Pertemuan yang Mengubah Perspektif

Setelah kejadian-kejadian sebelumnya, Catherine semakin tenggelam dalam rutinitasnya. Dia sudah tidak lagi memedulikan hal-hal yang dulu sering mengganggunya. Fokusnya hanya pada dirinya sendiri, prestasinya, dan persahabatannya dengan Jenny. Tetapi, tanpa sepengetahuannya, seseorang mulai memperhatikannya lebih sering—Akbar.

Kini, Akbar sudah tidak lagi berhubungan dengan Theresia. Hubungan mereka yang penuh drama akhirnya kandas, dan itu membuat Akbar memiliki lebih banyak waktu untuk merenungkan semua yang terjadi selama ini. Salah satu hal yang terus muncul di pikirannya adalah Catherine.

Suatu siang, saat Catherine sedang berjalan menuju perpustakaan, Akbar yang kebetulan lewat melihatnya dari kejauhan. Dia ragu-ragu untuk mendekat, tetapi dorongan untuk berbicara dengan Catherine akhirnya membuatnya melangkah.

“Catherine,” panggilnya saat Catherine membuka pintu perpustakaan.

Catherine berhenti sejenak, menoleh dengan ekspresi datar. "Ada apa, Akbar?"

Nada bicaranya yang dingin membuat Akbar sedikit gugup. “Aku cuma mau ngobrol sebentar. Kamu ada waktu?”

Catherine menatapnya tajam. "Aku lagi sibuk, jadi kalau cuma mau basa-basi, mending nggak usah."

Akbar tertegun. Dia tahu Catherine sekarang berbeda, jauh lebih kuat dan tidak lagi seperti dulu. Namun, itu justru membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang gadis ini.

“Aku cuma mau nanya,” lanjut Akbar, mencoba terdengar santai. “Kenapa kamu sekarang kayak... beda banget?”

Catherine mendengus kecil, lalu melipat tangan di dada. “Beda gimana? Karena aku nggak nanggepin omongan orang? Karena aku nggak peduli sama mereka yang cuma tahu ngejatuhin orang lain? Ya, mungkin aku emang beda, Akbar. Aku udah capek jadi orang yang selalu diam.”

Akbar merasa seperti baru mengenalnya. Catherine yang dulu dia anggap pendiam kini berbicara dengan penuh keberanian, bahkan tanpa takut menyuarakan pikirannya.

“Kamu tahu nggak,” kata Akbar pelan, “Aku dulu nggak pernah benar-benar ngerti kamu. Aku pikir, kamu itu cuma gadis biasa. Tapi sekarang... aku rasa aku salah.”

Catherine mengerutkan kening, merasa tidak nyaman dengan arah pembicaraan ini. “Dengar, Akbar,” katanya tegas, “Aku nggak butuh validasi dari kamu atau siapa pun. Kalau kamu minta maaf atas apa yang dulu kamu lakukan, ya bagus. Tapi itu nggak berarti aku bakal peduli sama opini kamu sekarang.”

Akbar mengangguk, merasa sedikit tertohok. “Aku ngerti, Catherine. Aku cuma—aku cuma pengen bilang kalau aku kagum sama kamu sekarang.”

Catherine menghela napas, lalu berjalan melewati Akbar tanpa berkata apa-apa lagi. Akbar hanya bisa menatap punggungnya yang semakin menjauh.

Keesokan harinya, Akbar kembali mencoba mendekati Catherine, kali ini di kantin. Dia melihat Catherine sedang duduk bersama Jenny, sibuk membicarakan sesuatu sambil tertawa.

“Catherine,” sapa Akbar, kali ini lebih hati-hati.

Catherine menoleh perlahan, tatapannya dingin. Jenny yang duduk di depannya hanya menaikkan alis, tidak menyangka Akbar akan muncul lagi.

“Ada apa lagi, Akbar? Aku lagi ngobrol sama Jenny,” jawab Catherine dengan nada yang jelas-jelas tidak mengundang percakapan.

“Maaf ganggu,” kata Akbar cepat, “Aku cuma mau bilang, kalau kamu butuh bantuan atau apa pun, aku ada.”

Jenny tertawa kecil, tetapi tidak berkata apa-apa. Catherine, di sisi lain, menatap Akbar dengan tatapan datar. “Aku nggak butuh bantuan, Akbar. Kalau aku butuh sesuatu, aku bisa urus sendiri.”

