Jujur

Kulihat mereka memasuki ruangan meeting. Sepertinya ada pembahasan penting disana.

"Eh yang sama pak wijaya itu ganteng banget yah."

"Yang mana? Yang kepalanya botak?"

"Ish bukan. Yang pake jas putih itu loh. Kayak oppa-oppa korea."

"Oh iya. Aku juga baru liat. Mungkin asistennya kali."

Bisik-bisik para karyawan membuat telingaku gatal. Tau aja mana yang ganteng. Dia kan pacarku. Hem.

"Mbak, emang kita harus berdiri aja disini?"

"Iya. Nunggu mereka keluar. Biasanya kalau tuan Wijaya kesini itu pasti ada pengumuman penting

"Oh gitu yah." Hampir stengah jam kami berdiri seperti patung. Melelahkan.

"Aku boleh ke toilet gak ya?"

"Boleh."

"Beneran mbak."

"Tinggal ke toilet aja."

Akupun segera ke toilet untuk membuang hajatku.

Huft lega rasanya.

"Aaa." Saat aku keluar aku dikejutkan oleh kak Satria yang tepat berdiri didepan toilet.

"Kak Satria ngapain disini?"

"Nyari kamu." Ia tersenyum lebar menatapku.

"Ish. Nanti kakak di cariin bos besar loh."

"Biarin."

"Ih kak satria." Aku mencubit lengannya pelan.

"Awww. Ih kok tambah nakal sih?"

"Ayo kembali." Aku memegang lengannya untuk kembali.

"Udah lama kerja disini?" Kami berjalan beriringan.

"Udah hampir tujuh bulan."

"Pindah ke kantor aku aja yuk. Pasti seru bisa kerja bareng pacar."

"Ah nanti yang ada bukannya kerja tapi malah pacaran terus."

"Hahaha. Ya bekerja sambil pacaran apa salahnya ya kan?"

"Ish udah ah. Udah sana. Aku gak mau kalau sampe ada yang liat kita deket. Ntar aku dipecat."

Aku meninggalkannya dengan berlari pelan menuju tempatku bersama karyawan lain.

"Gimana? Udah pada keluar?"

"Udah. Kamu lama sih. Jadi ketinggalan."

"Emang ada apa?"

"Jadi tuan wijaya menyampaikan jika cucunya dari anak yang kedua akan menjadi wakil direktur disini. Peresmiannya akan dilaksanakan bulan depan, jadi dia akan bekerja disini mulai bulan depan."

"Ooh gitu." Aku hanya manggut-manggut tanda mengerti. Sedikit penasaran juga dengan cucu kakek yang kedua itu. Tapi gak penting juga kan.

Kami kembali pada pekerjaan kami masing-masing. Sekarang aku cukup tenang karena aku sudah membawa kendaraan sendiri. Jadi aku tak perlu menunggu mas Bara atupun meminta bantuan asisten lie.

[Sayang, dinner bareng yuk?]

Pesan dari kak satria membuatku tersenyum. Apa mungkin ini saatnya aku mengatakan semuanya. Cepat atau lambat semuanya memang harus di bongkar kan?

[Boleh. Dimana?]

[Dandelion cafe. Aku tunggu ya jam 8.]

[Okey.]

Setelah pulang kantor aku langsung bersiap untuk dinner.

Dress putih tanpa lengan dengan punggung terbuka membuatku terlihat cukup manis malam ini. Rambut ikalku sengaja kugerai untuk menutupi punggung yang terbuka.

"Mau kemana?" Aku tak sengaja berpapasan dengan mas Bara yang baru pulang.

"Aku mau kemanapun itu bukan urusan mas." Aku mencoba bersikap cuek padanya. Namun ia malah mencekal satu tanganku kuat.

"Aku bilang kamu mau kemana Mayra?" Ia menatapku tajam.

"Lepas mas. Sakit tau." Aku menghempas tangannya.

"Aku mau makan malam. Puas?" Aku segera meninggalkannya dengan kesal.

Aku menuju cafe yang kak Satria maksud. Aku senang, mobil hadiah dari bang Erik ternyata sangat berguna juga. Aku bisa bebas peegi kemanapun sesuka hatiku.

Pelayan restaurant membawaku ke sebuah taman yang sudah kak satria booking untuk kami makan malam. Meja dengan dua kursi dikelilingi oleh lilin membentuk hati membuat makan malam ini terkesan romantis. Ah beruntungnya diriku.

Kak Satria menghampiriku dan mengulurkan tangannya membawaku menuju meja yang sudah ia persiapkan untukku.

"Kamu sangat cantik sayang." Kak Satria menatapku dan mengecup tanganku lembut.

