Chapter 19. Ulang tahun Kafka

...Apalagi yang aku harapkan dari menantimu?...

...Apakah aku hanya menanti ketidak mungkinan kita?...

...Apakah aku yang terus bergerak padamu?...

...Bolehkah aku merasa lelah selalu menuju padamu?...

...Lalu bolehkan aku mengucapkan selamat tinggal sekarang?...

...(Ashana Keyra Zerrin)...

Saat ini baik Asha maupun Kafka sama-sama sedang fokus menjalani pendidikan masing-masing, Kafka sudah menyelesaikan Undergraduate dan mulai masuk tahun kedua pendidikan dokternya di Stanford. Sedangkan Asha menyelesaikan Undergraduate Degreenya kurang dari empat tahun dan saat ini dia sudah mulai masuk tahun pertama pendidikan dokter.

"Asha tungguin," Seorang perempuan dengan tinggi 165 cm berlari menuju Asha yang akan masuk ke ruang kelas anatomi. Dia Amoora atau lebih sering di panggil Oora oleh Asha.

"Bruk ... Sorry," Amoora menabrak mahasiswa lain yang juga buru-buru mau masuk kelas anatomi. Amoora langsung membantu mahasiswa itu mengambil buku yang terjatuh karena di tabraknya.

Amoora mengekori Asha masuk ke ruang kelas anatomi, mereka mencari posisi duduk yang strategis agar dapat fokus mendengarkan penjelasan dosen. Mereka duduk bersebelahan dengan pria yang tadi tidak sengaja Amoora tabrak, pria itu juga nampak fokus mendengarkan penjelasan dosen sampai Amoora sedikit berulah.

"Kruk ... kruk ...kruk." Asha menoleh sambil menutup mulutnya karena menahan tawa mendengar suara perut Amoora yang berbunyi.

"Aku lapar," Asha masih berusaha menahan tawanya. Dia tahu Amoora pasti tidak sempat sarapan karena buru-buru, salah sendiri sudah tahu ada kuliah pagi tapi baru tidur saat jam 3 pagi. Sementara Amoora hanya mencebik kearah sahabatnya itu.

"Mau permen? Ini bisa sedikit mengecoh lambungmu," Asha juga Amoora terkejut, mereka saling bertukar pandang mendapati pria di sampingnya bisa berbahas Indonesia juga.

"Gue Argan, mahasiswa kedokteran dari Indonesia. Salam kenal," pria bernama Argan Gracio Linford dengan tinggi badan 179 cm, berkulit putih keturunan Indo-Korea yang selanjutnya mewarnai hari-hari mereka selama di Harvard.

Mereka menjalani hari-hari mereka sebagai mahasiswa kedokteran dari belajar bersama, pergi ke perpustakaan bersama bahkan saling bantu untuk mempersiapkan ujian.

"Siapa tu?" rasa penasaran Argan di mulai ketika melihat layar macbook Asha.

"Katanya sih imam masa depan, tapi dia yang kecintaan sendiri sama tu cowok. Chat pribadinya hampir gak pernah dibalas," Amoora menggoda Asha yang sedang fokus dengan jurnal-jurnal yang sedang di bacanya.

"Huff ... apa aku temui dia kesana ya? Bulan depan ulang tahunnya," Asha mengela napas panjang, entah sudah sejak kapan kali terakhir mereka bertemu. Beberapa pesan chat Asha juga sangat jarang di respon Kafka.

Amoora dan Argan serius mendengarkan keluh kesah sahabatnya, mereka berdua saling bertatap ada rasa khawatir, kasihan dan gemas pada Asha. Asha sudah menceritakan tentang Kafka pada mereka, biarlah mereka menganggap Asha sebagai cegilnya Kafka.

"Sana ... sana temuin aja, biar sekalian lu tahu. Kali aja di sana dia punya pacar, biar lu gak berharap lagi sama tu cowok," Amoora gemas dengan kebucinan Asha.

