Dunia yang Kejam

Dunia Xuanyuan adalah tempat di mana kekuatan menjadi segalanya. Di sini, hukum rimba berlaku: yang kuat menjadi penguasa, sementara yang lemah hanya bisa tunduk.

Dunia ini terbagi menjadi lima benua besar—Timur, Barat, Utara, Selatan, dan Tengah—masing-masing memiliki karakteristik dan kekuatannya sendiri.

Di Benua Selatan, tanah penuh konflik, dinasti Wei memerintah dengan cengkeraman rapuh. Kekuasaan mereka bertahan hanya karena dukungan dari sekte-sekte besar yang menguasai sebagian besar wilayahnya.

Kota Fangchi, tempat Liu Han dilahirkan dan tumbuh, hanyalah salah satu kota kecil yang tak berarti dibandingkan dengan pusat-pusat kekuatan yang lebih besar.

Seni bela diri atau kultivasi adalah inti dari kehidupan di dunia ini. Seseorang yang mampu menembus ranah yang lebih tinggi tidak hanya memperoleh kekuatan fisik, tetapi juga kehormatan, kekayaan, dan pengaruh.

Namun, jalan menuju puncak kultivasi dipenuhi bahaya, tantangan, dan pengorbanan.

Bagi Liu Han, yang kini diusir dari rumah keluarganya, dunia ini terasa lebih keras dari sebelumnya.

Gagal dalam ujian Sekte Awan Merah telah mempermalukan nama keluarga Liu, dan sebagai balasannya, dia kehilangan satu-satunya tempat tinggal yang dia miliki.

...----------------...

Dengan tas kecil berisi bekal seadanya, Liu Han kini berdiri di puncak bukit kecil di luar kota Fangchi. Pandangannya terarah pada jalan setapak yang membentang menuju utara, menuju kota Qinjie. Di kota itu, ibunya, Guan Yuhua, terbaring koma di kediaman keluarga Guan.

"Sudah empat tahun sejak aku terakhir melihat Ibu…" gumam Liu Han, matanya berkabut. "Aku harus menemuinya."

Namun, perjalanan menuju Qinjie bukanlah perjalanan yang mudah. Kota itu terletak ratusan li dari Fangchi, melintasi hutan liar, desa-desa kecil, dan tanah tak bertuan yang dipenuhi bahaya.

Liu Han tahu bahwa dia bukan siapa-siapa—lemah, tak berpengalaman, dan tanpa sekutu. Namun, tekadnya sudah bulat.

Langkah-langkah kecilnya membawa dia masuk ke dalam hutan yang membentang luas di luar Fangchi. Hutan itu dikenal sebagai Hutan Musim Gugur, tempat hewan liar dan bandit sering berkeliaran.

Matahari pagi masih terasa hangat di punggungnya, memberi sedikit rasa nyaman di tengah dinginnya embun.

Namun, setelah beberapa jam berjalan, suasana di dalam hutan berubah. Dahan-dahan pohon yang tinggi menciptakan bayangan gelap, dan suara binatang kecil yang sebelumnya mengiringi langkahnya kini hilang.

Liu Han mulai merasa gelisah. Dia menghentikan langkahnya sejenak, menoleh ke belakang, lalu ke kiri dan kanan. Tidak ada apa-apa. Namun, dia tak bisa menyingkirkan perasaan bahwa seseorang—atau sesuatu—sedang mengamatinya.

"Kau harus tenang," gumamnya kepada dirinya sendiri.

Tiba-tiba, dari semak belukar di depan, seekor serigala besar melompat keluar. Bulu kelabu binatang itu berdiri tegak, dan matanya yang tajam berkilauan dengan kelaparan. Giginya yang runcing terlihat jelas saat binatang itu menggeram pelan, memperingatkan Liu Han.

Serigala itu jauh lebih besar dari yang pernah Liu Han bayangkan, dengan otot-otot kekar yang tampak jelas di bawah bulu kusamnya. Liu Han menelan ludah, lalu mengangkat pedang kayunya dengan tangan gemetar.

"Aku… aku tidak boleh kalah," bisiknya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Serigala itu merunduk, bersiap untuk menyerang. Liu Han mundur selangkah, mencoba mencari celah untuk melarikan diri, tetapi langkahnya terhenti ketika dia menyadari semak di belakangnya bergerak.

