apakah itu sebuah pernyataan cinta?

Aku dan mas bara akhirnya pergi dari kediaman wijaya.

"Kenapa diam aja?" Ditengah perjalanan mas Bara menggenggam tanganku dan memecah keheningan.

"Enggak kenapa-napa." Aku tersenyum melihatnya. Ia mencium tanganku.

"Apa kamu sedang memikirkan sesuatu?"

"Ya."

"Apa?"

"Sepertinya tempat mbak ana didalam hidupmu benar-benar spesial. Dan kurasa takkan ada seorangpun yang bisa menggesernya."

"Kenapa bicara begitu?" Ia menatapku intens.

"Memang iya kan?" Kuberanikan membalas tatapannya.

"Dia memang spesial. Dan belum pernah ada wanita yang bisa mengusik posisinya." Aku mendadak sesak mendengarnya. Ah tuh kan dia sudah berhasil masuk kedalam hatiku.

Aku mencoba membuang muka ke arah jendela. Mataku kenapa memanas seperti ini.

"Namun itu sebelum aku ketemu kamu." Aku menatapnya penuh tanya.

"Maksud mas?"

"Saat bersamamu aku merasakan sesuatu yang berbeda. Aku sendiri tak mengerti karena aku belum pernah merasakan ini sebelumnya, hampir mirip dengan perasaanku pada Ana. Bedanya, padamu aku merasa tak rela jika ada yang menyentuhmu selain diriku, termasuk papa dan Erik." Aku menatapnya tak percaya.

"Papa dan bang erik? Tapi mereka keluargaku."

"Ya aku tahu. Aku sendiri tak mengerti kenapa perasaan itu ada pada diriku. Aku merasa kepanasan saat kamu bergelayut manja pada mereka. Kenapa bukan padaku saja sih?" Ia tersenyum menggodaku.

"Ish. Mas Bara." Aku menepuk lengannya pelan. Kurasa pipiku memerah dibuatnya.

"Tapi beneran loh. Ada perasaan didalam diriku yang menginginkanmu hanya untukku. Dan kamu tahu, reaksi tubuhku saat dekat denganmu itu sangat luar biasa. Adik kecilku ini seolah ingin selalu mengajakmu untuk membuat anak setiap waktu." Aku paham maksudnya. Karena ia menunjuk miliknya dibawah sana dengan mata.

"Ish. Dasar omes." Aku membuang muka menahan malu.

"Aku serius loh."

"Ya ya. Kurasa pada mbak ana pun mas Bara juga begitu. Jangan kira aku gak tahu ya kalau kalian sering melakukan ciuman dan mungkin saja kalian juga sering melakukan-."

Ciiit

Aku tak sempat menyelesaikan ucapanku karena mobil mas Bara tiba-tiba berhenti mendadak.

"Juga apa hmm?" Mas Bara menatapku tajam. Aku sedikit ngeri melihatnya, namun kucoba santai mengatasinya.

"Melakukan yang seperti kita lakukan semalam dan tadi, mungkin." Aku sedikit ragu mengatakannya, takut ia tersinggung dan marah.

"Bukan hal yang mustahil kan. Mengingat kalian yang sudah dewasa dan kalian juga dekat sudah sejak lama, kurasa semua itu bisa saja terja- mmmp." Ucapanku terhenti saat bibir mas Bara membungkam bibirku dengan ciumannya. Ah saking asyiknya berbicara, aku sampai tak sadar kalau mas Bara sudah melepas seatbeltnya.

"Jadi anggapanmu padaku sejauh itu?" Setelah cukup lama memagut bibirku ia akhirnya melepaskannya dan menatapku.

"Ya tidak ada yang tidak mungkin kan. Secara- mmmmp." Oh ya tuhan, ia kembali menciumku dengan buasnya. Cukup lama hingga aku hampir kehabisan nafas karena ia terlalu agresif melakukannya.

"Masih berpikir seperti itu?" Aku hanya diam dan menundukkan kepalaku. Aku takut jawabanku akan membuatnya kembali menciumku.

"Asal kamu tahu. Aku melakukan itu hanya denganmu saja. Ingat itu." Mas Bara menekan setiap ucapannya.

"Malam itu adalah yang pertama untukku. Kamu adalah wanita pertama dan akan menjadi satu-satunya teman Bercintaku Andara Mayra." Ucapannya membuatku menatap matanya, aku mencari kebohongan disana, namun aku tak menemukannya.