"Mending sama gue aja Sha, udah tinggi, putih, cakep, kurang apa lagi coba," Amoora melihat Argan dari ujung kaki sampai ujung kepala, sementara Asha mengerlingkan matanya malas pada Argan.

"Ha ... ha ... ha, iya sih cakep. Kalau gue lihat dari sedotan ini nih," Amoora menunjukkan sedotan yang ada di gelasnya pada Argan

"Sssh ... ck, cakep gini gak perlu lihat dari sedotan." Mereka bertiga menertawakan perkataan receh mereka sendiri.

"Berangkat aja ke Stanford Sha, kan lu mau ambil spesialis bedah jantung di sana. Anggap aja kesana bukan hanya karena mau ketemu pangeran lu itu, sekalian cari informasi beasiswa spesialis. Tapi ingat bulan depan ada ujian USMLE step 1 (United States Medical Licensing Examination), hari ulang tahunnya sehari sebelum lu mulai ujian kan?" Amoora mengingatkan sahabatnya.

"Iya Oora, aku tahu."

"Gue temenin mau gak Sha? Lumayan kan ada cowok ganteng kayak gue, dia ketemu gue juga minder." Amoora menggerakkan kakinya pelan menendang kursi yang di tempati Argan dan berhasil membuatnya hampir jatuh dari kursinya. Lagi-lagi mereka terkekeh dengan tingkah Argan, kalau di rumah Asha punya Rion sedangkan di sini dia punya sahabat seperti Argan dan Amoora yang hampir setiap hari ada saja tingkah tantrum mereka berdua. Asha sangat mensyukuri pertemuan mereka bertiga yang kini semakin dekat dan menjadi sahabat.

...***...

Asha sudah membeli tiket untuk perjalanan pulang pergi dari Cambridge menuju California dan sebaliknya, lusa adalah hari ulang tahun Kafka. Asha tidak akan berlama-lama di Stanford, selain ingin bertemu dengan Kafka dia juga akan pergi ke kampus untuk mencari informasi beasiswa spesialis bedah jantung yang akan dia ambil. Asha sudah mempersiapkan kado kecil untuk Kafka, agar tak terlalu repot membawanya. Dia tidak akan menginap dan kembali malam itu juga karena hari berikutnya Asha harus ujian USMLE step 1 nya.

Asha sudah sampai di Logan International Airport – BOS sekitar jam 3 pagi, dia diantar Amoora dengan mobil pribadi. Asha memilih maskapai American Airlines menuju San Francisco International Airport – SFO dengan keberangkatan jam 4 pagi waktu setempat.

"Jangan lupa kabari gue atau Argan ya Sha," Amoora mengingatkan sahabatnya untuk mengabari mereka saat sudah sampai di California.

"Ok. Aku masuk dulu," Asha melambaikan tangan pada Amoora.

Asha sudah berada dalam pesawat kelas bisnis American Airlines, dia akan menempuh perjalanan udara selama kurang lebih 6-7 jam, Asha sampai di bandara SFO jam 12 siang waktu setempat. Asha memesan rideshare atau semacam uber atau lyft dari bandara, butuh waktu 25 - 45 menit untuk sampai Standford di Palo Alto.

Asha sudah sampai di Stanford, tapi tidak langsung menghubungi Kafka. Di memilih untuk lebih dulu berkeliling melihat-lihat Stanford School of Medicine, mencari informasi tentang department of cardiothoracic surgery. Karena Asha berniat mengambil bedah jantung di Stanford jadilah dia mencari beberapa informasi yang ada di departemen yang berkaitan.

"Asha?" Revan dan Kafka dari perpustakaan saat merasa melihat sosok yang sepertinya mereka kenal, mereka mendekat. Ternyata memang benar dia Asha.

"Kenapa ada di sini?" Asha yang ditanya Kafka hanya bisa tersenyum, tidak mungkin dia menjawab sedang mencari informasi untuk spesialis bedah jantung. Sampai saat ini Kafka tidak tahu Asha mengambil sekolah kedokteran, yang dia tahu Asha mengambil bisnis di NUS.