Dari sana, muncul seekor serigala lain—lebih kecil dari yang pertama, tetapi sama berbahayanya.

Liu Han terkepung.

"Aku harus bertahan…"

Serigala pertama melompat ke arahnya, taringnya mengarah langsung ke lehernya.

Dengan refleks yang hampir kacau, Liu Han mengayunkan pedang kayunya ke arah kepala serigala. Benturan keras terdengar, membuat pedangnya terpental dan tangannya mati rasa. Namun, serigala itu terpukul mundur, meski hanya untuk sesaat.

Tubuhnya gemetar, tapi matanya mulai menyala dengan tekad. Meski lemah, Liu Han tidak mau menyerah begitu saja. Ia menatap kedua serigala itu, mencoba memikirkan cara bertahan hidup di tengah situasi yang hampir mustahil ini.

Serigala yang lebih besar menggeram, memamerkan gigi tajamnya, sementara yang lebih kecil bergerak perlahan ke samping, mencoba mengepung Liu Han.

Keringat dingin bercucuran di pelipisnya, dan otaknya bekerja keras mencari jalan keluar. Pedang kayu di tangannya terasa ringan, tetapi kelemahannya sendiri membuat senjata itu seperti tak berguna.

“Aku tidak akan mati di sini,” gumamnya, menggenggam pedang kayu lebih erat.

Serigala besar tiba-tiba melompat. Alih-alih menangkis, Liu Han menghindar ke samping dengan gerakan cepat, lalu berbalik dan berlari sekuat tenaga.

Daun-daun kering beterbangan di bawah kakinya, dan suara langkah serigala yang mengejarnya membuat jantungnya berpacu semakin cepat.

Ranting-ranting pohon dan semak-semak berduri menggores wajah dan lengannya, tetapi Liu Han tidak peduli. Dia hanya memiliki satu tujuan: bertahan hidup.

Suara geraman serigala semakin dekat, membuat napas Liu Han semakin berat. Tiba-tiba, dia melihat sesuatu di depan—seberkas cahaya dari celah pepohonan.

Langkah Liu Han terhenti di tepi tebing curam. Angin siang yang hangat bertiup, membuat dedaunan di sekitar bergoyang pelan. Namun, jurang di bawahnya sama sekali tidak terlihat ramah.

Jauh di bawah sana, dia bisa mendengar gemuruh samar air yang mengalir, tetapi dia tidak tahu seberapa dalam dan seberapa aman dasar jurang itu.

Liu Han menoleh ke belakang. Kedua serigala masih mengintainya, bergerak perlahan, mata mereka penuh keganasan dan rasa lapar. Napas Liu Han memburu, tetapi pikirannya mulai jernih.

Dia tahu dia hanya punya dua pilihan: mati dimakan serigala atau mengambil risiko melompat.

"Aku tidak punya pilihan," gumamnya lirih, menggenggam pedang kayunya yang sudah retak.

Ketika serigala besar melangkah lebih dekat, Liu Han memutuskan. Dengan satu tarikan napas dalam, dia melangkah mundur ke tepi tebing dan melompat.

Angin menerpa tubuhnya, kencang dan dingin, membuat pakaian lusuhnya berkibar. Waktu seolah melambat saat dia jatuh, dan pandangannya terisi oleh dedaunan yang semakin menjauh ke atas.

Tubuhnya menghantam udara kosong hingga akhirnya—

Byurrr!

Tubuhnya menghantam air sungai dengan keras. Rasa dingin yang menusuk langsung menyelimuti seluruh tubuhnya, dan nyeri luar biasa menjalar dari lengan dan kakinya. Dia terombang-ambing di dalam air yang deras, tetapi rasa sakit itu menyadarkannya bahwa dia masih hidup.

Dengan susah payah, Liu Han berenang ke tepi sungai. Setiap gerakan terasa seperti penderitaan baru. Ketika dia akhirnya mencapai tepian, tubuhnya ambruk di atas batu-batu kecil yang licin. Napasnya terengah-engah, dan seluruh tubuhnya terasa remuk.

Dia mencoba menggerakkan tangan dan kakinya. Rasa nyeri tajam membuatnya meringis. Tulang di lengan kirinya terasa tidak normal, dan pergelangan kaki kanannya bengkak parah. Meskipun begitu, tidak ada luka yang fatal.

