Kekuatan di Balik Persahabatan

Pagi itu, seperti biasa, kantin sekolah dipenuhi dengan suara tawa dan obrolan teman-teman yang sibuk. Tetapi bagi Catherine, ada perasaan berbeda yang mengalir dalam dirinya. Sejak kejadian di perpustakaan dan setelah semakin menjauh dari Akbar, dia merasa seperti ada perubahan besar dalam hidupnya. Perubahan itu tidak datang dari luar, bukan karena orang lain yang memaksanya berubah, melainkan karena dia sendiri yang mulai mengerti siapa dirinya dan apa yang sebenarnya penting.

Catherine duduk di meja makan bersama Jenny, sahabat yang selalu ada untuknya, memainkan sendok sambil sesekali melirik teman-teman yang sedang ramai di sekitar mereka. Jenny selalu tahu bagaimana cara membuat Catherine merasa nyaman, meskipun terkadang mereka harus menghadapinya dengan ketegangan dari orang-orang lain.

"Hari ini gimana, Cat? Ada yang beda nggak?" tanya Jenny dengan senyum yang khas, memperhatikan sahabatnya yang sepertinya lebih tenang dan lebih percaya diri.

Catherine meletakkan sendok di piringnya dan tersenyum lebar. "Aku merasa lebih kuat, Jenny. Kayaknya aku mulai ngerti sekarang kalau aku bisa lebih dari yang aku pikirkan selama ini."

Jenny tertawa ringan, lalu menggigit sepotong roti bakar. "Aku selalu tahu, Cat. Kamu tuh punya kekuatan yang luar biasa, cuma kamu aja yang belum sadar sepenuhnya."

Catherine memandang sahabatnya itu dengan tatapan penuh syukur. Jenny selalu ada untuknya, baik di saat susah maupun senang. Tidak peduli seberapa berat masalah yang dihadapi, Jenny tidak pernah berhenti memberi dukungan.

Namun, meskipun dia merasa lebih kuat, ada satu hal yang masih menghantui Catherine—Akbar. Sejak kejadian di kantin beberapa minggu lalu, di mana dia mulai menjaga jarak dan merasa jengah dengan perhatian yang diberikan Akbar, Catherine merasa bingung. Meskipun dia tahu hubungan mereka tidak bisa kembali seperti dulu, kadang-kadang hatinya masih merasa sakit ketika melihat Akbar.

"Jenny," Catherine berkata dengan suara pelan, "Sebenarnya, aku nggak tahu harus gimana sama Akbar. Kadang aku masih berharap dia bakal lihat aku lebih dari yang dia lihat sekarang."

Jenny menatapnya, mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibir sahabatnya. Jenny tahu betul betapa beratnya perasaan Catherine, tetapi dia juga tahu bahwa apa yang dirasakan Catherine harus dihadapi dengan lebih kuat. "Cat," kata Jenny dengan nada bijak, "Coba deh ingat lagi. Apa yang dia lihat dan hargai tentang kamu? Kalau Akbar memang untuk kamu, dia akan melihat segala hal baik yang ada dalam dirimu, bukan cuma penampilan atau hal-hal yang bisa dia lihat di permukaan."

Catherine terdiam sejenak, memikirkan kata-kata Jenny yang terasa dalam. Perasaan itu memang masih ada—keinginan untuk dilihat dan dihargai oleh Akbar, tetapi dia mulai menyadari bahwa itu bukan lagi prioritas utama dalam hidupnya.

"Kamu benar," jawab Catherine akhirnya, "Aku lebih penting dari itu. Aku nggak perlu orang lain untuk memberitahu siapa aku. Aku sudah cukup untuk diriku sendiri."

Di sisi lain kantin, Catherine melihat ke arah Akbar yang sedang berbincang dengan teman-temannya, termasuk Surya dan Adam. Mereka tampak menikmati hari itu, tetapi Catherine tidak lagi merasakan apapun. Tidak ada rasa sakit atau penyesalan. Dia hanya merasa, bahwa hidupnya sudah berjalan lebih baik tanpa terlalu bergantung pada pandangan orang lain.

Akbar sempat menoleh dan menangkap pandangan Catherine, tetapi dia hanya tersenyum ragu, seolah-olah ingin berbicara tetapi tahu bahwa Catherine tidak lagi akan membuka diri seperti dulu. Tak ada kata-kata, tak ada tatapan penuh harapan seperti yang dulu sering dia berikan. Semuanya telah berubah.

"Cat," Jenny melanjutkan, memperhatikan sahabatnya yang tampak melamun, "Aku nggak akan pernah biarin kamu ngerasa sendirian, oke? Kita hadapi ini bareng-bareng. Kalau dia nggak bisa lihat kamu, yaudah, biarin aja. Yang penting kamu lihat dirimu sendiri."