"Tara ... kejutan. Tentu saja kesini mengunjungi kakak," Asha sedikit takut melihat ekspresi kafka, dalam benaknya berkata tapi bukankah memang selalu seperti itu ekspresinya.

"Paling tidak chat dulu, bukan tiba-tiba muncul. Kalau tersesat gimana?" Asha mencelos mendengar perkataan Kafka, maksud Kafka sebenarnya karena khawatir. Tapi tidak menurut Asha, baginya seolah dia sedang di marahi Kafka.

"Karena kakak tidak pernah membalas pesanku. Selamat ulang tahun kak, aku permisi." Revan menyenggol lengan Kafka saat melihat Asha sudah akan beranjak pergi meninggalkan mereka.

"Dasar kulkas, biarin aja Sha. Ikut sama aku aja," dari dulu Revan selalu gemas dengan sikap Kafka pada Asha.

"Kamu duluan Van, nanti aku susul." Kafka menarik tangan Asha dan membawanya pergi menjauh dari Revan, Asha tentu saja tersenyum sumringah.

"Dasar Kafka selalu harus di pancing dulu, beneran tahu rasa nanti kalau Asha kepincut orang lain," Revan terkekeh dan berlalu pergi juga menuju kelas.

Kafka membawa Asha ke apartemennya, karena dia ada kuliah jam dua siang. Dia memberi tahu Asha password apartemennya, untuk berjaga-jaga kalau gadis itu jenuh selama menunggu Kafka kuliah jadi bisa keluar untuk melihat sekeliling. Apartemen Kafka termasuk kelas menengah dengan pemandangan sekitar dan juga ada taman yang bagus untuk bersantai.

"Aku ada kuliah jam dua, kamu tunggu di sini," Kafka menunjukkan beberapa ruangan yang ada di apartemennya, dari letak toilet juga dapur. Ada kamar selain kamar yang Kafka pakai, dia menunjukkan pada Asha kamar itu bisa dia gunakan untuk istirahat.

"Kak Kafka pulang jam berapa?" Asha tak punya banyak waktu, karena dia harus kembali ke Harvard malam ini juga dengan penerbangan jam dua belas malam. Besuk siang dia akan memulai ujian USMLE step 1.

"Paling cepat jam 6 sore, paling lambat jam 8 malam." Kafka memakai sepatunya bersiap untuk kembali ke kampus.

"Ok. Aku tunggu kak, jangan pulang terlalu malam ya," Asha tersenyum membayangkan malam ini akan merayakan ulang tahun Kafka bersama.

"Hemm," Kafka sudah berlalu pergi menghilang dari balik pintu apartemennya.

Asha berpikir sejenak, tidak mungkin merayakan ulang tahun tanpa ada makanan dan kue. Asha sempat berpikir apa mereka makan malam di luar saja, tapi waktunya terlalu mepet untuk Asha. Dia sudah harus ada di bandara paling tidak satu jam sebelum keberangkatan, selain itu Kafka tidak tahu kalau dia akan ke Harvard bukan ke Singapur.

Akhirnya Asha memutuskan untuk berbelanja ke supermarket yang ada di lantai bawah apartemen Kafka, dia akan membuatkan Kafka makan malam. Dia hanya perlu memasak menu sederhana dan membuat kue sendiri karena kalau beli dia tidak tahu pasti ke halalannya.

Asha sibuk membuat kue tart dengan bahan seadanya yang die beli di supermarket, dia juga membuatkan Kafka pasta anglio olio. Karena ini bulan agustus jadi cuaca di Stanford sedang panas, Asha membuat fruit punch iced tea untuk minuman mereka nanti malam.

"Yap. Sudah beres, tinggal tunggu kak Kafka pulang. Duh Asha kadonya hampir lupa," Asha memang sudah menyiapkan totebag kecil, dia mengambil totebag dari tasnya dan menaruh di dekat kue tart.

