mencoba

"Terimakasih, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi aku ingin mengucapkan terimakasih atas apa yang telah kamu berikan padaku. Aku-"

"Lupakan saja."

Sebelum mas Bara mengatakan lebih jauh aku segera memotong ucapannya. Aku tahu kebimbangan yang terjadi didalam dirinya. Kejadian semalam merupakan kejadian yang terjadi diluar keinginanku begitupun dengan dia. Aku yakin dia juga tidak mengharapkan itu terjadi tadi malam. Apalagi dia yang memiliki kekasih pasti saat ini ia bingung ia harus mengatakan apa padaku. Aku cukup mengerti posisinya.

"Lupakan?" Ia menatapku penuh tanya.

"Ya. Anggap saja tak pernah terjadi apapun diantara kita. Dan mas tak perlu merasa bersalah padaku, karena mas tidak salah disini."

"Tapi bagaimana dengan sesuatu yang sangat berharga didalam dirimu yang telah kuambil?"

Dia melihat kearah seprai, disana terdapat noktah merah miliku yang tertinggal semalam. Sejenak aku tertegun mengingat jika saat ini aku sudah tidak perawan lagi. Aku memejamkan mata menguatkan hatiku.

"Itu biar menjadi urusanku. Mas tak perlu mengingatnya lagi."

"Tidak May. Tidak bisa seperti itu. Bagaimanapun semalam kamu telah merelakan dirimu untukku. Aku tidak bisa melupakannya begitu saja. Aku akan bertanggung jawab May."

"Bertanggung jawab? Bertanggung jawab seperti apa mas?" Kuberanikan menatap matanya. Ia nampak kebingungan.

"Sudah lah mas. Lupakan. Akupun akan melupakannya. Kita akan tetap pada kesepakatan kita. Dan setelah kesepakatan itu selesai maka kita akan berjalan di jalan kita masing-masing." Ia menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan.

"Bisakah kita lupakan kesepakatan itu?" Tatapannya begitu dalam. Membuatku tak mengerti dengan apa yang ia maksud.

"Maksud mas?"

"Ya kita jalani pernikahan ini dengan nyata. Pernikahan yang sesungguhnya, bukan pernikahan dengan sebuah kesepakatan." ucapannya membuatku menatap matanya untuk mencari keseriusan disana. Aku kembali teringat dengan mbak ana. Tidak, pernikahan ini takkan pernah berjalan baik jika kedua hati masih sama-sama dimiliki oleh orang lain.

"Tidak mas. Aku tidak bisa. Pernikahan kita takkan berjalan dengan baik jika didalam hati kita masih terisi oleh orang lain. Dan mas tak perlu merasa keberatan gara-gara kejadian semalam. Biarkan aku yang menanggungnya."

"Apa kamu memiliki kekasih?" Pertanyaan mas Bara membuatku kembali teringat pada kak Satria. Aku memang memiliki kekasih, tapi apakah dia masih mau jika mengetahui aku sudah tidak utuh lagi.

"Kamu diam, berarti kamu memiliki kekasih. Apakah kekasihmu masih mau menerimamu andai ia tahu kalau kamu sudah-" mas Bara menghentikan ucapannya.

"Ini kesalahanku Mayra. Jadi ijinkan aku bertanggung jawab padamu. Tolong beri aku waktu untuk menyelesaikan semuanya. Setelah ana kembali nanti, aku akan menyelesaikan hubunganku dengannya."

Mas Bara menggenggam tanganku. Disini aku merasa jika aku hanya menjadi penghalang diantara mereka saja. Hanya demi mempertanggung jawabkan perbuatannya padaku, mas Bara sampai harus melepaskan cintanya. Tapi ucapan mama kemarin kembali terus terngiang didalam pikiranku. Apakah ini yang harus aku lakukan sekarang. Menjalani pernikahan ini dengan nyata, sehingga semua keluarga benar-benar merasakan kebahagiaan yang nyata.

"Please beri aku kesempatan. Aku janji akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu." Tatapan mas Bara terlihat tulus. Sejenak aku memejamkan mata. Mungkin aku memang harus mencobanya. Akupun mengangguk.

"Beneran kamu mau?" Ia kembali bertanya dengan binar dimatanya. Sontak aku menggeleng membuat ia kembali lesu. Kemudian aku kembali mengangguk. Iapun kembali tersenyum dan langsung memelukku.

"Terimakasih. Aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu."

Ia melerai pelukannya dan terus tersenyum dengan kembali menyuapiku.

