Chapter 17. Asha dan semestanya

...Aku melangkah menuju dunia baru yang asing....

...Entah apa yang akan kulalui di depan nanti....

...Aku pun tak tahu akan berakhir seperti apa....

...(Kafka Acacio Narendra)...

Asha duduk santai di balkon kamarnya sambil sibuk membaca beberapa jurnal dan artikel melalui ipadnya, saat ini dia sedang membaca beberapa jurnal yang berkaitan dengan beberapa jurusan yang menjadi minatnya untuk melanjutkan kuliah. Meskipun dia sudah mendapatkan previllage sekolah bisnis di NUS, namun saat ini dia benar-benar mempertimbangkan apa yang sebenarnya ingin dia lakukan. Asha mulai mempersiapkan semua bahkan sejak dia masih awal menjadi siswa kelas dua belas, dia ingin benar-benar yakin

"Kakak ... kakak." Rion membuka pintu kamar Asha dan berlari menghambur memeluk kakaknya yang sedang duduk santai di balkon kamarnya.

"Ish ... ade kebiasaan suka banget ngagetin kakak," Asha meletakkan ipad di sampingnya kemudian menggemas-gemas pipi Rion dan balik memeluk Rion dengan gemas mengoyang-goyangkan tubuh kecil Rion.

"Aku mau ikut peluk-peluk," tanpa mereka sadari Cia sudah ada di balkon kamar Asha juga.

"Sini-sini kita berpelukan biar kayak teletubis," Asha terkekeh melihat Cia yang mencebik iri melihat aktivitas dua saudaranya.

"Kakak aku kegencet tau," Rion mengeluarkan satu tangannya mencoba melepaskan diri dari pelukan kakak-kakaknya.

"Mereka cepat sekali besarnya ya, sayang?" Malvin merangkulkan tangannya ke pundak istrinya.

"Eumm ... putri sulungmu sebentar lagi jadi incaran banyak pria," Hati Malvin mencelos mendengar perkataan Maira, rasanya masih belum siap jika harus melepaskan Asha untuk pria lain.

"Humairaku, aku belum rela melepasnya. Tapi jika saat itu tiba akan ku pastikan sendiri dia mendapatkan yang terbaik." Malvin mengecup kening istrinya

"Kafka maksudnya, sayang?" Maira merangkulkan ke dua tangannya memeluk pinggang Malvin dan mereka berdua tersenyum bersama.

Malvin dan Maira berjalan menuju balkon tempat anak-anak mereka sedang bercanda. Mereka berdua ikut larut dalam canda tawa bersama, Malvin memang seorang pebisnis dengan kesibukan yang luar biasa. Perusahaannya IT nya berkembang pesat tidak hanya di Indonesia tapi juga sudah meluas sampai luar negeri, wajar baginya jika sering bepergian memastikan perusahaannya dalam kondisi stabil.

Meskipun sibuk dia selalu mengusahakan untuk ada dalam setiap moment penting anak-anaknya, Maira adalah peran penting dalam hidup Malvin. Dia akan selalu mengingatkan suaminya semua jadwal yang harus di hadiri Malvin untuk moment penting anak-anaknya. Teman hidup yang sangat Malvin syukuri kehadirannya, setiap hal tentang anak-anak mereka tak pernah luput dari pengetahuan Malvin karena istrinya selalu menceritakan setiap detail kembang tumbuh anak-anak mereka terutama Asha yang kini sedang berada pada tahap remaja menuju dewasa.

"Asha sayang, kakak gak mau ngantar kak Kafka berangkat?" Maira mengingatkan putri sulungnya.

"Takut nanti diusir kak Kafka. Dia gak minta diantar ke Asha," Maira menyenggol lengan suaminya sambil tersenyum. Memberikan kode pada Malvin, takut kalau nanti putrinya itu menyesal.

"Ah yang benar? Paling nanti kakak nangis, Kafka di sana bisa empat tahun lebih gak pulang lho kak," Malvin melihat gurat keraguan pada putrinya. Asha seolah tampak bimbang antara pergi atau tidak mengantar kafka.

"Ayaah ih, kakak gak nagis ya. Cuma tantrum aja nanti," Asha memeluk ayahnya yang di sambut dengan tawa renyah ayah dan bundanya. Tingkah ke tiga anak mereka memang kadang sulit di tebak, terlebih si bungsu Rion.