"Terimakasih. Kak satria juga sangat tampan." Ucapanku kali ini benar, ia memang sangat tampan. Sebelas dua belas dengan mas Bara. Ah mas Bara lagi. Please deh mas Bara, enyahlah dari pikiranku.

Kami makan malam dengan hangat. Seperti biasa, matanya seolah tak pernah bosan melihatku.

"Aku ingin mengatakan sesuatu." Aku dan kak Satria berbicara bersamaan. Kami jadi tertawa karena merasa lucu.

"Kamu aja dulu."

"Kak satria aja dulu."

"Udah kamu aja. Ratuku akan selalu kudahulukan." Ucapannya membuatku tersenyum pelan.

Aku menarik nafas dalam, berusaha mengontrol diri agar aku bisa mengatakan semuanya dengan benar.

"Kak."

"Hmm?"

"Kakak boleh marah sama aku, tapi please jangan benci aku."

"Ya. Aku janji tidak akan membencimu sayang. Kamu ingin mengatakan apa hmm?"

"Aku minta kakak jangan memotong pembicaraanku nanti ya. dengarkan dulu aku bicara sampai selesai. Bisa?"

"Iya sayang. Udah cepetan kamu mau ngomong apa?"

"Aku sebenarnya sudah di jodohkan oleh papa."Kulihat wajahnya mencoba biasa, namun tubuhnya terlihat menegang. Aku tahu ia pasti terkejut. Aku menghela nafas panjang.

"Dan aku sudah dinikahkan sepuluh bulan yang lalu." Kali ini wajahnya berubah. Matanya menatap mataku intens.

"Maafkan aku tak jujur sebelumnya. Tadinya kupikir aku bisa menyembunyikannya darimu karena seharusnya kamu masih lama di LA. Tapi ternyata kamu datang diluar dugaanku. "

"Awalnya aku dan dia menolak perjodohan ini, tapi mengetahui jika kami sama-sama memiliki kekasih, membuat kami akhirnya menerima pernikahan ini dengan sebuah kesepakatan. Kesepakatan jika kami akan bercerai setelah usia pernikahan kami satu tahun. Tentunya kesepakatan ini diluar sepengetahuan orang tua kami." Aku terdiam ingin tahu apa reaksi kak satria setelah ini.

"Sudah?" Aku mengangguk menjawab pertanyaannya. Kulihat ia mencoba tenang.

"Berarti pernikahan kalian tinggal dua bulan lagi? Iya?" Aku mengangguk, takut-takut ia marah.

"Lalu, apa masalahnya? Selama kesepakatan itu masih berlaku dan kalian tidak terikat hati aku tidak masalah. Kita akan menikah setelah kalian bercerai." Aku menatapnya.

"Tapi aku dan dia pernah-. Kamu tahu maksudku. Aku sudah tidak pantas untukmu. Selain menyandang gelar janda, aku juga sudah tidak perawan." Air mataku sudah mengalir begitu saja. Aku terus menunduk. Aku benar-benar takut melihat raut kekecewaannya.

"Apa saat kamu melakukannya kamu mencintainya?" Apa aku mencintainya? Pertanyaan itu aku ulang dalam hati. Aku sendiri tak tahu. Aku menggeleng.

"Sayang, selama hatimu masih untukku. Aku tak peduli dengan semua itu. Aku menginginkanmu karena aku mencintaimu. Okey, aku memang kecewa dengan itu, tapi rasanya itu takkan sebanding jika aku harus kehilangan dirimu. Jadi apapun keadaanmu aku akan menerimamu, selama kamu juga menginginkanku bersamamu. Kamu paham maksudku kan?" Ia menggenggam tanganku dan menatapku intens.

"Jangan nangis lagi yah. Kita tunggu dua bulan lagi." Ia menghapus air mataku dan tersenyum sendu menatapku.

"Maafkan aku kak."

"It's okey. Aku tahu kamu melakukan itu pasti ada alasannya. Tapi kamu sudah jujur mengatakannya saja bagiku itu sudah cukup. Terimakasih."

"Aku yang terimakasih padamu kak. Aku benar-benar merasa tidak pantas."

"Ssst sudah ya. Hanya aku yang berhak menentukan siapa yang pantas dan tidak pantas untukku. Dan kamu sangat-sangat pantas Mayra. Okey. Kuanggap pembahasan ini sudah selesai. Maukah kamu berdansa denganku?" Kak Satria mengulurkan tangannya padaku. Akupun dengan senang hati menerimanya.

Kami berdansa dengan sangat intim, alunan lagu romantis menyempurnakan malam ini. Selamat tinggal mas Bara. Jika kamu menganggapku hanya ban cadangan, maka aku akan menganggapmu hanya angin lalu.