"Aku… selamat," gumamnya lemah, meski rasa sakit membuat suaranya bergetar.

Matahari siang memancarkan sinarnya, menerangi dasar jurang yang dipenuhi dengan pepohonan besar dan semak-semak liar. Tidak ada siapa pun di sekitar. Suara gemuruh air sungai adalah satu-satunya yang menemani Liu Han, mengingatkannya betapa terpencil tempat ini.

Dia memeriksa tas kecilnya yang masih tergantung di punggung. Sebagian besar isinya basah, tetapi setidaknya ada sedikit makanan kering yang masih bisa dimakan. Pedang kayunya, meski retak, masih ada di dekatnya.

"Aku harus bertahan," bisiknya pada dirinya sendiri, meskipun setiap kata terasa seperti beban tambahan.

Liu Han memaksakan tubuhnya untuk duduk bersandar pada batu besar di tepi sungai. Dia perlu waktu untuk memulihkan tenaga, meski dia tahu dengan tulang yang patah, dia tidak akan bisa bergerak jauh tanpa rasa sakit yang luar biasa.

Saat dia menatap sungai yang mengalir deras di depannya, pikirannya mulai merenung. "Apakah aku akan mati di sini? Atau… ini hanya awal dari perjalanan yang lebih besar?"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Helmi Wiratna

Helmi Wiratna

gaya penulisan dan bahasanya sudah bagus .. sudah mirip tulisan dan bahasa pengarang terkenal seperti Raditya, Habiburokhman dll ... tetap semangat thor