"Ya, seperti katamu tadi aku memang sering berciuman seperti yang pernah kamu lihat. Itu semata-mata demi kesenangan dalam berpacaran saja, hanya sebatas itu. untuk melakukan lebih aku bersumpah aku tak pernah melakukannya. Dan tak ada dorongan dalam diriku untuk melakukannya seperti saat bersama dirimu." Ia menatapku dengan begitu dalam, matanya seolah sedang berusaha meyakinkanku bahwa apa yang ia ucapkan itu benar.

"Aku sendiri bingung dengan semua ini. Tapi itulah yang aku rasakan." Ia menarik dirinya kembali bersandar pada kursi kemudinya. Ia memakai seatbeltnya dan melajukan mobilnya kembali.

"Aku harap kamu percaya."

Aku sendiri hanya diam tak tahu harus berkata apa.

Kami kembali bekerja dengan profesional. Tapi fokusku hari ini benar-benar kacau karena perkataan mas Bara tadi.

"Besok kita akan ke bali. Kamu siap-siap yah."

"Ke bali?" Aku yang sedang mengeringkan rambut habis mandi menatapnya bingung.

"Iya. Aku ada proyek baru disana. Sekalian kita honeymoon kilat." Ia memelukku dari belakang.

"Tapi beberapa hari lagi aku wisuda mas." Aku membalik tubuhku menatapnya.

"Aku ingat. Tapi aku pastikan jika kita sudah kembali sebelum kamu wisuda. Bagaimana?" Ia merengkuh pinggangku merapat pada tubuhnya. Oh tuhan, dia sudah mengeras. Ini ancaman bagiku. Aku yakin setelah ini pasti dia minta jatah lagi.

"Okey. Diajak liburan siapa yang sanggup menolak iya kan?" Aku tersenyum dan mendorong dadanya pelan agar ia keluar.

"Eh kok aku diusir?" Mas Bara nampak tak terima saat ia ada di luar kamarku.

"Aku capek. Aku gak mau kalau harus diajak lembur lagi malam ini. Nanti aja yah kalau di bali."

Cup aku mengecup pipinya lembut kemudian berlari menutup pintu kamarku dengan cepat.

"Ya ampun sayang. Kamu tega sekali."

"Maaf mas. Bukankah aku harus siap-siap untuk besok."

Ting

Sebuah pesan masuk dari nomor mas Bara.

[Jangan lupa bawa baju berenda yang mama beli waktu itu yah.]

Oh astaga. Dia masih mengingat baju itu. Tapi tak ada salahnya aku membawanya, toh aku masih menyimpannya juga kan.

Pagi-pagi sekali kami sudah lepas landas. Untung saja semalam aku menolak lembur, jika tidak kami pasti sudah ketinggalan pesawat karena terlambat bangun.

Hari pertama mas Bara langsung membawaku menuju lokasi proyeknya berada. Di lahan pinggir pantai dengan pemandangan yang cukup memanjakan mata. Masih proyek yang sama, proyek pembuatan Resort. Kali ini mas Bar hanya sedang meninjau lokasinya terlebih dahulu sebelum ia menyetujui kesepakatan.

"Bagaimana sayang?"

"Bagus mas. Sepertinya jika kita membuat resort disini akan banyak sekali peminatnya. Untuk perizinannya bagaimana?"

"Semuanya tidak masalah. Tinggal menunggu keputusanku saja. Iya atau tidak."

"Terus apa yang menjadi pertimbangan mas?"

"Aku takut om Hardi akan melakukan sesuatu lagi dan tentu kali ini aku tak akan tinggal diam. Saat proyek di bogor aku sempat akan memperkarakan kasusnya, tapi kakek tahu dan memintaku untuk kembali bersabar. Kamu ingatkan saat kita menginap di rumah kakek malam itu, aku disuruh menghadap kakek sebelum tidur. Saat itu kakek berbicara panjang lebar padaku. Poin pentingnya kakek tak ingin jika anak keturunannya sampai berselisih dan memperebutkan duniawi yang hanya akan memecah keutuhan keluarga.

Kakek hanya memiliki dua orang putra, papa dan om Hardi. Keduanya sama-sama kakek besarkan dengan kasih sayang dan pendidikan yang sama. Hanya saja prestasi yang papa dan om hardi dapatkan tak sama. Papa lebih unggul dan selalu membanggakan. Dan itu membuat om Hardi iri, bahkan berbuntut padaku yang sebenarnya tak bersalah apa-apa padanya. Dan kakek merasa jika om Hardi seperti ini gara-gara kesalahannya, makannya dia selalu meminta pemakluman atas segala yang dilakukan om Hardi."

"Hmm mas Bara optimis saja. Kita lihat bagaimana kedepannya, yang penting mas bara fokus dan teliti. Mas bara kan cerdas. Aku yakin mas Bara bisa mengatasi apapun dengan kecerdasan yang mas Bara miliki." Aku menggenggam tangannya. Meyakinkan dirinya agar ia percaya pada kemampuannya.

