jebakan bella 21+

Warning!!! 21+ area dewasa. Bocil dilarang baca.

Kami kembali bekerja. Mas Bara tiba-tiba keluar dengan terburu tanpa ditemani asisten lie. Ada apa, mau kemana dia. Kulihat jam dipergelangan tangan, hanya tinggal tiga puluh menit lagi menuju jam pulang, tak biasanya ia pergi sebelum jam kerja selesai.

Tak kupedulikan apapun, aku segera menyusul mas Bara. Kulihat mobil mas Bara sudah keluar dari halaman kantor. Untung saja ada ojek yang baru mengantarkan penumpangnya ke kantor. Aku segera menaiki ojek itu dan memintanya untuk mengikuti mobil mas Bara.

Ah sial. Lampu merah membuatku kehilangan jejak mas Bara.

Dengan terpaksa akhirnya aku kembali ke kantor. Aku kembali bekerja dan tak lama bel pulang berbunyi.

Ting.

Sebuah pesan masuk dari nomor yang tak di kenal.

(Suamimu sedang tidak baik-baik saja. Datanglah ke hotel x kamar nomor 708 lantai 24.)

Bergegas kucari taksi dan memintanya mengantarku menuju tempat yang di maksud.

Bisa kulihat jika pintu dari kamar yang dikirimkan padaku itu tertutup namun tidak rapat.

Tanpa menunggu waktu, aku pun segera masuk. Kulihat mas Bara duduk disebuah kursi dengan tangan yang terikat. Dan dihadapannya ada Bella yang terlihat seperti jalang.

"Mas." Aku hendak menghampirinya.

"Pergi May! Pergi!!" Suara mas Bara terdengar parau, suaranya lebih terdengar seperti sedang menahan sakit. Kulihat Bella tersenyum melihat kearahku.

"Lihatlah, istrimu yang baik itu sudah datang. Sekarang kamu tingal pilih, aku atau dia yang akan menolongmu disini." Aku tak mengerti dengan ucapan Bela. Aku segera membebaskan tangan mas Bara dari ikatan yang mungkin itu menyiksanya.

"Pergi May! Jangan lepaskan ikatan ini!" Mata mas Bara terlihat sayu. Wajahnya terlihat memerah seperti menahan sesuatu yang tak kumengerti. Aku menatapnya bingung. Kulihat bela hanya tersenyum puas dengan apa yang terjadi.

"May stop May! Biarkan aku terikat! Sekarang kamu pergi dari hadapanku may! Pergi! Aghh."

"Apa yang terjadi Mas? Kenapa kamu kelihatan seperti tersiksa sekali."

"Sudah pergi sana! Aku bilang pergi! Sshhh." Mas Bara terlihat aneh saat tanganku menyentuh tangannya.

"Hahaha. Kamu ingin tahu apa yang terjadi pada suamimu hmmm? Aku sudah menyuntikan obat perangsang dengan dosis tinggi pada tubuhnya. Dan kamu tahu, tak ada obat yang bisa menghilangkan efeknya selain melakukan pelepasan, you know sexs? Dan sekarang kamu tinggal pilih. Membiarkan suamimu melakukannya denganku atau denganmu."

Deg

Ucapannya membuat tubuhku membeku. Apa yang harus kulakukan. Kenapa aku harus ditempatkan di posisi seperti ini. Aku tak mungkin membiarkan wanita lain melakukan hal yang tidak pantas dilakukan bersama suamiku, bagaimana jika bella justru memanfaatkan ini dan membuat citra keluarga kami tercoreng.

Tapi tak mungkin juga aku mengorbankan diriku. Bagaimana dengan kak satria. Apakah dia masih mau jika tahu kalau aku sudah tak utuh lagi. Tapi aku tak punya pilihan lain. Wajah tersiksa mas Bara seolah membuatku ikut tersiksa. Bukankah aku ini istrinya? Dan tentunya aku memiliki kewajiban untuk itu kan?

"Sekarang aku minta kamu pergi dari sini." Aku menarik Bella keluar dari kamar itu.

"Wah sepertinya ana akan sangat terkejut jika mengetahui ini." Wanita itu tersenyum licik. Siapa dia? Apakah dia tahu hubungan mas Bara dan mbak ana.

"No May! Pergi may! Shhh." Desisan aneh keluar dari mulut mas Bara saat aku mulai melepaskan ikatannya. Hingga ikatan itu terlepas. Mas bara mencoba menjauhkan dirinya dariku. Ia terus mundur menghindariku.

