Sepatu Kets vs. Sepatu Pantofel

Hari kedua Alya di Albert Group dimulai dengan penuh semangat. Seperti biasa, ia mengenakan sepatu kets kesayangannya yang warna-warni, kali ini dipadukan dengan rok midi hitam dan blus putih polos. Penampilannya yang ceria membuatnya terlihat menonjol di antara karyawan lainnya yang kebanyakan berpakaian formal.

Pagi itu, seperti biasa, ia datang lebih awal. Setelah menata mejanya, ia langsung bersiap menyelesaikan tugas-tugas administratif yang sudah tertunda sejak kemarin. Namun, ia segera terganggu oleh suara langkah sepatu hak tinggi yang mendekat.

"Alya," panggil Ibu Ratna, kepala divisi administrasi, dengan suara tegas.

Alya mendongak dan menyambut wanita itu dengan senyum ramah. "Selamat pagi, Ibu Ratna. Ada yang bisa saya bantu?"

Ibu Ratna memandang Alya dari ujung kepala hingga ujung kaki, berhenti lama di sepatu ketsnya. "Saya ingin membicarakan penampilan Anda."

"Penampilan saya?" tanya Alya, sedikit terkejut.

"Ya," jawab Ibu Ratna tegas. "Sepatu itu, Alya. Saya sudah memperingatkan Anda kemarin. Sepatu kets tidak pantas untuk lingkungan kerja seperti ini. Kita di Albert Group harus menjaga citra profesional."

Alya mengerutkan kening sejenak, tetapi dengan tenang ia menjawab, "Tapi, Ibu Ratna, sepatu ini sangat nyaman dan mendukung saya bekerja dengan cepat. Saya sering harus mondar-mandir mengurus keperluan Pak Albert. Dengan sepatu ini, saya bisa lebih efisien."

Ibu Ratna mendesah panjang. "Efisiensi itu penting, tetapi penampilan juga sama pentingnya, Alya. Anda adalah sekretaris pribadi CEO. Semua orang memandang Anda sebagai representasi perusahaan."

Alya tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. "Saya mengerti, Bu. Tapi saya yakin Pak Albert lebih fokus pada hasil kerja saya dibandingkan sepatu yang saya pakai."

"Anda terlalu percaya diri," balas Ibu Ratna, menyipitkan mata. "Jangan sampai keyakinan Anda itu menjadi bumerang. Ini peringatan terakhir saya."

Alya hanya mengangguk sopan. Setelah Ibu Ratna pergi, ia kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia tidak ingin terlalu memikirkan komentar tersebut, apalagi hari itu jadwalnya padat.

 

Sekitar pukul sembilan pagi, David Albert memasuki kantor dengan setelan jas rapi dan ekspresi yang seperti biasa—dingin dan sulit ditebak. Tatapannya segera jatuh pada Alya yang sibuk mengetik di meja kerjanya.

"Alya," panggil David tanpa basa-basi.

Alya langsung berdiri. "Ya, Pak Albert. Ada yang bisa saya bantu?"

David berjalan ke meja kerjanya dan meletakkan tas kulit hitamnya dengan tenang. "Saya butuh laporan revisi untuk proyek Diamond Star sekarang."

"Baik, Pak. Laporan itu sudah saya siapkan pagi ini," jawab Alya sambil mengambil dokumen dari mejanya. Ia menyerahkannya dengan hati-hati.

David menerima dokumen tersebut tanpa menatapnya. Namun, saat Alya hendak kembali ke mejanya, ia mendengar suara dingin itu lagi.

"Alya."

Ia berbalik. "Ya, Pak?"

David menatap sepatu kets Alya dengan alis yang sedikit terangkat. "Sepatu itu—"

Alya langsung merasa darahnya berdesir. Namun, ia tetap menjaga ekspresinya tetap tenang. "Ada yang salah dengan sepatu saya, Pak?"

David mengangguk pelan, masih dengan tatapan tajamnya. "Tidak sesuai dengan dress code kantor. Tapi, jika Anda merasa sepatu itu membuat Anda lebih produktif, saya tidak akan melarangnya... untuk saat ini."

Alya menghela napas lega. "Terima kasih, Pak. Saya pastikan produktivitas saya tidak akan mengecewakan Anda."

David tidak menjawab. Ia kembali fokus pada dokumen di tangannya, meninggalkan Alya yang tersenyum kecil sebelum kembali ke mejanya.

 

Hari itu berlalu dengan cepat. Alya berhasil menyelesaikan berbagai tugas, termasuk mengatur jadwal rapat David dan menyiapkan bahan presentasi untuk pertemuan dengan investor. Ia bekerja dengan cekatan, berlari ke sana kemari di antara meja dan printer.