Catherine mengangguk perlahan. Dia merasa sangat berterima kasih kepada Jenny yang selalu mendukungnya, bahkan ketika dia merasa tersesat. Persahabatan mereka adalah hal yang lebih berharga daripada apapun yang bisa diberikan orang lain. Tidak ada lagi drama, tidak ada lagi manipulasi, hanya ada mereka berdua yang saling menjaga dan mempercayai.

"Terima kasih, Jen," kata Catherine dengan penuh tulus, "Aku nggak tahu apa yang akan aku lakukan tanpa kamu."

Jenny membalas senyum Catherine dengan hangat. "Kamu nggak perlu berterima kasih, Cat. Kita kan sahabat. Dan aku akan selalu ada buat kamu."

Pagi itu di kantin, di tengah riuhnya suara teman-teman yang tidak terlalu penting, Catherine merasa seperti dunia kembali menjadi lebih cerah. Dia sudah menemukan kekuatan di dalam dirinya sendiri. Cinta sejati memang dimulai dari mencintai diri sendiri, dan sekarang dia mengerti itu sepenuhnya.

Catherine memutuskan untuk kembali ke kelas. Di perjalanan menuju lorong sekolah, dia berpapasan dengan Akbar yang sedang berjalan sendirian. Awalnya Catherine berniat untuk melewati begitu saja, tetapi Akbar menghentikan langkahnya dan memanggil pelan, "Catherine, tunggu."

Catherine menghela napas dalam hati. Dia tidak punya niat untuk menghindar, tetapi juga tidak ingin membuka percakapan yang panjang. Dengan ekspresi datar, dia berbalik. "Apa, Akbar?"

Akbar tampak ragu sejenak, seperti sedang mencari kata-kata yang tepat. "Aku cuma mau bilang... maaf soal semuanya. Dulu aku salah. Aku tahu aku pernah nyakitin kamu, dan aku nggak seharusnya ikut-ikutan ngebully kamu."

Nada suaranya terdengar tulus, tetapi Catherine tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dengan nada yang sengaja dibuat dingin, dia menjawab, "Kalau kamu udah sadar, bagus. Tapi aku nggak butuh maaf kamu, Akbar. Semua itu udah selesai buat aku."

Akbar terdiam, mungkin tidak menyangka jawaban Catherine akan setegas itu. Dia biasanya melihat Catherine yang pendiam, yang lebih sering menghindari konfrontasi. Tapi sekarang, Catherine berbeda.

"Aku ngerti, Catherine. Aku cuma mau kita bisa baik-baik aja," kata Akbar, mencoba mencari celah untuk memperbaiki hubungan mereka, meskipun dia tahu bahwa tidak mudah untuk membangun kembali kepercayaan.

Catherine mengangkat alis, menunjukkan ketidaktertarikannya. "Baik-baik aja? Aku nggak pernah ganggu kamu, kan? Kalau menurut kamu itu cukup, ya udah, kita baik-baik aja. Tapi jangan harap aku bakal ramah kayak dulu."

Jawabannya membuat Akbar semakin bingung. Dia merasa bersalah, tetapi di saat yang sama, dia sadar bahwa Catherine sudah tidak peduli lagi. Catherine yang dulu sering menaruh perhatian padanya kini berbicara tanpa emosi apa pun.

"Aku ngerti, Cat," gumam Akbar akhirnya, menyerah pada usahanya.

Catherine hanya mengangguk kecil dan berbalik pergi tanpa menoleh lagi. Jenny yang dari jauh melihat interaksi itu menghampirinya setelah Akbar pergi.

"Dia ngomong apa tadi?" tanya Jenny penasaran.

Catherine mengangkat bahu. "Dia minta maaf, tapi aku udah nggak peduli. Sekarang aku cuma mau fokus ke diriku sendiri."

Jenny tersenyum lebar. "Bagus! Itu Catherine yang aku suka. Kamu udah di jalan yang benar."

Sepanjang sisa hari itu, Catherine merasa lebih ringan. Dia menyadari bahwa tidak semua permintaan maaf perlu diterima sepenuhnya, terutama jika luka yang ditinggalkan terlalu dalam. Bagi Catherine, memberi ruang pada dirinya sendiri untuk berkembang jauh lebih penting daripada menoleh ke masa lalu.

Di ujung hari, ketika dia melihat Akbar dari kejauhan bersama Surya dan Adam, dia hanya menggelengkan kepala kecil. "Mereka tetap sama," pikirnya. Tetapi dirinya? Catherine tahu bahwa dia sudah berubah menjadi pribadi yang lebih kuat.