"Tidak ma!. Pergilah! Jangan mendekat! Jika tidak, kamu akan menyesalinya nanti may."

"Tidak mas. Biar saja aku menyesalinya nanti. Sekarang, ijinkan aku menjadi obatmu." Aku mendekat menggenggam tangannya dan menatapnya intens. Entah perasaan apa yang membelengguku saat ini. Melihatnya yang kesakitan membuatku tak tahan.

"Shhh May. Aku benar-benar tidak tahan."

Mas Bara langsung memegang tengkukku dan memagut bibirku kasar. Aku yang tak memiliki pengalaman merasa kewalahan karena tak bisa mengimbanginya. Ia nampak sedikit tersadar dan mencoba mengontrol nafasnya. Ia kembali memagut bibirku dengan lembut meski masih sedikit menuntut, tapi cukup bisa kuimbangi.

Tangannya sudah menggerayangi tubuhku. Ia kemudian membaringkanku diatas ranjang dan kembali mencumbuiku. Perlahan cumbuannya turun menuju leherku.

"Aghh." Aku mengerang pelan saat mas Bara menyesap leherku dengan kuat.

Tangannya perlahan membuka kancing bajuku. Ia nampak sayu melihatku yang hampir polos saat ini.

"Kamu sangat indah May." Ia kembali membenamkan wajahnya diantara kedua dad*ku. Tangannya terus menggerayangi tubuhku. Ini adalah pengalaman pertamaku dan aku dibuat tak berdaya olehnya.

"Agh." Aku melenguh lembut saat wajah mas Bara berada diantara kedua pah*ku. Ada sensasi yang menggelitik dari dalam sana yang membuatku seolah akan yanh meledak dari dalam tubuhku.

Perlahan ia membuka celan*nya dan aku membuang wajahku tak ingin melihatnya.

Hingga kurasakan benda asing itu mulai memasukiku dengan sedikit memaksa. Mas Bara kembali mencium bibirku lalu turun menuju leher. Sejenak ciuman itu membuat pikiranku teralihkan. Ciumannya tersa membuai hingga sesuatu itu mulai mendesak masuk.

"Aghhh sakit."

Aku mengerang tertahan saat ia akhirnya berhasil membenamkan dirinya seutuhnya, ia sudah berhasil merobek selaput daraku.

Air mataku tak kuasa kubendung. Ternyata sesakit ini melepaskan keperawanan. Tapi kenapa banyak sekali wanita yang rela memberikan keperawanan mereka secara cuma-cuma kepada kekasih mereka tanpa ikatan yang sah? Padahal rasanya begitu menyakitkan seperti ini.

Ah, Tapi aku rela memberikannya untuk mas Bara. Karena walau bagaimanapun dia suamiku yang sah. Meski pernikahan kami hanya untuk satu tahun, setidaknya aku berguna sebagai istrinya saat ini. Maafkan aku kak.

Kurasakan mas bara mengecup mataku yang basah.

"Maafkan aku." Ada raut penyesalan dimatanya. Entah menyesal karena telah mengambil keperawananku, atau menyesal karena telah menghianati mbak ana karena melakukan ini denganku. Tak lama tubuhnya bergerak mengukur setiap kedalaman diriku yang kelam.

"Agghh sshhhh." Desisan kenikmatan terdengar keluar dari bibirnya. Meski terasa perih, akupun bisa sedikit merasakannya. Hingga hentakkan demi hentakkan ia berikan secara membabi buta. Membuatku mendesah halus larut akan kenikmatan yang ia berikan.

Ada sesuatu yang asing kurasa hendak meledak didalam diriku. Aku benar-benar tak bisa menahannya lagi.

"Aghh mashhh ahhhhhhh." Aku mengangkat pinggulku seolah ingin ia masuk lebih dalam. Tanganku memeluk tubuhnya sangat erat, seolah ingin menyatukan tubuh kami menjadi satu.

"Ahhh ahhh ahhhhhhhh." Tubuhku menggelepar, Entah apa itu, aku seperti terbang melayang. Ringan dan memabukkan.

" Oougggh." Kulihat mas Bara menggeram kuat saat ia melesakkannya begitu dalam bersamaan dengan semburan hangat memenuhi diriku.

Kami terengah bersama. Ia menatapku sendu kemudian mencium keningku.

Akhirnya malam yang tak pernah kami sepakati sebelumnya harus terjadi. Entah berapa kali mas Bara membawaku terbang menggapai nirwana. Hingga akhirnya aku terlelap didalam pelukannya.

Saking lelahnya aku tak tahu saat ini aku bangun jam berapa.