Asha sudah selesai membereskan dapur Kafka yang tadi dia buat berantakan, semua menu sederhana buatannya sudah siap. Asha melihat jam dinding, sudah hampir jam 7 tapi Kafka juga belum pulang. Dia ingat kalau tadi Kafka bilang maksimal dia pulang jam 8 malam. Untuk membunuh rasa bosan, Asha menanti Kafka sambil belajar untuk persiapan ujian step 1 nya besok.

Sudah hampir setengah sembilan tapi Kafka juga belum kunjung pulang, Asha sudah semakin gelisah. Pastanya sudah mulai dingin, es batu yang ada di gelas sudah mulai mencair. Dia berusaha menghubungi Kafka, namun penggilannya tidak diangkat. Asha membuka stagramnya, tanpa sengaja dia melihat Kafka sedang berkumpul dan tampak merayakan seperti pesta besama teman-teman kampusnya. Bagaimana Asha tahu? Karena Kafka di tag oleh teman kampusnya.

"Kak Revan masih sama kak Kafka?" Asha mengirim pesan pada satu-satunya sahabat Kafka yang dia kenal di Stanford.

"Iya Sha, kenapa? Kita sedang kumpul sama teman-teman, kebetulan ada yang kasih Kafka kejutan ulang tahun. Kafka sudah bilang kamu kan Sha? nanti kita pulang sekitar jam sebelas," Revan mengira Kafka sudah memberitahu Asha perihal mereka akan pulang jam sebelas.

"Oh, ok kak. Terimakasih," hati Asha serasa tertusuk duri mendengar balasan chat dari Revan, Kafka bahkan tidak memberitahunya kalau akan pulang jam sebelas. Dia melihat hidangan yang di buatnya untuk Kafka, dia juga tidak mungkin menunggu sampai Kafka pulang.

"Kaf, sudah kabarin Asha kamu pulang jam berapa?" Revan sedikit terusik dengan chat Asha, jadi dia memutuskan untuk menanyai Kafka.

"Sialan! aku lupa kalau ada Asha diapartemen Van," Revan benar-benar tak habis pikir bisa-bisanya sahabatnya itu lupa, Kafka sendiri yang membawa Asha keapartemennya.

"Aku pergi dulu Van, bilang ke yang lain trimakasih. Aku ada perlu jadi pergi lebih dulu." Kafka menyambar jaketnya yang ada di sofa cafe, dia bergegas untuk kembali keapartemennya. Revan hanya bisa menggelengkan kepala melihat sahabatnya buru-buru pergi.

Sementara Asha Sudah berada dalam rideshare menuju bandara untuk kembali ke Harvard, dia menatap nanar pemandangan malam California. Rasa lelah dan kantuk sebenarnya sudah menghinggapinya, dia belum benar-benar istirahat sejak tadi siang baru sampai dan sekarang sudah harus kembali lagi ke Cambridge.

Tepat pukul sebelas Asha sudah sampai di bandara, dia bahkan belum sempat makan. Masih ada waktu sebelum jam keberangkatan, Asha memutuskan membeli buah dan air mineral. Setidaknya bisa untuk mengganjal rasa laparnya, tiba-tiba saja dia merasa seolah di gerogoti sepi di tengah lalu lalang orang-orang di bandara. Dia menggigit bibirnya, menahan rasa sedih, kecewa juga amarah pada Kafka. Tak terasa bulir bening sudah lolos dari sudut matanya, dia terperanjat saat petugas bandara meminta para penumpang penerbangan menuju Boston untuk segera masuk. Asha bangkit dari duduknya, di seka air matanya dan dia masuk menuju pesawat.

"Asha ... Sha," Kafka sudah sampai diapartemennya, dia memanggil-manggil Asha. Karena tak kunjung ada jawaban, jadilah dia mencari kesekeliling dalam apartemennya.