Namun, sebelum jam makan siang, insiden kecil terjadi. Saat Alya sedang membawa setumpuk dokumen ke ruang arsip, ia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang karyawan junior. Tumpukan dokumen itu jatuh berserakan di lantai.

"Oh, maaf!" seru pria itu, buru-buru membantu Alya mengumpulkan dokumen.

"Tidak apa-apa," jawab Alya sambil tersenyum. "Untung saya pakai sepatu kets. Kalau sepatu pantofel, mungkin saya sudah terjatuh tadi."

Pria itu terkekeh. "Sepatu Anda memang menarik perhatian. Saya pikir Anda sangat percaya diri memakainya di kantor seperti ini."

Alya tertawa kecil. "Saya pikir selama saya bekerja dengan baik, sepatu seharusnya bukan masalah besar."

Setelah semua dokumen terkumpul, Alya kembali ke meja kerjanya. Namun, ia merasa beberapa pasang mata mengawasinya, termasuk tatapan dingin Ibu Ratna dari kejauhan.

 

Sore harinya, David memanggil Alya ke ruangannya lagi. Ia duduk di kursinya, memandangi layar laptop dengan dahi berkerut.

"Alya, bahan presentasi ini sudah lengkap?" tanyanya.

"Sudah, Pak. Semua poin penting sudah saya masukkan, termasuk data terbaru dari tim pemasaran," jawab Alya sambil menunjukkan beberapa file di laptopnya.

David membaca sekilas lalu mengangguk. "Bagus. Presentasi ini sangat penting untuk investor kita. Pastikan semuanya berjalan lancar."

"Tentu, Pak. Saya akan memastikan semuanya siap," balas Alya.

David memperhatikan Alya sejenak, lalu berkata, "Dan satu hal lagi. Saya melihat Anda sangat gesit hari ini. Jika itu berkat sepatu Anda, saya tidak akan mempersoalkannya untuk sekarang. Tapi, jika saya merasa Anda mulai mengabaikan citra profesional perusahaan, saya tidak akan ragu untuk mengambil tindakan."

Alya menahan senyum. "Terima kasih atas pengertiannya, Pak. Saya akan terus menjaga keseimbangan antara efisiensi kerja dan citra profesional."

David hanya mengangguk, lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Sementara itu, Alya keluar dari ruangan dengan perasaan campur aduk—antara lega dan sedikit waspada.

 

Saat jam kerja berakhir, Alya menyadari bahwa ia telah melalui hari yang cukup panjang. Namun, meski ada beberapa teguran tentang penampilannya, ia tetap merasa bangga karena berhasil menyelesaikan semua tugasnya dengan baik.

Di lift, saat hendak pulang, ia bertemu Ibu Ratna lagi. Wanita itu memandang Alya dengan pandangan tidak puas.

"Alya," katanya singkat, "saya harap besok Anda datang dengan sepatu yang lebih pantas."

Alya hanya tersenyum tipis. "Baik, Bu. Saya akan mempertimbangkannya."

Namun dalam hatinya, Alya tahu bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja. Baginya, yang terpenting adalah kenyamanan dan hasil kerja yang maksimal. Dan untuk saat ini, sepatu ketsnya masih menjadi pilihan terbaik.