Aku terduduk mengingat kejadian semalam. Aku berharap semua itu hanya mimpi, namun melihat tubuhku yang masih polos membuatku yakin jika itu bukan sekedar mimpi. Air mataku kembali jatuh. Dengan berbalut selimut, kuturunkan kakiku untuk pergi ke kamar mandi.

"Awhhh." Aku kembali terduduk merasakan kembali sakit di area intiku.

Ceklek suara pintu terbuka.

"Kamu sudah bangun?" Kulihat mas Bara masuk dengan membawa nampan yang terdapat beberapa makanan diatasnya. Ia meletakkan nampan itu diatas nakas kemudian ia menatapku.

"Mau mandi?"

Aku mengangguk pelan tanpa mau menatapnya. Kulihat ia berjalan menuju kamar mandi. Entah apa yang ia lakukan disana hingga akhirnya ia kembali.

"Air hangatnya sudah siap."

Aku mendongak menatapnya hingga mata kami kembali bersirobak. Segera kutundukkan lagi kepalaku. Melihat wajahnya aku jadi teringat dengan kejadian semalam, semalam ia sudah seperti namanya, Bara yang begitu membara. Panas dan mampu membakar seluruh hasratku. ah kenapa sekarang rasanya malu sekali.

Aku kembali berdiri dengan sedikit menggigit bibir bawahku menahan perih. Kulangkahkan kakiku pelan, takut-takut aku akan kembali menjerit karena sakit.

"Aah." Aku memekik saat tiba-tiba mas Bara menggendongku. Tanganku refleks mengalung pada lehernya. Jarak yang begitu dekat membuat pandangan kami kembali bertemu. Entah sejak kapan jantungku berdetak cepat tak karuan seperti ini. Ah, sepertinya bukan hanya aku. Karena detakkan jantung mas Barapun dapat kurasa sama kencangnya denganku. Apa mungkin gara-gara semalam jadi berefek sampai sekarang.

"Kenapa gak bilang kalau masih sakit hmm?" Ia tersenyum sangat manis membuat pipiku terasa memanas karenanya. Enggak enggak. Kondisikan hatimu Mayra. Jangan sampai kamu jatuh pada pesonanya. Ingat dengan kesepakatan kalian.

Mas Bara menurunkanku disamping bathub.

"Bisa mandi sendiri?"

Hey pertanyaan macam apa itu. Ya bisa lah. Yang sakit kan cuma bagian ituku, bukan seluruh tubuhku. Agh mancing-mancing saja ini orang. Aku hanya mengangguk tak mau terpancing olehnya. Ia hanya melihatku tanpa sedikitpun beranjak dari tempatnya.

"Mas Bara bisa tolong keluar dulu?" Ia yang terus menatapku seolah tersadar.

"Nanti kalau sudah. Panggil saja ya." Aku mengangguk dan ia langsung keluar.

Berendam di air yang hangat lumayan meredakan rasa sakitku. Saking nyamannya aku sampai tak sadar jika aku sudah cukup lama berada di kamar mandi.

"May. Apakah sudah mandinya?" Ketukan pada pintu dan suara mas Bara membuatku terbangun.

"Iya mas. Sebentar." Aku segera membilas tubuhku dan segera memakai bathrobe yang ada disana. Ah aku lupa membawa pakaianku. Tak mungkin juga aku meminta mas Bara mengambilkannya, apalagi pakaian dalam. Aduuh.

Karena rasa sakit yang sudah lumayan mereda membuatku bisa sedikit menahannya untuk berjalan. Aku keluar dan didepan pintu sudah ada mas Bara yang menunggu.

"Are you okay?"

"Aku lumayan baikan." Aku berjalan menuju ranjang. Takku temukan pakaianku semalam.

"Pakaianku?"

"Pakaianmu yang semalam sudah aku suruh asisten lie bawa pulang. Sekarang kamu sarapan dulu yah. Mumpung supnya masih hangat." Mas Bara membawa nampan tadi mendekat kearahku. Ia meletakkan nampan itu disampingku dan mengambil sup ayam yang terlihat lezat itu untuk ia suapkan padaku.

"Aku bisa sendiri mas."

"Aku tahu. Tapi aku ingin melakukannya." Aku tak bisa membantahnya lagi, mau tidak mau aku makan dengan disuapi olehnya. Ia menyuapiku dengan mata yang terus menatapku dengan tatapan yang tak bisa kuartikan.

