Bab 5: Di Ambang Kehancuran

Langit malam di atas tanah mati itu begitu pekat, dihiasi gumpalan awan hitam yang seakan menggantung berat, menekan siapapun yang masih hidup. Suara langkah kaki Elara yang tergesa-gesa berpadu dengan deru napasnya yang tidak beraturan. Di belakangnya, jeritan mutan dan dengungan mesin kendaraan musuh terdengar semakin dekat, seolah waktu kematian sedang menghitung mundur.

“Tidak ada jalan kembali,” gumamnya pada diri sendiri sambil terus melangkah. Dia tidak bisa membiarkan tablet itu jatuh ke tangan para anarkis. Tablet ini adalah kunci menuju Eden, kunci untuk menyelamatkan umat manusia dari kehancuran total. Tapi harga yang harus dibayar untuk melindunginya terus bertambah. Dan kali ini, harganya mungkin nyawa Orion.

---

Orion berdiri di tengah reruntuhan pabrik tua, napasnya memburu. Dinding-dinding beton yang retak, sisa-sisa mesin raksasa, dan bau besi berkarat mengelilinginya seperti makam yang tidak pernah dimakamkan. Di luar, dia bisa mendengar langkah kaki para pengejar. Mereka semakin dekat, bersiap untuk menerkam.

"Baiklah," bisiknya pelan sambil memasang granat improvisasi di salah satu lorong utama. Tangan kasarnya bekerja dengan cepat, matanya bergerak liar mengawasi setiap sudut.

Ledakan pertama harus cukup untuk mengalihkan perhatian mereka, pikirnya. Tapi dia tahu, para anarkis bukan kelompok sembarangan. Mereka seperti anjing pemburu yang tak kenal lelah, dilatih untuk menghancurkan. Dia hanya bisa berharap jebakan-jebakannya cukup untuk memberi Elara waktu melarikan diri.

Langkah kaki semakin dekat. Orion menekan tubuhnya ke dinding, mencabut pisau yang terselip di pinggangnya. Dengan nafas tertahan, dia mendengar suara-suara itu: sepatu-sepatu berat yang menghantam lantai, dengungan komunikasi radio, dan suara komandan yang memerintah, "Pisahkan tim. Temukan dia!"

Saat tiga dari mereka melangkah ke lorong tempat jebakan diletakkan, Orion mengaktifkan detonator. Ledakan besar mengguncang bangunan. Api berkobar, dan puing-puing beton jatuh menimpa para pengejar yang tidak beruntung.

Namun, itu hanya permulaan. Ledakan itu memang melumpuhkan beberapa dari mereka, tapi sisanya justru bergerak lebih agresif. "Dia ada di sini!" salah satu dari mereka berteriak, membuat para pengejar lainnya segera menyerbu masuk.

Orion berlari ke tangga yang menuju lantai atas, tubuhnya terasa semakin berat oleh luka-luka kecil yang mulai berdarah. Dia bersembunyi di balik pilar besar, menyiapkan jebakan berikutnya. Kali ini, dia tidak punya banyak waktu. Para pengejar terlalu banyak, dan mereka dilengkapi dengan alat pelacak yang canggih.

Ketika mereka mendekat, Orion melemparkan bom asap ke arah mereka. Kabut putih tebal memenuhi lorong, memblokir pandangan para anarkis. Dengan langkah cepat, dia menyelinap keluar melalui jendela yang sudah pecah, melompat ke tumpukan puing di bawah. Pendaratan itu kasar, dan dia merasakan pergelangan kakinya terkilir. Tapi dia tidak punya waktu untuk merasakan sakit. Di belakangnya, dia bisa mendengar suara drone mendengung, mencari keberadaannya.

Orion berlari secepat mungkin, melewati reruntuhan bangunan dan menuju ke arah hutan mati yang terbentang di depan. Di atas kepalanya, cahaya merah dari drone terus bergerak, seperti mata yang tidak pernah berkedip. Peluru-peluru dari senapan otomatis drone itu menembaki tanah di sekitarnya, menciptakan lubang-lubang besar yang hampir membuatnya tersandung.

Satu tembakan drone berhasil menghantam bahunya. Orion terhuyung, darah mulai mengalir dari luka itu. Tapi dia terus berlari. Tidak ada pilihan lain.

---

Sementara itu, Elara berhasil menemukan jalur menuju pos penjaga tua yang ditunjukkan oleh tablet di tangannya. Tapi kabut tebal dan suara langkah-langkah besar yang menghantui dari belakang membuatnya tidak bisa merasa lega. Mutan-mutan itu semakin dekat, dan setiap kali dia menoleh, dia melihat bayangan besar mereka bergerak di antara pepohonan yang kering.