"Untuk sekarang kita jalani saja apa adanya. Dan untuk kesepakatan itu, aku ingin kesepakatan itu tetap berlaku. Kita tidak tahu kan kedepannya akan seperti apa. Bisa saja mas Bara berubah pikiran disaat mbak ana pulang nanti. Aku takut aku akan kecewa. Jadi biarkan semuanya mengalir seperti air." Ucapanku membuat ia kembali menatapku, ia seolah mencari sesuatu didalam mataku.

"Aku akan berusaha mendapatkan hatimu May. Jadi jangan tutup hatimu untukku. Aku akan buktikan kalau perkataanku itu serius." Ia menatapku dalam.

Aku tak tahu dengan hatiku saat ini, akupun bingung mengartikan perasaanku. Namun satu yang pasti, aku dengan tak sadar sudah berharap lebih padanya.

Setelah cukup lama berbincang akhirnya kamipun pulang. Untung saja mas Bara sudah menyiapkan pakaian baru untukku.

"Bella itu siapa mas?"Di tengah perjalanan aku mencoba memecah keheningan.

"Dia model, sama seperti ana."

"Apa mas memiliki hubungan spesial dengannya?" Nampak ia tersenyum tipis.

"Sebenarnya tidak. Tapi dia ingin sekali menjadi simpananku."

"Kenapa mas tolak? Bukankah lumayan." Ia menatapku dengan tersenyum lalu menyentil keningku pelan.

"Dia itu teman ana. Mana mungkin aku menduakannya dengan temannya sendiri."

Jadi kalu bukan teman mbak ana mas Bara mau? Aku tak mengatakan pertanyaan itu padanya. Karena aku merasa tersinggung. Bukankah tanpa sengaja aku telah bersedia menjadi yang kedua untuknya.

"Teman? Kenapa bisa seorang teman makan pacar temannya sendiri?"

"Ya gak tahu. Namanya juga wanita. Mana ada wanita yang tahan dengan pesonaku yang tampan dan gagah ini. Ya kan?" Ia tersenyum dengan menaik turunkan alisnya menatapku.

"Iish pede banget. Gak semua wanita ya. Contohnya aku."

"Yakin? Aku gak percaya." Ia tersenyum tipis melihatku. "Semalam saja kamu terus mendesah nikmat dibawah kungkunganku."

Blush. Ah pipiku jadi memanas mengingat itu.

"Ish mas Bara. Aku kan terpaksa."

"Terpaksa tapi menikmatinya juga kan?" Ia kembali menggodaku.

"Iiish enggak." Aku membuang muka melihat kearah jendela. Cukup lama kami terdiam.

"Aku heran kenapa seorang Barata Yudha yang pintar bisa terperangkap dalam jebakan Bella." Aku kembali penasaran dan bertanya.

"Bella mengirimkan foto ana padaku. Disana Ana terlihat sedang bermesraan dengan seorang pria. Dia juga mengatakan jika dia punya informasi penting yang sayang bila aku lewatkan. Hingga ia menyuruhku mendatangi tempat itu. Yeah karena kelalaianku memang, aku tak sadar jika ada yang memukulku dari belakang. Hingga akupun pingsan dan saat sadar aku sudah ada di kursi itu dengan keadaan terikat. Ternyata disaat aku tidak sadar, Bella sudah menyuntikkan obat perangsang padaku. Dia sedikit menggodaku namun yang tak ku mengerti dia malah menyuruhmu datang kesana. Sepertinya dia memang sengaja menjebak kita. Tapi apa untungnya buat dia?"

"Mungkin dia ingin merusak hubungan mas dengan mbak ana?"

"Bisa jadi."

Lama berbincang membuatku tak sadar jika kami sudah sampai dirumah.

Turun dari mobil, mas Bara langsung memangku tubuhku layaknya orang sakit.

"Mas. Turunin ihhh. Malu mas." Aku kembali mengalungkan tanganku di lehernya dan menyembunyikan wajahku di dada bidangnya.

"Malu sama siapa sih? Bi sumi juga pasti ngerti kok." Ia terus berjalan dengan wajah tersenyum tampan. Ah sepertinya aku benar-benar sudah teracuni oleh ketampanannya.

Mas Bara membaringkanku diatas kasur di kamarku. Tak sengaja pandangan kami kembali bertemu, oh tuhan jantungku. Sepertinya jantungku sudah tidak sehat sekarang.

Cup

Ia mengecup keningku pelan.

"Beristirahatlah. Kalau butuh apa-apa tinggal telepon hmm?" Aku mengangguk. Mas bara mengusap kepalaku lembut kemudian berlalu keluar.

Setelah kejadian itu sikap mas Bara berubah menjadi begitu manis padaku. Sepertinya pertahananku untuk tidak akan jatuh cinta padanya mulai goyah. Bahkan tanpa diminta aku mulai belajar masak pada bik sumi.