"Aku punya sesuatu untukmu."

"Oh ya? Apa itu?" Aku menatapnya penasaran.

Ia pun berlutut dengan mengambil sesuatu dari saku jas nya.

"Will you marry me?" Kak Satria mengulurkan cincin ditangannya. Sontak aku tersenyum dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

"Mayra!"

Episodes
1 pernikahan
2 Bertemu kekasihnya
3 pakaian berenda
4 magang
5 puncak
6 air terjun
7 Bella lagi
8 Berkunjung ke rumah mertua
9 jebakan bella 21+
10 mencoba
11 kakek Wijaya
12 di rumah kakek 21+
13 apakah itu sebuah pernyataan cinta?
14 honeymoon?
15 pesan bang Erik
16 kembalinya anastasya
17 Satria
18 Jujur
19 sebatas wanita cadangan
20 ikut balapan
21 sup iga
22 apa dia sakit?
23 apakah aku hamil?
24 diantara dua cucu kakek
25 menyakitiku
26 Bali, i'm back
27 pertemuan dan perpisahan
28 akhirnya bertemu
29 penjelasan
30 kesepakatan dengan kakek
31 panas21+
32 gara-gara bule 21+
33 Janji
34 berusaha
35 sebesar strawbery
36 penculikan
37 diujung tanduk
38 siasat
39 talak
40 pulang kerumah orang tua
41 sandiwara
42 melepas rindu
43 melamar mbak ana
44 masih kesal
45 jebakan lagi?
46 efek obat perangsang
47 amarahnya
48 permintaan kakek
49 tertangkap basah
50 dibodohi
51 pecel lele
52 pekerjaan baru
53 Kebahagiaan dan kesedihan
54 Dia memang sudah pergi
55 dilamar
56 Dewa demam
57 Aku kalah
58 bersedia menikah lagi
59 halusinasi di pernikahan kedua
60 Papa kedua untuk Dewa
61 Bukan halusinasi
62 Siapa dia?
63 Aku Albiru, bukan Bara
64 Apa boleh sesama itu?
65 Mas Bara dan Mas Biru
66 bukan kembaran
67 aku menyukaimu
68 mengaku sebagai suamiku
69 Aku mencintaimu
70 Gila karenamu
71 kesalahan kedua
72 Dilema
73 ketiduran
74 Dia cemburu
75 melayani suami
76 kenyataan
77 anak suamiku
78 Iblis berkedok malaikat
79 ancaman
80 Hanya mimpi buruk. (Tamat)
Episodes

Updated 80 Episodes

1
pernikahan
2
Bertemu kekasihnya
3
pakaian berenda
4
magang
5
puncak
6
air terjun
7
Bella lagi
8
Berkunjung ke rumah mertua
9
jebakan bella 21+
10
mencoba
11
kakek Wijaya
12
di rumah kakek 21+
13
apakah itu sebuah pernyataan cinta?
14
honeymoon?
15
pesan bang Erik
16
kembalinya anastasya
17
Satria
18
Jujur
19
sebatas wanita cadangan
20
ikut balapan
21
sup iga
22
apa dia sakit?
23
apakah aku hamil?
24
diantara dua cucu kakek
25
menyakitiku
26
Bali, i'm back
27
pertemuan dan perpisahan
28
akhirnya bertemu
29
penjelasan
30
kesepakatan dengan kakek
31
panas21+
32
gara-gara bule 21+
33
Janji
34
berusaha
35
sebesar strawbery
36
penculikan
37
diujung tanduk
38
siasat
39
talak
40
pulang kerumah orang tua
41
sandiwara
42
melepas rindu
43
melamar mbak ana
44
masih kesal
45
jebakan lagi?
46
efek obat perangsang
47
amarahnya
48
permintaan kakek
49
tertangkap basah
50
dibodohi
51
pecel lele
52
pekerjaan baru
53
Kebahagiaan dan kesedihan
54
Dia memang sudah pergi
55
dilamar
56
Dewa demam
57
Aku kalah
58
bersedia menikah lagi
59
halusinasi di pernikahan kedua
60
Papa kedua untuk Dewa
61
Bukan halusinasi
62
Siapa dia?
63
Aku Albiru, bukan Bara
64
Apa boleh sesama itu?
65
Mas Bara dan Mas Biru
66
bukan kembaran
67
aku menyukaimu
68
mengaku sebagai suamiku
69
Aku mencintaimu
70
Gila karenamu
71
kesalahan kedua
72
Dilema
73
ketiduran
74
Dia cemburu
75
melayani suami
76
kenyataan
77
anak suamiku
78
Iblis berkedok malaikat
79
ancaman
80
Hanya mimpi buruk. (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!