"Terimakasih, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi aku ingin mengucapkan terimakasih atas apa yang telah kamu berikan padaku. Aku-"

Terpopuler

Comments

etna winartha

etna winartha

ya jadilah

2025-03-10

0

Niki Fujoshi

Niki Fujoshi

Nggak bisa move on.

2024-11-26

1

lihat semua
Episodes
1 pernikahan
2 Bertemu kekasihnya
3 pakaian berenda
4 magang
5 puncak
6 air terjun
7 Bella lagi
8 Berkunjung ke rumah mertua
9 jebakan bella 21+
10 mencoba
11 kakek Wijaya
12 di rumah kakek 21+
13 apakah itu sebuah pernyataan cinta?
14 honeymoon?
15 pesan bang Erik
16 kembalinya anastasya
17 Satria
18 Jujur
19 sebatas wanita cadangan
20 ikut balapan
21 sup iga
22 apa dia sakit?
23 apakah aku hamil?
24 diantara dua cucu kakek
25 menyakitiku
26 Bali, i'm back
27 pertemuan dan perpisahan
28 akhirnya bertemu
29 penjelasan
30 kesepakatan dengan kakek
31 panas21+
32 gara-gara bule 21+
33 Janji
34 berusaha
35 sebesar strawbery
36 penculikan
37 diujung tanduk
38 siasat
39 talak
40 pulang kerumah orang tua
41 sandiwara
42 melepas rindu
43 melamar mbak ana
44 masih kesal
45 jebakan lagi?
46 efek obat perangsang
47 amarahnya
48 permintaan kakek
49 tertangkap basah
50 dibodohi
51 pecel lele
52 pekerjaan baru
53 Kebahagiaan dan kesedihan
54 Dia memang sudah pergi
55 dilamar
56 Dewa demam
57 Aku kalah
58 bersedia menikah lagi
59 halusinasi di pernikahan kedua
60 Papa kedua untuk Dewa
61 Bukan halusinasi
62 Siapa dia?
63 Aku Albiru, bukan Bara
64 Apa boleh sesama itu?
65 Mas Bara dan Mas Biru
66 bukan kembaran
67 aku menyukaimu
68 mengaku sebagai suamiku
69 Aku mencintaimu
70 Gila karenamu
71 kesalahan kedua
72 Dilema
73 ketiduran
74 Dia cemburu
75 melayani suami
76 kenyataan
77 anak suamiku
78 Iblis berkedok malaikat
79 ancaman
80 Hanya mimpi buruk. (Tamat)
Episodes

Updated 80 Episodes

1
pernikahan
2
Bertemu kekasihnya
3
pakaian berenda
4
magang
5
puncak
6
air terjun
7
Bella lagi
8
Berkunjung ke rumah mertua
9
jebakan bella 21+
10
mencoba
11
kakek Wijaya
12
di rumah kakek 21+
13
apakah itu sebuah pernyataan cinta?
14
honeymoon?
15
pesan bang Erik
16
kembalinya anastasya
17
Satria
18
Jujur
19
sebatas wanita cadangan
20
ikut balapan
21
sup iga
22
apa dia sakit?
23
apakah aku hamil?
24
diantara dua cucu kakek
25
menyakitiku
26
Bali, i'm back
27
pertemuan dan perpisahan
28
akhirnya bertemu
29
penjelasan
30
kesepakatan dengan kakek
31
panas21+
32
gara-gara bule 21+
33
Janji
34
berusaha
35
sebesar strawbery
36
penculikan
37
diujung tanduk
38
siasat
39
talak
40
pulang kerumah orang tua
41
sandiwara
42
melepas rindu
43
melamar mbak ana
44
masih kesal
45
jebakan lagi?
46
efek obat perangsang
47
amarahnya
48
permintaan kakek
49
tertangkap basah
50
dibodohi
51
pecel lele
52
pekerjaan baru
53
Kebahagiaan dan kesedihan
54
Dia memang sudah pergi
55
dilamar
56
Dewa demam
57
Aku kalah
58
bersedia menikah lagi
59
halusinasi di pernikahan kedua
60
Papa kedua untuk Dewa
61
Bukan halusinasi
62
Siapa dia?
63
Aku Albiru, bukan Bara
64
Apa boleh sesama itu?
65
Mas Bara dan Mas Biru
66
bukan kembaran
67
aku menyukaimu
68
mengaku sebagai suamiku
69
Aku mencintaimu
70
Gila karenamu
71
kesalahan kedua
72
Dilema
73
ketiduran
74
Dia cemburu
75
melayani suami
76
kenyataan
77
anak suamiku
78
Iblis berkedok malaikat
79
ancaman
80
Hanya mimpi buruk. (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!