Kafka mencoba menghubungi Asha namun tidak aktif, chat yang di kirimnya juga hanya ceklist. Kafka mulai frustasi dan saat dia menuju dapur untuk mengambil minum, Kafka melihat secarik kertas ada di meja bersama totebag dan juga buket bunga.

Hatinya mencelos melihat pasta anglio olio yang di buang di tempat sampah. Saat membuka kulkas dia tidak hanya melihat tart kesukaannya tapi juga fruit punch iced tea bikinan Asha. Kafka mengirim pesan permintaan maaf. Karena chatnya yang masih ceklist satu membuat Kafka sedikit uring-uringan dengan dirinya sendiri.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Pemberitahuan
3 Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4 Chapter 3. Bertemu Kembali
5 Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6 Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7 Chapter 6. Hati yang retak
8 Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9 Chapter 8. Awal mula benci
10 Chapter 9. Asha crayon Kafka
11 Chapter 10. Kembalinya Ashana
12 Chapter 11. Makan siang bersama
13 Chapter 12. Masalah baru
14 Chapter 13. Kesalah pahaman
15 Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16 Chapter 15. Kelulusan Kafka
17 Chapter 16. Makan malam
18 Chapter 17. Asha dan semestanya
19 Chapter 18. Harvard
20 Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21 Chapter 20. Indonesia
22 Chapter 21. Tidak antusias lagi
23 Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24 Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25 Chapter 24. Kehilangan
26 Chapter 25. Luka
27 Chapter 26. Stanford
28 Chapter 27. Salah paham lagi
29 Chapter 28. Asha kecelakaan
30 Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31 Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32 Chapter 31. Rion si overprotektif
33 Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34 Chapter 33. Penyesalan kafka
35 Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36 chapter 35. Key X Kafka satu team
37 Chapter 36. Sikap Profesional Key
38 Chapter 37. Sama-sama terluka
39 Chapter 38. Jangan Pulang
40 Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41 Chapter 40. Cincin di jari manis
42 Chapter 41. Kena Amukan Key
43 Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44 Chapter 43. Trauma
45 Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46 Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47 Chapter 46. Siapa Altezza
48 Chapter 47. Kafka marah
49 Chapter 48. A2R si kompor
50 Chapter 49. Kegagalan Kafka
51 Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52 Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53 Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54 Chapter 53. Menginap
55 Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56 Chapter 55. Baikan
57 Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58 Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59 Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60 Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61 Chapter 60. Masalah baru
62 Chapter 61. Dek Sha
63 Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64 Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65 Chapter 64. Alena
66 Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67 Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68 Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69 Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70 Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71 Chapter 70. Aku mau bayi kol
72 Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73 Chapter 72. Lita dkk berulah
74 Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75 Chapter 74. Key Marah
76 Chapter 75. Rion si bocah
77 Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78 Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79 Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80 Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81 Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82 Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83 Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84 Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85 Chapter 84. Penyesalan Argan
86 Chapter 85. I love you Ashana
87 Chapter 86. Tim K2 n A2R
88 Chapter 87. Couple A2
89 Chapter 88. Sarapan bersama tim
90 Chapter 89. Ajakan bulan madu
91 Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92 Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93 Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94 Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95 94. Will you marry me (Alena)
96 95. Pasar malam
97 96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98 97. Pacaran Halal
99 98. Puncak Bogor
100 Liburan singkat penuh arti
101 dokter Shanine
102 Suami dek Sha tersayang
103 Keputusan dokter Shanine
104 Ketrampilan tersembunyi Key
105 Karena mereka percaya kemampuanmu
106 Briefing
107 Key memimpin operasi
108 Perjuangan Key & tim
109 Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110 Obrolan Ringan dalam mobil
111 Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112 Sahabat saling menguatkan
113 Maaf. dia belum ada di sini
114 Dukungan Key untuk Amoora
115 Pernikahan Naren & Cia
116 Mensyukuri keterpaksaan
117 Key merajuk
118 test pack
119 Kabar bahagia