2025-03-25

0

Roni Sakroni

Roni Sakroni

awal cerita yang bagus...entah nanti selanjutnya

2025-01-31

0

Romi Irlando

Romi Irlando

seru. ups yg banyak tambah seruuu

2025-01-10

0

lihat semua
Episodes
1 Aib Keluarga Liu
2 Dunia yang Kejam
3 Takdir yang buruk
4 Buku emas dari masa lampau
5 Jalan Keluar dari Jurang
6 Kesalahpahaman di Pagi Hari
7 Pilihan Jalan yang Baru
8 Pertarungan di Bawah Bayangan Hutan
9 Misteri di Pegunungan Huosu
10 Identitas di Balik Topeng
11 Bangkitnya Kekuatan Tersembunyi
12 Rahasia yang Disembunyikan
13 Mode Transendent dan Lonjakan Kekuatan
14 Ujian dan Tribulasi
15 Sekte Pedang Langit dan Awal Baru
16 Beradaptasi di Pelataran Luar Sekte Pedang Langit
17 Langkah Matahari Emas dan Pertemuan yang Panas
18 Fitnah dan Balas Dendam
19 Sinergi dan Kemajuan
20 Kembali ke Sekte
21 Pertarungan yang berat sebelah
22 Petunjuk Baru dari Buku Emas
23 Pagoda Gravitasi Sepuluh Lantai
24 Kunjungan ke Puncak Xihe
25 Dua Jalan yang Berbeda
26 Latihan Neraka
27 Petunjuk Baru
28 Pertemuan di Tepian Danau
29 Seleksi Dimulai
30 Babak Delapan Besar
31 Pertarungan Final
32 Pertarungan Final II
33 Empat Terbaik dari Pelataran Dalam
34 Sang Pedang Cahaya yang Menggemparkan Benua Selatan
35 Peningkatan kekuatan
36 Misteri terungkap
37 Perjalanan Menuju Ibu Kota Kekaisaran
38 Kedatangan di Ibu Kota Kekaisaran
39 Arahan dan Konflik Lama
40 Konflik lainnya
41 Hubungan yang Semakin Dekat
42 Pembukaan Turnamen
43 Babak pertama
44 Babak pertama II
45 Awal Babak Kedua - Pertarungan Saudara yang Tertunda
46 Babak 24 Besar Dimulai
47 Pertarungan Epik Dua Jenius
48 Dominasi Sang Pedang Cahaya
49 Kesenjangan yang Tak Terjembatani
50 Puncak Turnamen
51 Keajaiban Bocah Pedang Cahaya
52 Putaran Kedua
53 Pertarungan penutup hari ini
54 Persiapan untuk Hari Esok
55 Pertarungan Panas Liu Han vs Lei Zhu
56 Perang saudara
57 Penutupan dan Persiapan
58 Putaran Ketujuh Dimulai
59 Kejutan dari Bocah 14 tahun
60 Putaran Kesembilan Dimulai
61 Pagi yang Berbeda
62 Pertarungan Penuh Kehormatan
63 Pedang Cahaya Menunjukkan Keagungannya
64 Kekuatan Absolute dan Penobatan
65 Penetapan Peringkat Akhir dan Hadiah
66 Malam kebanggaan Sekte Pedang Langit
67 Hanya Kecerobohan Kecil
68 Ceramah Sang Ketua Sekte
69 Perjalanan Pulang yang Penuh Makna
70 Kembali ke Penginapan
71 Kabar yang Mengkhawatirkan
72 Menuju Lembah Wuzi
73 Kekuatan sang Pedang Kehampaan
74 Dalang di Balik Kekacauan ini
75 Kebangkitan Iblis
76 Pilar Ketiga
77 Keputusan yang Diambil
78 Bimbingan di Hutan Bambu
79 Niat Pedang
80 Kembali ke Tempat Ling Bai
81 Teknik Pedang Angin Tak Terlihat
82 Ancaman di Hutan Yinying
83 Kembali di Bawah Komando Hao Jie
84 Tekad Liu Han
85 Tribulasi yang Menggemparkan
86 Monster Kecil di Puncak Xihe
87 Pertempuran di Hutan Yinying
88 Kegelapan Semakin Pekat
89 Mencoba Kekuatan Baru
90 Cahaya Ditengah Kegelapan
91 Mengejar Bahaya
92 Keganasan Mo Yuan
93 Emas dan Perak
94 Hidup dan Mati
95 Kemenangan yang Penuh Korban
96 Bangkit Setelah Perang
97 Putra Suci Sekte Pedang Langit
98 Puncak Langit Perak
99 Langkah ke Pegunungan Yinguang
100 Maksud dari petunjuk
101 Dunia Kecil Penuh Berkah
102 Hampir Saja
103 Warisan yang Tersembunyi
104 Benih Keabadian dan harta tak ternilai
105 Telur Misterius
106 Menembus Ancestor Realm
107 Rahasia Pohon Suci Xingguang dan Tubuh Emas Abadi
108 Pertarungan Melawan Langit
109 Tribulasi Kedua
110 Petir Dewa Ashura
111 Kekuatan yang Mengguncang Dunia
112 Memperdalam Ilmu
113 Misi Baru Liu Han
114 Bertemu Sang Ibu
115 Fakta Sebenarnya
116 Kedamaian Sebelum Petualangan Baru
117 Mencari Kebenaran
118 Menuju Benua Tengah
119 Keganasan Lautan
120 Rintangan Lainnya
121 Tiba di Benua Tengah
122 Kota Guangming
123 Struktur Benua Tengah
124 Kuil Misterius
125 Entitas Kuat Berdatangan
126 Mengambil Kesempatan
127 Monumen Pencerahan
128 Kristal Misterius
129 Ujian Kuil
130 Dunia Baru yang Misterius
131 Pengumuman
Episodes

