kenangan Indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!