"Sana mandi sayang! Masih ada waktu sebelum kak Kafka naik pesawat," Malvin mengusak lembut rambut putrinya yang berlalu menuju kamar mandi.

"Yuk semua turun, bunda sudah bikin es krim tiramisu. Siapa yang mau hayo angkat tangan?"

"Aku .. aku," Rion dan Cia saling bersautan, bergegas keluar dari kamar kakaknya menuju lantai satu diikuti Malvin juga Maira.

Asha sudah siap dengan setelan hodie hitam di padu padan celana dan hijab dengan warna senada tak lupa dia menggunakan topi dengan warna senada pula. Dia turun menuju lantai satu yang di sana sudah ada kedua orang tuanya juga Cia dan Rion. Asha berpamitan pada kedua orang tuanya, seperti biasa dia salim dan mencium tangan kedua orang tuanya. Tak lupa memeluk Cia dan Rion bergantian sebelum pergi.

"Ayah bunda, Asha pamit dulu. Mau ngejar calon imam, assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam," mereka serempak menjawab salam Asha.

"Hati-hati sayang, bilang pak Maman jangan ngebut."

"Siap Ayah." Asha berjalan menuju mobil yang sudah siap mengantarnya ke bandara.

"Ayah, anaknya tuh. Mirip siapa sebenarnya dia," Malvin menggaruk tengkuknya yang tak gatal mendengar Maira protes padanya karena tingkah Asha.

...***...

Kafka sudah siap dengan semua koper-kopernya, Tiara sudah mulai salty membayangkan putra sulungnya akan tinggal jauh dari mereka selama beberapa tahun.

"Ma, Kafka ke california kan mau kuliah. Jangan di tangisi dong sayang," Keenan mengusap lembut tangan Tiara yang dari semalam sudah terlihat sedih membayangkan putranya akan tinggal jauh dari mereka.

"Mama kan belum pernah pisah jauh sama anak-anak pa, Kafka di sana gak cuma setahun." Tiara mengusap air matanya yang sudah mulai merembes jatuh.

"Mama cup ... cup, kan masih ada ade. Naren temani mama sampai kakak nanti pulang," Naren memeluk mamanya yang berusaha menahan tangis namun tetap tak bisa.

"Ma, Kafka janji kalau ada waktu luang pasti pulang ke Jakarta." Tiara memeluk erat putranya.

"Sudah-sudah, ayo berangkat. Takut nanti kakak ketinggalan pesawat," Keenan masuk ke mobil di susul yang lainnya.

Mereka sudah sampai bandara dan Kafka berangkat tiga puluh menit lagi, mereka semua sudah ada di gate keberangkatan. Kafka mengedarkan padangannya ke sekeliling, seolah berharap kedatangan seseorang sebelum dia benar-benar masuk. Tiara sebenarnya tahu apa yang sedang Kafka tunggu, namun dia hanya diam. Sebelumnya sudah diingatkannya putra sulungnya itu, Kafka terlalu gengsi hanya untuk berpamitan dengan Asha. Dia seolah tidak perlu berpamitan dengan Asha, tidak penting juga katanya. Tapi Tiara tahu saat ini dia sedang menunggu Asha.

"Kaf cepat masuk sana, itu sudah dipanggil." Petugas bandara memang sudah memanggil penumpang untuk segera masuk, Kafka menggunakan maskapai Garuda dengan rute penerbangan langsung dari Bandara Soekarno-Hatta (CGK) menuju Bandara Internasional San Francisco (SFO) selama kurang lebih 17-18 jam tergantung kondisi cuaca.

"Iya pa, sebentar," Kafka mulai resah karena sudah harus segera masuk, tapi enggan beranjak pergi seolah sedang menantikan seseorang.

"Sudah mama bilang, makanya pamit dulu sama Asha. Sekarang anaknya gak datang malah nyari kan?" Tiara sudah tak menangis lagi karena melihat tingkah putranya yang gengsinya setinggi langit itu berharap Asha datang, namun tak mau mengakui.

"Kakak gak nyari in Asha, mama aja yang sok tau," Kafka mencebik.

"Tuh pa, gengsi aja terus di gedein. Baru tahu rasa nanti kalau Asha nikah sama orang lain," Keenan terkekeh mendengar istrinya menggoda putra sulungnya itu.