Jawaban itu membuat Akbar merasa semakin kecil. Catherine yang dulu selalu memperhatikannya kini tidak menunjukkan sedikit pun rasa peduli. Namun, di balik semua itu, Akbar merasa Catherine semakin memikat—bukan karena penampilannya, tetapi karena kepribadiannya yang kuat dan independen.

Setelah Akbar pergi dengan langkah berat, Jenny menatap Catherine sambil tersenyum penuh arti. “Dia masih nggak nyerah, ya?”

Catherine mendengus kecil. “Biarin aja. Aku nggak peduli lagi.”

Jenny mengangguk setuju. “Good. Kamu nggak butuh dia. Kamu lebih baik dari itu.”

Catherine hanya tersenyum tipis. Meski hatinya tidak lagi dipenuhi rasa sakit dari masa lalu, dia tahu bahwa dia tidak akan membiarkan siapa pun, termasuk Akbar, merusak kedamaiannya yang sudah dia perjuangkan dengan susah payah.

Sore itu di taman sekolah

Saat Catherine sedang duduk sendirian di bangku taman sambil membaca buku, Surya dan Adam menghampirinya. Mereka tidak lagi menjadi ancaman seperti dulu, bahkan sering bercanda dengan Catherine di sela-sela kelas.

“Catherine!” panggil Surya dengan nada ceria. “Ngapain sendirian di sini? Bukannya biasanya kamu sama Jenny?”

Catherine tersenyum tipis. “Jenny lagi ada urusan, jadi aku mau baca buku aja. Kenapa, Surya? Ada yang mau dibahas?”

Adam tertawa kecil. “Nggak, cuma heran aja. Kamu sekarang kayak... beda banget.”

Catherine melirik Adam sambil menaikkan alis. “Beda gimana? Karena aku nggak ngikutin omongan orang lagi?”

Surya tertawa. “Bukan itu maksudnya. Kamu lebih keren sekarang. Kayaknya, nggak ada yang bisa bikin kamu down lagi.”

Catherine hanya tersenyum. “Karena aku udah nggak punya waktu buat drama. Kalau ada yang mau ngejatuhin aku, itu urusan mereka. Aku cuma fokus sama hidupku.”

Adam dan Surya saling melirik, terkesan dengan perubahan Catherine. “Baguslah,” kata Adam akhirnya. “Tapi kalau ada yang ganggu kamu lagi, bilang aja. Kami bakal bantu.”

Catherine tertawa kecil. “Terima kasih, Adam. Tapi aku bisa urus sendiri. Lagian, aku nggak perlu buktiin apa-apa ke siapa pun.”

Di kejauhan, Akbar melihat interaksi itu dari balik jendela kelas. Dia hanya bisa menghela napas panjang. Catherine yang dia kenal dulu sudah tidak ada. Gadis di hadapannya sekarang adalah seseorang yang jauh lebih kuat, dan dia sadar bahwa dia tidak lagi punya tempat dalam kehidupan Catherine.

Suatu hari, saat Catherine sedang berjalan ke luar kelas, Akbar menghampirinya lagi. Dia tampak ragu, tetapi kali ini terlihat lebih serius.

"Catherine," panggilnya pelan, “Aku cuma pengen minta maaf. Untuk semua yang terjadi dulu, aku nggak pernah bener-bener ngerti sampai akhirnya aku liat kamu jadi kayak sekarang.”

Catherine berhenti sejenak, menatap Akbar dengan mata tajam. “Maaf? Untuk apa, Akbar? Kamu pikir itu bakal ngubah apapun?”

Akbar terdiam, namun wajahnya menunjukkan penyesalan. “Aku cuma nggak mau kamu anggap aku salah terus. Aku... aku lihat kamu sekarang, dan aku jadi ngerti kalau aku udah salah selama ini.”

Catherine menghela napas panjang, sedikit jengkel. “Aku nggak perlu kamu nyesel, Akbar. Kamu nggak bisa balik ke masa lalu, jadi jangan harap aku bakal peduli sekarang.”

Akbar menunduk, merasa kalah. Catherine sudah terlalu jauh berubah, dan dia tahu, dia tidak akan bisa mengubah apapun lagi.