Dia menggenggam pistolnya erat-erat, meskipun tahu senjata itu hampir tidak berguna melawan makhluk-makhluk seperti itu. Ketika salah satu dari mereka akhirnya melompat ke arahnya, Elara mengarahkan pistol dan menembak dengan panik. Peluru mengenai kepala mutan itu, membuatnya terjatuh, tapi dua yang lain sudah menyusul.

Elara berlari ke pos penjaga, menutup pintu dengan keras, dan mengunci semua penguncinya. Tapi dia tahu itu tidak akan lama bertahan. Mutan-mutan itu mulai menghantam pintu dengan kekuatan luar biasa, membuat kayu dan besi di pintu itu melengkung.

“Elara, fokus,” dia berbisik pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan detak jantungnya. Tangannya gemetar saat dia menatap tablet, memeriksa koordinat Eden. Tapi suara pintu yang mulai retak membuat pikirannya kembali ke kenyataan. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengambil keputusan cepat.

Dia meraih sebuah tabung gas tua yang berada di sudut ruangan dan menarik pin granat kecil yang terselip di sakunya. Ketika pintu akhirnya jebol dan dua mutan besar menyerbu masuk, Elara melemparkan granat itu ke arah tabung gas dan melompat keluar melalui jendela kecil di belakang.

Ledakan besar mengguncang seluruh pos, memecahkan kaca dan membuat tanah di sekitarnya bergetar. Api berkobar, menelan mutan-mutan itu sepenuhnya. Tapi Elara tidak punya waktu untuk merayakan kemenangannya. Dia terus berlari menuju koordinat yang ditunjukkan tablet, meskipun tubuhnya sudah hampir tidak mampu lagi bergerak.

---

Di tempat lain, Orion berhasil mencapai kendaraan kecil yang ditinggalkan oleh para anarkis. Dengan satu tangan menekan lukanya yang terus berdarah, dia menyalakan mesin dan melajukan kendaraan itu ke arah selatan. Tapi dia tidak sendirian. Beberapa kendaraan anarkis lain mulai mengejarnya, dan drone-drone kembali mengudara, mengincarnya.

"Baiklah, kalau kalian mau bermain kotor," gumam Orion, menarik napas dalam-dalam. Dia memutar kemudi dengan keras, membawa kendaraan itu ke jalur berbatu yang sempit. Kecepatan tinggi dan medan yang berbahaya membuat kendaraan-kendaraan musuh mulai tergelincir satu per satu. Tapi drone-drone itu tetap bertahan.

Orion meraih senapan di sampingnya dan menembaki salah satu drone. Peluru-peluru itu berhasil menghancurkan baling-balingnya, membuat drone itu jatuh dan meledak. Tapi satu drone lainnya berhasil menembak balik, menghantam bagian belakang kendaraan Orion.

Ledakan kecil membuat kendaraan itu kehilangan keseimbangan dan terguling ke sisi jalan. Orion terlempar keluar, tubuhnya terhempas keras ke tanah. Ketika dia mencoba bangkit, dia melihat salah satu kendaraan anarkis berhenti di dekatnya. Para pengejar keluar dengan senjata terangkat, wajah mereka penuh kebencian.

Namun, sebelum mereka bisa mendekat, suara gemuruh besar terdengar dari kejauhan. Orion dan para pengejar menoleh bersamaan. Sebuah kawanan mutan besar muncul dari kegelapan, terpancing oleh suara ledakan dan bau darah. Para anarkis segera mengalihkan perhatian mereka, menembaki mutan-mutan itu.

Melihat kesempatan itu, Orion merangkak ke arah pistolnya yang terjatuh. Dengan tangan gemetar, dia menembak salah satu pengejarnya dan segera berlari ke arah hutan, meninggalkan kekacauan di belakangnya.

Di dalam hutan, dia berhenti sejenak, mencoba mengatur napas. "Elara," gumamnya pelan. Dia tahu mereka harus segera bertemu di Eden, atau semua ini akan sia-sia.

Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Orion melangkah lebih dalam ke dalam kegelapan, sementara bayangan kematian terus mengejarnya. Di kejauhan, sinar tablet yang dibawa Elara menjadi satu-satunya cahaya harapan di dunia yang hampir runtuh ini.