Kafka akhirnya masuk setelah untuk terakhir kalinya kembali berpelukan dengan ke dua orang tuanya dan juga Naren. Dia melambaikan tangan pada mereka, ada rasa enggan melangkah masuk pergi menuju dunia barunya nanti. Dia menoleh sekali lagi sebelum akhirnya benar-benar menghilang masuk menuju pesawat, Kafka melihat sosok yang dia kenal bersembunyi di balik lorong yang ada tak jauh dari tempatnya saat ini.

"Dasar cegil." Kafka melangkah masuk menuju pesawat dengan senyuman tipis yang tentunya tak terlihat oleh Asha.

"Selamat menuju dunia baru kak. Tunggu sebentar lagi, aku pastikan kakak menepati ucapan kakak waktu itu."

Asha memang sampai di bandara, sebelumnya Tiara sudah memberitahu Maira Kafka ada di terminal keberangkatan berapa. Asha hanya melihat Kafka dari lorong yang tidak jauh dari Kafka dan keluarganya berada. Dia tidak berani mendekat, nyalinya menciut takut akan luluh lantah di hadapan Kafka. Selain itu dia juga takut akan membuat Kafka tidak nyaman, melihat selama ini Kafka selalu bersikap dingin terhadapnya seolah menunjukkan ketidak sukaannya terhadap Asha.

Perkuliahan Kafka sebenarnya baru akan di mulai bulan September, tapi sebulan sebelumnya dia sudah harus berangkat untuk mempersiapkan tempat tinggalnya dan mulai beradaptasi dengan lingkungan serta cuaca yang berbeda dengan di Jakarta. Tanpa Kafka ketahui Asha menitipkan hodie tebal berwarna biru pada Tiara untuk Kafka dan melarang Tiara untuk bilang kalau itu pemberiannya.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Pemberitahuan
3 Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4 Chapter 3. Bertemu Kembali
5 Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6 Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7 Chapter 6. Hati yang retak
8 Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9 Chapter 8. Awal mula benci
10 Chapter 9. Asha crayon Kafka
11 Chapter 10. Kembalinya Ashana
12 Chapter 11. Makan siang bersama
13 Chapter 12. Masalah baru
14 Chapter 13. Kesalah pahaman
15 Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16 Chapter 15. Kelulusan Kafka
17 Chapter 16. Makan malam
18 Chapter 17. Asha dan semestanya
19 Chapter 18. Harvard
20 Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21 Chapter 20. Indonesia
22 Chapter 21. Tidak antusias lagi
23 Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24 Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25 Chapter 24. Kehilangan
26 Chapter 25. Luka
27 Chapter 26. Stanford
28 Chapter 27. Salah paham lagi
29 Chapter 28. Asha kecelakaan
30 Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31 Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32 Chapter 31. Rion si overprotektif
33 Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34 Chapter 33. Penyesalan kafka
35 Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36 chapter 35. Key X Kafka satu team
37 Chapter 36. Sikap Profesional Key
38 Chapter 37. Sama-sama terluka
39 Chapter 38. Jangan Pulang
40 Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41 Chapter 40. Cincin di jari manis
42 Chapter 41. Kena Amukan Key
43 Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44 Chapter 43. Trauma
45 Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46 Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47 Chapter 46. Siapa Altezza
48 Chapter 47. Kafka marah
49 Chapter 48. A2R si kompor
50 Chapter 49. Kegagalan Kafka
51 Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52 Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53 Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54 Chapter 53. Menginap
55 Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56 Chapter 55. Baikan
57 Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58 Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59 Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60 Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61 Chapter 60. Masalah baru
62 Chapter 61. Dek Sha
63 Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64 Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65 Chapter 64. Alena
66 Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67 Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68 Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69 Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70 Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71 Chapter 70. Aku mau bayi kol
72 Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73 Chapter 72. Lita dkk berulah
74 Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75 Chapter 74. Key Marah
76 Chapter 75. Rion si bocah
77 Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78 Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79 Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80 Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81 Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82 Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83 Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84 Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85 Chapter 84. Penyesalan Argan
86 Chapter 85. I love you Ashana
87 Chapter 86. Tim K2 n A2R
88 Chapter 87. Couple A2
89 Chapter 88. Sarapan bersama tim
90 Chapter 89. Ajakan bulan madu
91 Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92 Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93 Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94 Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95 94. Will you marry me (Alena)
96 95. Pasar malam
97 96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98 97. Pacaran Halal
99 98. Puncak Bogor
100 Liburan singkat penuh arti
101 dokter Shanine
102 Suami dek Sha tersayang
103 Keputusan dokter Shanine
104 Ketrampilan tersembunyi Key
105 Karena mereka percaya kemampuanmu
106 Briefing
107 Key memimpin operasi
108 Perjuangan Key & tim
109 Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110 Obrolan Ringan dalam mobil
111 Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112 Sahabat saling menguatkan
113 Maaf. dia belum ada di sini
114 Dukungan Key untuk Amoora
115 Pernikahan Naren & Cia
116 Mensyukuri keterpaksaan
117 Key merajuk
118 test pack
119 Kabar bahagia
120 Manis tapi lebih manis dari gula
121 Biar kamu makin cinta
122 Pengganti es coklat
123 Dapat sepasang
124 Jatuh dari tangga
125 Istriku kenapa Van?
126 Keguguran
127 Datang untuk minta maaf
128 Berdua saling menguatkan
129 Sama-sama kehilangan
Episodes