Sepertinya ucapan mama Arum mulai mempengaruhiku. Aku seolah seperti sedang berusaha untuk menjadi istri yang baik untuknya.

Episodes
1 pernikahan
2 Bertemu kekasihnya
3 pakaian berenda
4 magang
5 puncak
6 air terjun
7 Bella lagi
8 Berkunjung ke rumah mertua
9 jebakan bella 21+
10 mencoba
11 kakek Wijaya
12 di rumah kakek 21+
13 apakah itu sebuah pernyataan cinta?
14 honeymoon?
15 pesan bang Erik
16 kembalinya anastasya
17 Satria
18 Jujur
19 sebatas wanita cadangan
20 ikut balapan
21 sup iga
22 apa dia sakit?
23 apakah aku hamil?
24 diantara dua cucu kakek
25 menyakitiku
26 Bali, i'm back
27 pertemuan dan perpisahan
28 akhirnya bertemu
29 penjelasan
30 kesepakatan dengan kakek
31 panas21+
32 gara-gara bule 21+
33 Janji
34 berusaha
35 sebesar strawbery
36 penculikan
37 diujung tanduk
38 siasat
39 talak
40 pulang kerumah orang tua
41 sandiwara
42 melepas rindu
43 melamar mbak ana
44 masih kesal
45 jebakan lagi?
46 efek obat perangsang
47 amarahnya
48 permintaan kakek
49 tertangkap basah
50 dibodohi
51 pecel lele
52 pekerjaan baru
53 Kebahagiaan dan kesedihan
54 Dia memang sudah pergi
55 dilamar
56 Dewa demam
57 Aku kalah
58 bersedia menikah lagi
59 halusinasi di pernikahan kedua
60 Papa kedua untuk Dewa
61 Bukan halusinasi
62 Siapa dia?
63 Aku Albiru, bukan Bara
64 Apa boleh sesama itu?
65 Mas Bara dan Mas Biru
66 bukan kembaran
67 aku menyukaimu
68 mengaku sebagai suamiku
69 Aku mencintaimu
70 Gila karenamu
71 kesalahan kedua
72 Dilema
73 ketiduran
74 Dia cemburu
75 melayani suami
76 kenyataan
77 anak suamiku
78 Iblis berkedok malaikat
79 ancaman
80 Hanya mimpi buruk. (Tamat)
Episodes

Updated 80 Episodes

1
pernikahan
2
Bertemu kekasihnya
3
pakaian berenda
4
magang
5
puncak
6
air terjun
7
Bella lagi
8
Berkunjung ke rumah mertua
9
jebakan bella 21+
10
mencoba
11
kakek Wijaya
12
di rumah kakek 21+
13
apakah itu sebuah pernyataan cinta?
14
honeymoon?
15
pesan bang Erik
16
kembalinya anastasya
17
Satria
18
Jujur
19
sebatas wanita cadangan
20
ikut balapan
21
sup iga
22
apa dia sakit?
23
apakah aku hamil?
24
diantara dua cucu kakek
25
menyakitiku
26
Bali, i'm back
27
pertemuan dan perpisahan
28
akhirnya bertemu
29
penjelasan
30
kesepakatan dengan kakek
31
panas21+
32
gara-gara bule 21+
33
Janji
34
berusaha
35
sebesar strawbery
36
penculikan
37
diujung tanduk
38
siasat
39
talak
40
pulang kerumah orang tua
41
sandiwara
42
melepas rindu
43
melamar mbak ana
44
masih kesal
45
jebakan lagi?
46
efek obat perangsang
47
amarahnya
48
permintaan kakek
49
tertangkap basah
50
dibodohi
51
pecel lele
52
pekerjaan baru
53
Kebahagiaan dan kesedihan
54
Dia memang sudah pergi
55
dilamar
56
Dewa demam
57
Aku kalah
58
bersedia menikah lagi
59
halusinasi di pernikahan kedua
60
Papa kedua untuk Dewa
61
Bukan halusinasi
62
Siapa dia?
63
Aku Albiru, bukan Bara
64
Apa boleh sesama itu?
65
Mas Bara dan Mas Biru
66
bukan kembaran
67
aku menyukaimu
68
mengaku sebagai suamiku
69
Aku mencintaimu
70
Gila karenamu
71
kesalahan kedua
72
Dilema
73
ketiduran
74
Dia cemburu
75
melayani suami
76
kenyataan
77
anak suamiku
78
Iblis berkedok malaikat
79
ancaman
80
Hanya mimpi buruk. (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!