Episodes
1 Lamaran Ngegas
2 Tatapan Tajam Sang Bos
3 Sepatu Kets vs. Sepatu Pantofel
4 Tes Kepribadian yang Tak Biasa
5 Selamat Datang di Albert Group
6 Perang Dingin di Ruang Kerja
7 Aturan Kantor vs. Efisiensi Alya
8 Proyek Mustahil
9 Kemenangan Kecil, Musuh Besar
10 Rahasia di Balik Senyum
11 Kopi Tumpah, Hati Berdebar
12 Email Salah Alamat, Cinta Tepat Sasaran?
13 Bencana Kecil, Ketawa Besar
14 Si Ngegas yang Tak Terduga
15 Tatapan yang Berbeda
16 Makan Siang Rahasia
17 Bantuan Tak Terduga
18 Warna Favorit & Kode Rahasia
19 Malam yang Tak Terduga
20 Bunga dan Senyum
21 Antar Jemput Romantis
22 Hadiah Kecil, Perasaan Besar
23 Makan Malam Pertama
24 Rahasia yang Terungkap
25 Perasaan yang Tak Terbantahkan
26 Bayangan Mr. Tanaka
27 Strategi Ngegas
28 Pertempuran Bisnis
29 Bukti dan Kesempatan
30 Kemenangan Bersama
31 Pengakuan di Tengah Malam
32 Jawaban yang Dinantikan
33 Cincin Berlian dan Janji Suci
34 Pertemuan Keluarga
35 Gaun Pengantin Impian
36 Ide Gila Alya
37 Undangan yang Unik
38 Tantangan Persiapan
39 H-1 Menuju Pelaminan
40 Hari Bahagia
41 Resepsi Meriah
42 Kejutan Tak Terduga
43 Malam Pertama
44 Bulan Madu Romantis
45 Kenangan Manis
46 Kenangan Manis Menuju Keluarga Kecil
47 Ngidam Aneh: Durian Tengah Malam
48 Ngidam Aneh: Mie Instan Campur Sambal dan Kecap Manis
49 Perubahan Mood yang Drastis
50 Ngidam Aneh - Makanan yang Tidak Terduga
51 Menyiapkan Kelahiran
52 Pengalaman Mendekati Waktu Kelahiran
53 Kelahiran Sang Buah Hati
54 Momen Bahagia Setelah Kelahiran
55 Masa Paska Kelahiran
56 Kehamilan Lagi?
57 Kabar Mengejutkan - Anak Kembar
58 Menghadapi Kehamilan Kembar
59 Persiapan Menyambut Anak Kembar
60 Menanti Kedatangan Anak Kembar
61 Kehidupan Baru dengan Anak Kembar
62 Babak Baru: Kehidupan dengan Anak-Anak yang Bertumbuh
63 Bab Baru: Reza dan Peran Kakaknya
64 Kakak Reza yang Semakin Mandiri
65 Kembali ke Rumah dengan Kenangan Indah
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Lamaran Ngegas
2
Tatapan Tajam Sang Bos
3
Sepatu Kets vs. Sepatu Pantofel
4
Tes Kepribadian yang Tak Biasa
5
Selamat Datang di Albert Group
6
Perang Dingin di Ruang Kerja
7
Aturan Kantor vs. Efisiensi Alya
8
Proyek Mustahil
9
Kemenangan Kecil, Musuh Besar
10
Rahasia di Balik Senyum
11
Kopi Tumpah, Hati Berdebar
12
Email Salah Alamat, Cinta Tepat Sasaran?
13
Bencana Kecil, Ketawa Besar
14
Si Ngegas yang Tak Terduga
15
Tatapan yang Berbeda
16
Makan Siang Rahasia
17
Bantuan Tak Terduga
18
Warna Favorit & Kode Rahasia
19
Malam yang Tak Terduga
20
Bunga dan Senyum
21
Antar Jemput Romantis
22
Hadiah Kecil, Perasaan Besar
23
Makan Malam Pertama
24
Rahasia yang Terungkap
25
Perasaan yang Tak Terbantahkan
26
Bayangan Mr. Tanaka
27
Strategi Ngegas
28
Pertempuran Bisnis
29
Bukti dan Kesempatan
30
Kemenangan Bersama
31
Pengakuan di Tengah Malam
32
Jawaban yang Dinantikan
33
Cincin Berlian dan Janji Suci
34
Pertemuan Keluarga
35
Gaun Pengantin Impian
36
Ide Gila Alya
37
Undangan yang Unik
38
Tantangan Persiapan
39
H-1 Menuju Pelaminan
40
Hari Bahagia
41
Resepsi Meriah
42
Kejutan Tak Terduga
43
Malam Pertama
44
Bulan Madu Romantis
45
Kenangan Manis
46
Kenangan Manis Menuju Keluarga Kecil
47
Ngidam Aneh: Durian Tengah Malam
48
Ngidam Aneh: Mie Instan Campur Sambal dan Kecap Manis
49
Perubahan Mood yang Drastis
50
Ngidam Aneh - Makanan yang Tidak Terduga
51
Menyiapkan Kelahiran
52
Pengalaman Mendekati Waktu Kelahiran
53
Kelahiran Sang Buah Hati
54
Momen Bahagia Setelah Kelahiran
55
Masa Paska Kelahiran
56
Kehamilan Lagi?
57
Kabar Mengejutkan - Anak Kembar
58
Menghadapi Kehamilan Kembar
59
Persiapan Menyambut Anak Kembar
60
Menanti Kedatangan Anak Kembar
61
Kehidupan Baru dengan Anak Kembar
62
Babak Baru: Kehidupan dengan Anak-Anak yang Bertumbuh
63
Bab Baru: Reza dan Peran Kakaknya
64
Kakak Reza yang Semakin Mandiri
65
Kembali ke Rumah dengan Kenangan Indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!