Updated 129 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Pemberitahuan
3
Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4
Chapter 3. Bertemu Kembali
5
Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6
Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7
Chapter 6. Hati yang retak
8
Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9
Chapter 8. Awal mula benci
10
Chapter 9. Asha crayon Kafka
11
Chapter 10. Kembalinya Ashana
12
Chapter 11. Makan siang bersama
13
Chapter 12. Masalah baru
14
Chapter 13. Kesalah pahaman
15
Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16
Chapter 15. Kelulusan Kafka
17
Chapter 16. Makan malam
18
Chapter 17. Asha dan semestanya
19
Chapter 18. Harvard
20
Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21
Chapter 20. Indonesia
22
Chapter 21. Tidak antusias lagi
23
Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24
Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25
Chapter 24. Kehilangan
26
Chapter 25. Luka
27
Chapter 26. Stanford
28
Chapter 27. Salah paham lagi
29
Chapter 28. Asha kecelakaan
30
Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31
Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32
Chapter 31. Rion si overprotektif
33
Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34
Chapter 33. Penyesalan kafka
35
Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36
chapter 35. Key X Kafka satu team
37
Chapter 36. Sikap Profesional Key
38
Chapter 37. Sama-sama terluka
39
Chapter 38. Jangan Pulang
40
Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41
Chapter 40. Cincin di jari manis
42
Chapter 41. Kena Amukan Key
43
Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44
Chapter 43. Trauma
45
Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46
Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47
Chapter 46. Siapa Altezza
48
Chapter 47. Kafka marah
49
Chapter 48. A2R si kompor
50
Chapter 49. Kegagalan Kafka
51
Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52
Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53
Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54
Chapter 53. Menginap
55
Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56
Chapter 55. Baikan
57
Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58
Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59
Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60
Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61
Chapter 60. Masalah baru
62
Chapter 61. Dek Sha
63
Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64
Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65
Chapter 64. Alena
66
Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67
Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68
Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69
Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70
Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71
Chapter 70. Aku mau bayi kol
72
Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73
Chapter 72. Lita dkk berulah
74
Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75
Chapter 74. Key Marah
76
Chapter 75. Rion si bocah
77
Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78
Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79
Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80
Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81
Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82
Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83
Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84
Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85
Chapter 84. Penyesalan Argan
86
Chapter 85. I love you Ashana
87
Chapter 86. Tim K2 n A2R
88
Chapter 87. Couple A2
89
Chapter 88. Sarapan bersama tim
90
Chapter 89. Ajakan bulan madu
91
Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92
Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93
Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94
Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95
94. Will you marry me (Alena)
96
95. Pasar malam
97
96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98
97. Pacaran Halal
99
98. Puncak Bogor
100
Liburan singkat penuh arti
101
dokter Shanine
102
Suami dek Sha tersayang
103
Keputusan dokter Shanine
104
Ketrampilan tersembunyi Key
105
Karena mereka percaya kemampuanmu
106
Briefing
107
Key memimpin operasi
108
Perjuangan Key & tim
109
Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110
Obrolan Ringan dalam mobil
111
Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112
Sahabat saling menguatkan
113
Maaf. dia belum ada di sini
114
Dukungan Key untuk Amoora
115
Pernikahan Naren & Cia
116
Mensyukuri keterpaksaan
117
Key merajuk
118
test pack
119
Kabar bahagia
120
Manis tapi lebih manis dari gula
121
Biar kamu makin cinta
122
Pengganti es coklat
123
Dapat sepasang
124
Jatuh dari tangga
125
Istriku kenapa Van?
126
Keguguran
127
Datang untuk minta maaf
128
Berdua saling menguatkan
129
Sama-sama kehilangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!