Updated 131 Episodes

1
Aib Keluarga Liu
2
Dunia yang Kejam
3
Takdir yang buruk
4
Buku emas dari masa lampau
5
Jalan Keluar dari Jurang
6
Kesalahpahaman di Pagi Hari
7
Pilihan Jalan yang Baru
8
Pertarungan di Bawah Bayangan Hutan
9
Misteri di Pegunungan Huosu
10
Identitas di Balik Topeng
11
Bangkitnya Kekuatan Tersembunyi
12
Rahasia yang Disembunyikan
13
Mode Transendent dan Lonjakan Kekuatan
14
Ujian dan Tribulasi
15
Sekte Pedang Langit dan Awal Baru
16
Beradaptasi di Pelataran Luar Sekte Pedang Langit
17
Langkah Matahari Emas dan Pertemuan yang Panas
18
Fitnah dan Balas Dendam
19
Sinergi dan Kemajuan
20
Kembali ke Sekte
21
Pertarungan yang berat sebelah
22
Petunjuk Baru dari Buku Emas
23
Pagoda Gravitasi Sepuluh Lantai
24
Kunjungan ke Puncak Xihe
25
Dua Jalan yang Berbeda
26
Latihan Neraka
27
Petunjuk Baru
28
Pertemuan di Tepian Danau
29
Seleksi Dimulai
30
Babak Delapan Besar
31
Pertarungan Final
32
Pertarungan Final II
33
Empat Terbaik dari Pelataran Dalam
34
Sang Pedang Cahaya yang Menggemparkan Benua Selatan
35
Peningkatan kekuatan
36
Misteri terungkap
37
Perjalanan Menuju Ibu Kota Kekaisaran
38
Kedatangan di Ibu Kota Kekaisaran
39
Arahan dan Konflik Lama
40
Konflik lainnya
41
Hubungan yang Semakin Dekat
42
Pembukaan Turnamen
43
Babak pertama
44
Babak pertama II
45
Awal Babak Kedua - Pertarungan Saudara yang Tertunda
46
Babak 24 Besar Dimulai
47
Pertarungan Epik Dua Jenius
48
Dominasi Sang Pedang Cahaya
49
Kesenjangan yang Tak Terjembatani
50
Puncak Turnamen
51
Keajaiban Bocah Pedang Cahaya
52
Putaran Kedua
53
Pertarungan penutup hari ini
54
Persiapan untuk Hari Esok
55
Pertarungan Panas Liu Han vs Lei Zhu
56
Perang saudara
57
Penutupan dan Persiapan
58
Putaran Ketujuh Dimulai
59
Kejutan dari Bocah 14 tahun
60
Putaran Kesembilan Dimulai
61
Pagi yang Berbeda
62
Pertarungan Penuh Kehormatan
63
Pedang Cahaya Menunjukkan Keagungannya
64
Kekuatan Absolute dan Penobatan
65
Penetapan Peringkat Akhir dan Hadiah
66
Malam kebanggaan Sekte Pedang Langit
67
Hanya Kecerobohan Kecil
68
Ceramah Sang Ketua Sekte
69
Perjalanan Pulang yang Penuh Makna
70
Kembali ke Penginapan
71
Kabar yang Mengkhawatirkan
72
Menuju Lembah Wuzi
73
Kekuatan sang Pedang Kehampaan
74
Dalang di Balik Kekacauan ini
75
Kebangkitan Iblis
76
Pilar Ketiga
77
Keputusan yang Diambil
78
Bimbingan di Hutan Bambu
79
Niat Pedang
80
Kembali ke Tempat Ling Bai
81
Teknik Pedang Angin Tak Terlihat
82
Ancaman di Hutan Yinying
83
Kembali di Bawah Komando Hao Jie
84
Tekad Liu Han
85
Tribulasi yang Menggemparkan
86
Monster Kecil di Puncak Xihe
87
Pertempuran di Hutan Yinying
88
Kegelapan Semakin Pekat
89
Mencoba Kekuatan Baru
90
Cahaya Ditengah Kegelapan
91
Mengejar Bahaya
92
Keganasan Mo Yuan
93
Emas dan Perak
94
Hidup dan Mati
95
Kemenangan yang Penuh Korban
96
Bangkit Setelah Perang
97
Putra Suci Sekte Pedang Langit
98
Puncak Langit Perak
99
Langkah ke Pegunungan Yinguang
100
Maksud dari petunjuk
101
Dunia Kecil Penuh Berkah
102
Hampir Saja
103
Warisan yang Tersembunyi
104
Benih Keabadian dan harta tak ternilai
105
Telur Misterius
106
Menembus Ancestor Realm
107
Rahasia Pohon Suci Xingguang dan Tubuh Emas Abadi
108
Pertarungan Melawan Langit
109
Tribulasi Kedua
110
Petir Dewa Ashura
111
Kekuatan yang Mengguncang Dunia
112
Memperdalam Ilmu
113
Misi Baru Liu Han
114
Bertemu Sang Ibu
115
Fakta Sebenarnya
116
Kedamaian Sebelum Petualangan Baru
117
Mencari Kebenaran
118
Menuju Benua Tengah
119
Keganasan Lautan
120
Rintangan Lainnya
121
Tiba di Benua Tengah
122
Kota Guangming
123
Struktur Benua Tengah
124
Kuil Misterius
125
Entitas Kuat Berdatangan
126
Mengambil Kesempatan
127
Monumen Pencerahan
128
Kristal Misterius
129
Ujian Kuil
130
Dunia Baru yang Misterius
131
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!