Episodes
1 Bab 1: Senja Terakhir di Bumi
2 Bab 2: Deadzone
3 Bab 3: Jejak Darah
4 Bab 4: Pengejaran di Jantung Kegelapan
5 Bab 5: Di Ambang Kehancuran
6 Bab 6: Jejak dalam Kegelapan
7 Bab 7: Perlombaan dengan Maut
8 Bab 8: Bayangan Eden
9 Bab 9: Rahasia Eden
10 Bab 10: Pertempuran di Terowongan
11 Bab 11: Jaringan Kematian
12 Bab 12: Akhir yang Tak Terelakkan
13 Bab 13: Bayangan yang Hidup
14 Bab 14: Perang Bayangan
15 Bab 15: Sisa Harapan
16 Bab 16: Jejak Darah
17 Bab 17: Inferno di Jejak Darah
18 Bab 18: Prometheus
19 Bab 19: Harga Sebuah Perlawanan
20 Bab 20: Bayangan di Bawah Tanah
21 Bab 21: Menembus Neraka
22 Bab 22: Api di Langit
23 Bab 23: Nyala Api Perlawanan
24 Bab 24: Mata Rantai yang Pecah
25 Bab 25: Api yang Tak Pernah Padam
26 Bab 26: Kebangkitan yang Terlambat
27 Bab 27: Jalan Terjal yang Tak Terduga
28 Bab 28: Kebangkitan yang Tak Terduga
29 Bab 29: Malam Tanpa Akhir
30 Bab 30: Bayang-Bayang yang Kembali
31 Bab 31: Langkah di Ambang Kehancuran
32 Bab 32: Jantung Kegelapan
33 Bab 33: Duel Gila di Jantung Nexus
34 Bab 34: Ledakan Akhir, Awal yang Baru
35 Bab 35: Bayangan di Balik Langit Biru
36 Bab 36: Tarian Darah di Tengah Kekacauan
37 Bab 37: Hari Terakhir dalam Kekacauan
38 Bab 38: Langit Merah dan Bayang-Bayang Baru
39 Bab 39: Jalan Menuju Nova
40 Bab 40: Musuh dalam Bayangan
41 Bab 41: Reuni di Tengah Kekacauan
42 Bab 42: Misi Aurora
43 Bab 43: Pertempuran di Black Horizon
44 Bab 44: Bayangan di Balik Kemenangan
45 Bab 45: Gelombang Kedua
46 Bab 46: Kebangkitan Baru
47 Bab 47: Markas Terakhir
48 Bab 48: Neraka di Markas Terakhir
49 Bab 49: Kegelapan di Bawah Laut
50 Bab 50: Misi Bunuh Diri
51 Bab 51: Pertempuran Abadi
52 Bab 51: Pertempuran Abadi
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Bab 1: Senja Terakhir di Bumi
2
Bab 2: Deadzone
3
Bab 3: Jejak Darah
4
Bab 4: Pengejaran di Jantung Kegelapan
5
Bab 5: Di Ambang Kehancuran
6
Bab 6: Jejak dalam Kegelapan
7
Bab 7: Perlombaan dengan Maut
8
Bab 8: Bayangan Eden
9
Bab 9: Rahasia Eden
10
Bab 10: Pertempuran di Terowongan
11
Bab 11: Jaringan Kematian
12
Bab 12: Akhir yang Tak Terelakkan
13
Bab 13: Bayangan yang Hidup
14
Bab 14: Perang Bayangan
15
Bab 15: Sisa Harapan
16
Bab 16: Jejak Darah
17
Bab 17: Inferno di Jejak Darah
18
Bab 18: Prometheus
19
Bab 19: Harga Sebuah Perlawanan
20
Bab 20: Bayangan di Bawah Tanah
21
Bab 21: Menembus Neraka
22
Bab 22: Api di Langit
23
Bab 23: Nyala Api Perlawanan
24
Bab 24: Mata Rantai yang Pecah
25
Bab 25: Api yang Tak Pernah Padam
26
Bab 26: Kebangkitan yang Terlambat
27
Bab 27: Jalan Terjal yang Tak Terduga
28
Bab 28: Kebangkitan yang Tak Terduga
29
Bab 29: Malam Tanpa Akhir
30
Bab 30: Bayang-Bayang yang Kembali
31
Bab 31: Langkah di Ambang Kehancuran
32
Bab 32: Jantung Kegelapan
33
Bab 33: Duel Gila di Jantung Nexus
34
Bab 34: Ledakan Akhir, Awal yang Baru
35
Bab 35: Bayangan di Balik Langit Biru
36
Bab 36: Tarian Darah di Tengah Kekacauan
37
Bab 37: Hari Terakhir dalam Kekacauan
38
Bab 38: Langit Merah dan Bayang-Bayang Baru
39
Bab 39: Jalan Menuju Nova
40
Bab 40: Musuh dalam Bayangan
41
Bab 41: Reuni di Tengah Kekacauan
42
Bab 42: Misi Aurora
43
Bab 43: Pertempuran di Black Horizon
44
Bab 44: Bayangan di Balik Kemenangan
45
Bab 45: Gelombang Kedua
46
Bab 46: Kebangkitan Baru
47
Bab 47: Markas Terakhir
48
Bab 48: Neraka di Markas Terakhir
49
Bab 49: Kegelapan di Bawah Laut
50
Bab 50: Misi Bunuh Diri
51
Bab 51: Pertempuran Abadi
52
Bab 51: Pertempuran Abadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!