120 Manis tapi lebih manis dari gula
121 Biar kamu makin cinta
122 Pengganti es coklat
123 Dapat sepasang
124 Jatuh dari tangga
125 Istriku kenapa Van?
126 Keguguran
127 Datang untuk minta maaf
128 Berdua saling menguatkan
129 Sama-sama kehilangan
130 Permintaan maaf Lita
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Pemberitahuan
3
Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4
Chapter 3. Bertemu Kembali
5
Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6
Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7
Chapter 6. Hati yang retak
8
Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9
Chapter 8. Awal mula benci
10
Chapter 9. Asha crayon Kafka
11
Chapter 10. Kembalinya Ashana
12
Chapter 11. Makan siang bersama
13
Chapter 12. Masalah baru
14
Chapter 13. Kesalah pahaman
15
Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16
Chapter 15. Kelulusan Kafka
17
Chapter 16. Makan malam
18
Chapter 17. Asha dan semestanya
19
Chapter 18. Harvard
20
Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21
Chapter 20. Indonesia
22
Chapter 21. Tidak antusias lagi
23
Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24
Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25
Chapter 24. Kehilangan
26
Chapter 25. Luka
27
Chapter 26. Stanford
28
Chapter 27. Salah paham lagi
29
Chapter 28. Asha kecelakaan
30
Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31
Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32
Chapter 31. Rion si overprotektif
33
Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34
Chapter 33. Penyesalan kafka
35
Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36
chapter 35. Key X Kafka satu team
37
Chapter 36. Sikap Profesional Key
38
Chapter 37. Sama-sama terluka
39
Chapter 38. Jangan Pulang
40
Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41
Chapter 40. Cincin di jari manis
42
Chapter 41. Kena Amukan Key
43
Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44
Chapter 43. Trauma
45
Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46
Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47
Chapter 46. Siapa Altezza
48
Chapter 47. Kafka marah
49
Chapter 48. A2R si kompor
50
Chapter 49. Kegagalan Kafka
51
Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52
Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53
Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54
Chapter 53. Menginap
55
Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56
Chapter 55. Baikan
57
Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58
Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59
Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60
Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61
Chapter 60. Masalah baru
62
Chapter 61. Dek Sha
63
Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64
Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65
Chapter 64. Alena
66
Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67
Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68
Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69
Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70
Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71
Chapter 70. Aku mau bayi kol
72
Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73
Chapter 72. Lita dkk berulah
74
Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75
Chapter 74. Key Marah
76
Chapter 75. Rion si bocah
77
Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78
Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79
Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80
Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81
Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82
Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83
Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84
Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85
Chapter 84. Penyesalan Argan
86
Chapter 85. I love you Ashana
87
Chapter 86. Tim K2 n A2R
88
Chapter 87. Couple A2
89
Chapter 88. Sarapan bersama tim
90
Chapter 89. Ajakan bulan madu
91
Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92
Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93
Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94
Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95
94. Will you marry me (Alena)
96
95. Pasar malam
97
96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98
97. Pacaran Halal
99
98. Puncak Bogor
100
Liburan singkat penuh arti
101
dokter Shanine
102
Suami dek Sha tersayang
103
Keputusan dokter Shanine
104
Ketrampilan tersembunyi Key
105
Karena mereka percaya kemampuanmu
106
Briefing
107
Key memimpin operasi
108
Perjuangan Key & tim
109
Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110
Obrolan Ringan dalam mobil
111
Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112
Sahabat saling menguatkan
113
Maaf. dia belum ada di sini
114
Dukungan Key untuk Amoora
115
Pernikahan Naren & Cia
116
Mensyukuri keterpaksaan
117
Key merajuk
118
test pack
119
Kabar bahagia
120
Manis tapi lebih manis dari gula
121
Biar kamu makin cinta
122
Pengganti es coklat
123
Dapat sepasang
124
Jatuh dari tangga
125
Istriku kenapa Van?
126
Keguguran
127
Datang untuk minta maaf
128
Berdua saling menguatkan
129
Sama-sama kehilangan
130
Permintaan maaf Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!