Episodes
1 Dunia yang gelap
2 Teman sejati
3 Kekuatan yang Tersembunyi
4 Kehidupan yang Tak Terduga
5 Persaingan yang Tak Terhindarkan
6 Akhir yang Mengubah Segalanya
7 Cinta Sejati Dimulai dari Diri Sendiri
8 Kekuatan di Balik Persahabatan
9 Pertemuan yang Mengubah Perspektif
10 Konflik yang Semakin Memanas
11 Momen penentuan
12 Keputusan Terakhir
13 Menguatkan Hati
14 Memaafkan dan Melangkah Maju
15 Menyusun Langkah Sendiri
16 Akhir yang Baru
17 Perpisahan yang Penuh Harapan
18 Melangkah Lebih Jauh
19 Kembali Bertemu Akbar
20 Pertemuan baru
21 Akbar Mulai Menyadari
22 Pertemuan Tak Terduga
23 Perasaan yang Tumbuh
24 Keputusan Sulit
25 Antara Teman dan Cinta
26 Langkah Kecil
27 Masa Lalu Kembali Menghantui
28 Keputusan Besar
29 Ketakutan Yang tak Terduga
30 Kode yang Tak Terucap
31 Cinta yang Tak Terucap
32 Pilihan yang Tepat
33 Menghadapi Perasaan
34 Cinta dan Cemburu yang Tersembunyi
35 Terselip Rasa
36 Batas antara Sahabat dan Lebih dari itu
37 Perasaan yang Terlupakan
38 Bingung Antara Teman atau Lebih
39 Ketakutan yang meningkat
40 Cemburu yang Membara
41 Akbar Makin Agresif
42 Perasaan yang Menyakitkan
43 Hantaman Akbar
44 Menyadari Perasaan
45 Akbar Mengungkapkan Perasaan
46 Hubungan Catherine dan Akbar
47 Semakin Terbuka
48 Tantangan Baru, Rasa Baru
49 Tangan yang Tak Lepas
50 Malam Penuh Janji dan Cinta
51 Langkah Maju, Bayangan Masa Lalu
52 Perubahan yang Semakin Mesra
53 Perasaan yang Tak Kunjung Padam
54 Kembali ke Rumah
55 Melewati Masa Lalu, Menyambut Masa Depan
56 Dukungan yang Menguatkan
57 Mimpi yang Dirangkai Bersama
58 Bersama Menapaki Mimpi
59 Saat Keyakinan Bertumbuh
60 Antara Bola Basket dan Harapan
61 Genggam Erat Realita
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Dunia yang gelap
2
Teman sejati
3
Kekuatan yang Tersembunyi
4
Kehidupan yang Tak Terduga
5
Persaingan yang Tak Terhindarkan
6
Akhir yang Mengubah Segalanya
7
Cinta Sejati Dimulai dari Diri Sendiri
8
Kekuatan di Balik Persahabatan
9
Pertemuan yang Mengubah Perspektif
10
Konflik yang Semakin Memanas
11
Momen penentuan
12
Keputusan Terakhir
13
Menguatkan Hati
14
Memaafkan dan Melangkah Maju
15
Menyusun Langkah Sendiri
16
Akhir yang Baru
17
Perpisahan yang Penuh Harapan
18
Melangkah Lebih Jauh
19
Kembali Bertemu Akbar
20
Pertemuan baru
21
Akbar Mulai Menyadari
22
Pertemuan Tak Terduga
23
Perasaan yang Tumbuh
24
Keputusan Sulit
25
Antara Teman dan Cinta
26
Langkah Kecil
27
Masa Lalu Kembali Menghantui
28
Keputusan Besar
29
Ketakutan Yang tak Terduga
30
Kode yang Tak Terucap
31
Cinta yang Tak Terucap
32
Pilihan yang Tepat
33
Menghadapi Perasaan
34
Cinta dan Cemburu yang Tersembunyi
35
Terselip Rasa
36
Batas antara Sahabat dan Lebih dari itu
37
Perasaan yang Terlupakan
38
Bingung Antara Teman atau Lebih
39
Ketakutan yang meningkat
40
Cemburu yang Membara
41
Akbar Makin Agresif
42
Perasaan yang Menyakitkan
43
Hantaman Akbar
44
Menyadari Perasaan
45
Akbar Mengungkapkan Perasaan
46
Hubungan Catherine dan Akbar
47
Semakin Terbuka
48
Tantangan Baru, Rasa Baru
49
Tangan yang Tak Lepas
50
Malam Penuh Janji dan Cinta
51
Langkah Maju, Bayangan Masa Lalu
52
Perubahan yang Semakin Mesra
53
Perasaan yang Tak Kunjung Padam
54
Kembali ke Rumah
55
Melewati Masa Lalu, Menyambut Masa Depan
56
Dukungan yang Menguatkan
57
Mimpi yang Dirangkai Bersama
58
Bersama Menapaki Mimpi
59
Saat Keyakinan Bertumbuh
60
Antara Bola Basket dan Harapan
61
Genggam Erat Realita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!