"Makasih ya. Terimakasih sudah menjadi istriku yang baik." Ia menatapku dan memegang tanganku erat. Ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku lembut. Ah sempurna sekali pemandangan kali ini, berciuman dengan back ground Sunset sore yang indah.

Episodes
1 pernikahan
2 Bertemu kekasihnya
3 pakaian berenda
4 magang
5 puncak
6 air terjun
7 Bella lagi
8 Berkunjung ke rumah mertua
9 jebakan bella 21+
10 mencoba
11 kakek Wijaya
12 di rumah kakek 21+
13 apakah itu sebuah pernyataan cinta?
14 honeymoon?
15 pesan bang Erik
16 kembalinya anastasya
17 Satria
18 Jujur
19 sebatas wanita cadangan
20 ikut balapan
21 sup iga
22 apa dia sakit?
23 apakah aku hamil?
24 diantara dua cucu kakek
25 menyakitiku
26 Bali, i'm back
27 pertemuan dan perpisahan
28 akhirnya bertemu
29 penjelasan
30 kesepakatan dengan kakek
31 panas21+
32 gara-gara bule 21+
33 Janji
34 berusaha
35 sebesar strawbery
36 penculikan
37 diujung tanduk
38 siasat
39 talak
40 pulang kerumah orang tua
41 sandiwara
42 melepas rindu
43 melamar mbak ana
44 masih kesal
45 jebakan lagi?
46 efek obat perangsang
47 amarahnya
48 permintaan kakek
49 tertangkap basah
50 dibodohi
51 pecel lele
52 pekerjaan baru
53 Kebahagiaan dan kesedihan
54 Dia memang sudah pergi
55 dilamar
56 Dewa demam
57 Aku kalah
58 bersedia menikah lagi
59 halusinasi di pernikahan kedua
60 Papa kedua untuk Dewa
61 Bukan halusinasi
62 Siapa dia?
63 Aku Albiru, bukan Bara
64 Apa boleh sesama itu?
65 Mas Bara dan Mas Biru
66 bukan kembaran
67 aku menyukaimu
68 mengaku sebagai suamiku
69 Aku mencintaimu
70 Gila karenamu
71 kesalahan kedua
72 Dilema
73 ketiduran
74 Dia cemburu
75 melayani suami
76 kenyataan
77 anak suamiku
78 Iblis berkedok malaikat
79 ancaman
80 Hanya mimpi buruk. (Tamat)
Episodes

Updated 80 Episodes

1
pernikahan
2
Bertemu kekasihnya
3
pakaian berenda
4
magang
5
puncak
6
air terjun
7
Bella lagi
8
Berkunjung ke rumah mertua
9
jebakan bella 21+
10
mencoba
11
kakek Wijaya
12
di rumah kakek 21+
13
apakah itu sebuah pernyataan cinta?
14
honeymoon?
15
pesan bang Erik
16
kembalinya anastasya
17
Satria
18
Jujur
19
sebatas wanita cadangan
20
ikut balapan
21
sup iga
22
apa dia sakit?
23
apakah aku hamil?
24
diantara dua cucu kakek
25
menyakitiku
26
Bali, i'm back
27
pertemuan dan perpisahan
28
akhirnya bertemu
29
penjelasan
30
kesepakatan dengan kakek
31
panas21+
32
gara-gara bule 21+
33
Janji
34
berusaha
35
sebesar strawbery
36
penculikan
37
diujung tanduk
38
siasat
39
talak
40
pulang kerumah orang tua
41
sandiwara
42
melepas rindu
43
melamar mbak ana
44
masih kesal
45
jebakan lagi?
46
efek obat perangsang
47
amarahnya
48
permintaan kakek
49
tertangkap basah
50
dibodohi
51
pecel lele
52
pekerjaan baru
53
Kebahagiaan dan kesedihan
54
Dia memang sudah pergi
55
dilamar
56
Dewa demam
57
Aku kalah
58
bersedia menikah lagi
59
halusinasi di pernikahan kedua
60
Papa kedua untuk Dewa
61
Bukan halusinasi
62
Siapa dia?
63
Aku Albiru, bukan Bara
64
Apa boleh sesama itu?
65
Mas Bara dan Mas Biru
66
bukan kembaran
67
aku menyukaimu
68
mengaku sebagai suamiku
69
Aku mencintaimu
70
Gila karenamu
71
kesalahan kedua
72
Dilema
73
ketiduran
74
Dia cemburu
75
melayani suami
76
kenyataan
77
anak suamiku
78
Iblis berkedok malaikat
79
ancaman
80
Hanya mimpi buruk. (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!