Episodes
1 Dunia yang gelap
2 Teman sejati
3 Kekuatan yang Tersembunyi
4 Kehidupan yang Tak Terduga
5 Persaingan yang Tak Terhindarkan
6 Akhir yang Mengubah Segalanya
7 Cinta Sejati Dimulai dari Diri Sendiri
8 Kekuatan di Balik Persahabatan
9 Pertemuan yang Mengubah Perspektif
10 Konflik yang Semakin Memanas
11 Momen penentuan
12 Keputusan Terakhir
13 Menguatkan Hati
14 Memaafkan dan Melangkah Maju
15 Menyusun Langkah Sendiri
16 Akhir yang Baru
17 Perpisahan yang Penuh Harapan
18 Melangkah Lebih Jauh
19 Kembali Bertemu Akbar
20 Pertemuan baru
21 Akbar Mulai Menyadari
22 Pertemuan Tak Terduga
23 Perasaan yang Tumbuh
24 Keputusan Sulit
25 Antara Teman dan Cinta
26 Langkah Kecil
27 Masa Lalu Kembali Menghantui
28 Keputusan Besar
29 Ketakutan Yang tak Terduga
30 Kode yang Tak Terucap
31 Cinta yang Tak Terucap
32 Pilihan yang Tepat
33 Menghadapi Perasaan
34 Cinta dan Cemburu yang Tersembunyi
35 Terselip Rasa
36 Batas antara Sahabat dan Lebih dari itu
37 Perasaan yang Terlupakan
38 Bingung Antara Teman atau Lebih
39 Ketakutan yang meningkat
40 Cemburu yang Membara
41 Akbar Makin Agresif
42 Perasaan yang Menyakitkan
43 Hantaman Akbar
44 Menyadari Perasaan
45 Akbar Mengungkapkan Perasaan
46 Hubungan Catherine dan Akbar
47 Semakin Terbuka
48 Tantangan Baru, Rasa Baru
49 Tangan yang Tak Lepas
50 Malam Penuh Janji dan Cinta
51 Langkah Maju, Bayangan Masa Lalu
52 Perubahan yang Semakin Mesra
53 Perasaan yang Tak Kunjung Padam
54 Kembali ke Rumah
55 Melewati Masa Lalu, Menyambut Masa Depan
56 Dukungan yang Menguatkan
57 Mimpi yang Dirangkai Bersama
58 Bersama Menapaki Mimpi
59 Saat Keyakinan Bertumbuh
60 Antara Bola Basket dan Harapan
61 Genggam Erat Realita
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Dunia yang gelap
2
Teman sejati
3
Kekuatan yang Tersembunyi
4
Kehidupan yang Tak Terduga
5
Persaingan yang Tak Terhindarkan
6
Akhir yang Mengubah Segalanya
7
Cinta Sejati Dimulai dari Diri Sendiri
8
Kekuatan di Balik Persahabatan
9
Pertemuan yang Mengubah Perspektif
10
Konflik yang Semakin Memanas
11
Momen penentuan
12
Keputusan Terakhir
13
Menguatkan Hati
14
Memaafkan dan Melangkah Maju
15
Menyusun Langkah Sendiri
16
Akhir yang Baru
17
Perpisahan yang Penuh Harapan
18
Melangkah Lebih Jauh
19
Kembali Bertemu Akbar
20
Pertemuan baru
21
Akbar Mulai Menyadari
22
Pertemuan Tak Terduga
23
Perasaan yang Tumbuh
24
Keputusan Sulit
25
Antara Teman dan Cinta
26
Langkah Kecil
27
Masa Lalu Kembali Menghantui
28
Keputusan Besar
29
Ketakutan Yang tak Terduga
30
Kode yang Tak Terucap
31
Cinta yang Tak Terucap
32
Pilihan yang Tepat
33
Menghadapi Perasaan
34
Cinta dan Cemburu yang Tersembunyi
35
Terselip Rasa
36
Batas antara Sahabat dan Lebih dari itu
37
Perasaan yang Terlupakan
38
Bingung Antara Teman atau Lebih
39
Ketakutan yang meningkat
40
Cemburu yang Membara
41
Akbar Makin Agresif
42
Perasaan yang Menyakitkan
43
Hantaman Akbar
44
Menyadari Perasaan
45
Akbar Mengungkapkan Perasaan
46
Hubungan Catherine dan Akbar
47
Semakin Terbuka
48
Tantangan Baru, Rasa Baru
49
Tangan yang Tak Lepas
50
Malam Penuh Janji dan Cinta
51
Langkah Maju, Bayangan Masa Lalu
52
Perubahan yang Semakin Mesra
53
Perasaan yang Tak Kunjung Padam
54
Kembali ke Rumah
55
Melewati Masa Lalu, Menyambut Masa Depan
56
Dukungan yang Menguatkan
57
Mimpi yang Dirangkai Bersama
58
Bersama Menapaki Mimpi
59
Saat Keyakinan Bertumbuh
60
Antara Bola Basket dan Harapan
61
Genggam Erat Realita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!