Kesempatan

Nathan masih tak bersuara, sepertinya ia kaget, padahal permintaan ku sudah mengudara sejak sepuluh menit yang lalu. Menyebalkan memang, tapi mau bagaimana lagi aku sudah cinta.

"Aku mau!" ucapnya singkat. Ucapan singkat yang berhasil membuatku berteriak kegirangan dan sontak memeluk tubuh Nathan lalu menyandarkan kepalaku di dada bidangnya.

Ka-kamu serius?" tanyaku pada Nathan, masih dengan mataku yang membulat.

Nathan mengangguk.

Aku memeluknya erat.

"Tapi aku mau sebelum kita nikah, kamu jangan temenan lagi sama Egi" ujarnya tersenyum sambil membelai rambut ikal ku.

"Maksudnya?"

"Aku cuma mau perhatian kamu itu cuma sama aku, bukan ke cowok lain," jawab Nathan singkat, sambil menyematkan cincin di jari manis ku.

"Kamu masih cemburu sama Egi?"

Nathan mengangguk.

"Ya ampun sayang, Egi itu cuma sahabat aku aja, nggak lebih dan nggak akan pernah lebih," sahutku.

"Kamu yakin?!" tanyanya memastikan jawaban ku.

Dering ponsel Nathan seketika menyentak kami berdua. Nathan segera meraih gawai dari saku celananya. Samar-samar aku mendengar suara seorang wanita dari balik gawai pipih di telinganya sesaat setelah sapaan terlontar dari bibirnya. Nathan langsung melepas pelukannya dan menjauh.

Suara siapa itu?, batinku tiba-tiba gusar.

Aku menatap Nathan yang masih sibuk dengan panggilannya.

Tak lama, Nathan mematikan panggilannya kemudian mendatangiku di meja kembali.

"Siapa?" tanyaku ketus masih menatap tajam ke arah Nathan.

"Oh, adik sepupu aku. Biasa minta dijemput," jawabnya santai dan singkat.

Aku hanya tersenyum tipis sambil menatap lekat kedua manik mata cokelat terangnya.

Kenapa Nathan nggak pernah cerita kalau dia punya adik sepupu?, batinku.

"Ya udah, aku balik duluan ya sayang. Nanti aku telepon. Bye. I Love You," pamitnya padaku.

Nathan pun berlalu pergi setelah mencium keningku.

Tak lama berselang, sesuai rencana Egi pun mendatangiku di meja. Egi memajukan wajahnya penuh rasa penasaran saat melihatku menekuk wajahku di atas meja. Tekukan wajah penuh rasa penyesalan dan kekesalan.

"Gimana?!" tanya Egi penasaran.

Aku mengangguk mengiyakan sambil memamerkan cincin di tanganku padanya.

"Oh," balas Egi singkat.

"Cuma Oh, doang?!. Lo nggak kasih selamet ke gue?"

"Iya selamet deh. Puas Lo!"

Aku nyengir, "Gi, makan yuk. Gue laper, karna hari ini gue lagi seneng, gue traktir deh."

"Males ah gue."

"Ayolah Gi, ntar kalo gue udah nikah gue bakal nggak bisa lagi makan bareng Lo."

"Maksud Lo?"

Astaga, mulutku ini memang tidak bisa direm.

"Duh, perut gue sakit. Cepetan yuk. Gue udah laper banget," alihku sambil berjalan.

Egi pun segera mengikuti langkah kakiku di belakang. Aku melenggang santai saat menarik pintu kafe. Langkah santaiku terhenti tepat saat aku melihat seorang bocah kecil menangis di ujung jalan.

Bocah lelaki itu tampak berjalan tak tentu arah dengan langkah kaki kecilnya. Rintihan lirih memanggil ibunya terdengar memekakkan telinga. Sepertinya bocah itu kehilangan ibunya. Bocah itu berjalan gontai berlari menerobos lalu lintas padat merayap didepannya.

Tanpa pikir panjang, aku pun segera melintasi lalu lintas ramai dihadapanku. Niatku hanya satu, menyelamatkan bocah kecil didepanku.

Suara klakson mobil yang terus-menerus berbunyi tidak aku hiraukan, pandanganku hanya tertuju pada bocah kecil yang kini mulai terisak pilu itu.

Teriakan Egi yang spontan memanggil namaku tak lagi terdengar karena suara mesin kendaraan yang banyak melintas di sana. Aku berlutut lalu segera menarik bocah kecil itu kedalam pelukan hangatku. Bocah kecil itu pun seketika menghentikan tangisnya.

Aku terhenyak saat tiba-tiba sebuah lengan kekar kurasakan menarik tubuhku. Memaksa lututku untuk berdiri dengan tegak.

Wajah Egi tampak jelas didepanku. Sesaat kami saling melempar pandang, aku mengamati mata teduhnya dari dekat.

Cepat-cepat ia memalingkan wajahnya lalu menggendong bocah tersebut dalam dekapannya, meninggalkanku yang masih mematung di belakang.

Bahkan Egi sahabatku, tidak mau menatap wajahku lama-lama. Yah, aku bisa maklum. Aku ini si buruk rupa. Nasib dan wajahku tidaklah semulus aspal jalanan tempatku berpijak saat ini.

"Woy. Rhea!. Cepetan!" teriak Egi dari seberang.

Aku pun segera berlari menyusul langkah Egi dari belakang.

...----------------...

Di rumah, aku masih memikirkan kata-kata Nathan.

Apa aku harus memutus persahabatan ku dengan Egi?, batinku.

drrrttt.. drrrttt

"Rhe, jalan yuk," suara Egi dari ponsel ku.

"Apaan sih Lo, udah malem, gue mau tidur."

"Bentar ini Rhe, gue cuma mau ketemu Lo bentar."

"Astaga Egi, tadi siang kan kita udah ketemu. Lo mau ngapain sih?"

"Udah, pokoknya Lo kesini aja. Gue tunggu di kafe deket mall tempat kita biasa nongkrong."

Tut..Tut..Tut.

...----------------...

"Ada apaan sih Gi?!" tanyaku sesaat setelah tiba di kafe.

"Lo mau apa?. Makan?, minum?. Gue yang bayar."

"Nggak usah, gue udah kenyang. Ada apaan sih Gi?"

Egi terlihat ragu yang membuatku bertambah penasaran.

"Rhe, Lo cinta sama Nathan?"

"Kok Lo nanya nya gitu?!"

"Kalo misalkan gue bilang Lo nggak usah nikah sama Nathan, Lo mau?"

"Maksud Lo?" tanyaku aneh.

"Jawab aja."

Aku menatap Egi serius, "Ya gue nggak mau lah, ngapain juga gue mesti nurutin Lo. Lo mau ngomong apaan sih Egi?!"

Terpopuler

Comments

Pena.S

Pena.S

aku tunggu next nya❤️🤗

2020-08-22

1

Aisyah

Aisyah

Next

2020-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!