Chapter 16. Makan malam

...Hari ini aku masih setia menantikanmu....

...Aku masih menjadi bodoh jika itu tentangmu....

...Entah sampai kapan hatiku tertaut padamu yang masih enggan melihatku....

...Namun aku juga perempuan biasa....

...Yang merasakan luka dan lelah....

...Semoga hatiku masih tetap sama saat nanti kamu menyadari perjuanganku....

...(Ashana Keyra Zerrin)...

"Sayang, kok belum siap-siap? Nanti kita terlambat sampai sana Asha," Maira melihat putri sulungnya itu masih bermain dengan ipadnya.

"Asha dirumah saja ya, bun? Gak usah ikut makan malam." Asha meletakkan ipadnya, beralih pada Maira yang sedang bicara padanya.

"Asha sayang, tidak semua hal harus berjalan sesuai dengan apa yang kita mau. Ada kalanya Allah memberikan kita kerikil-kerikil kecil untuk mendapatkan hal yang lebih indah dari sekedar apa yang kita mau. Banyak proses yang masih akan Asha jalani, tidak boleh menyerah atau berkecil hati." Maira mendekat, mengusap lembut punggung putrinya. Bagaimanapun Maira adalah bundanya, tanpa Asha mengatakan apapun tentu bundanya paham apa yang saat ini dia resahkan.

"Lalu bagaimana kalau setelah semua perjuangan melelahkan itu Asha tetap tidak berhasil bun?"

"Tergantung apa yang kamu perjuangkan sayang, kalau itu tentang pendidikan dan impian tentu masih bisa Asha perjuangkan. Tidak berhasil dalam satu hal bisa mencoba hal lain sampai kamu menemukan sesuatu yang benar-benar menjadi passionmu."

"Tapi, kalau itu tentang Kafka. Ada hal bisa Asha usahakan namun tidak bisa di paksakan sesuai yang Asha mau, berhentilah jika itu sudah menyakitkan. Melepaskan dan mengikhlaskan bukan hal yang mudah tapi harus di lakukan." Dengan lembut Maira membelai rambut putrinya yang sudah mulai panjang.

"Bunda memang selalu yang terbaik." Asha memeluk Maira

"Sudah sana cepat mandi! masak mau ketemu gebetan tapi bau asem," Maira menutup hidungnya menggoda putrinya.

"Ish .. bunda, Asha gak bau asem tau. Tapi bau terasi soalnya tadi habis makan sambal terasi buatan bi Ana." Asha tertawa sambil berjalan menuju kamar mandi, sementara Maira hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya.

Rion sudah siap dari beberapa waktu lalu dan menunggu para princess juga ratu keluarga Zerrano di ruang keluarga bersama ayahnya. Malvin terlihat sesekali masih sibuk dengan pekerjaan yang bisa dia kalukan melalui ponselnya.

"Bunda, kakak-kakak princess cepetan, Nanti kita telat gak kebagian makan gimana?" Rion mondar mandir antara ruang keluarga dengan tangga menuju lantai atas rumah mereka.

"Ih ade gak sabaran," Cia yang sedang memakai sepatu nampak protes pada Rion.

"Kak Cia lama, nanti kak Nara gak suka lho!" Cia mencebik mendengar perkataan adik bungsunya.

"Nara siapa sayang?" Maira agak asing dengan nama tersebut, pasalnya dia tidak pernah mendengar nama itu selama menjemput Cia dan Rion ke sekolah.

"Naratama Jaelicio Narendra maksut Rion bun. Naren adiknya kak Kafka." Asha yang sedang menuruni tangga menuju mereka menjelaskan pada bundanya.

Mereka siap berangkat menuju monsieur spoon cafe yang sudah di pesan oleh keluarga Keenan yang terletak di PIM 1, Malvin sekeluarga memang mendapatkan undangan makan malam dari Keenan sahabatnya. Makan malam sebagai bentuk perayaan sederhana untuk Kafka yang lulus dengan prestasi dan di terima sebagai mahasiswa kedokteran di Standford.

Keluarga Keenan sudah sampai lebih dulu, baru setelah itu Malvin beserta keluarganya juga sampai di monsieur spoon cafe, Tiara sengaja memilih privat room agar lebih nyaman untuk anak-anak. Di dalam ruangan sudah menunggu Keenan, Tiara, Kafka juga Naren. Rion dengan semangat membuka pintu dan masuk menyapa mereka lebih dulu disusul Cia, Maira kemudian Malvin yang di belakang ada Asha yang tertutup tubuh ayahnya. Asha nampak menghela napas sebelum masuk kedalam, Malvin maeraih tangan Asha.

"Kakak are you okay?" Malvin mendapati putrinya nampak terlihat ragu dan resah, di raihnya tangan Asha kemudian di genggamnya.

"I'm okay." Asha tersenyum pada ayahnya dan mereka masuk menuju ruangan paling akhir.

Anak-anak berkumpul duduk pada meja yang sama, Cia yang mengekori Naren begitu juga Rion yang tak mau kalah mengikuti mereka berdua dan mau tak mau Kafka juga ikut duduk bersama mereka. Kafka sedang bercanda dengan Rion saat Asha menuju meja tempat mereka duduk.

"Masyaallah Maira putri sulungmu benar-benar mewarisi darah ayahnya," Tiara terkejut saat Asha menyapanya dan mencium tangan Tiara, penampilan Asha hari ini berbeda dengan biasanya.

"Bundanya ini cuma dapat hikmah sama kepayahan mengandung Asha selama sembilan bulan," jawaban Maira membuat semua orang terkekeh.

"Asha sejak kapan mulai berhijab, sayang?" Tiara yang masih terpesona dengan penampilan Asha saat ini, satu bulan lalu mereka sempat berjumpa saat wisuda kelulusan Kafka dan gadis itu masih belum berhijab.

"Masih belajar berhijab tante, belum sepenuhnya. doakan Asha semoga bisa istiqomah," Mairalah yang menjawab pertanyaa Tiara, sementara Asha mengulum senyum lega tak perlu menjawab karena sudah di jawab oleh bundanya.

Asha memang terlihat cantik dan modis mengenakan baju casual remaja seumurannya, tidak mau ribet dengan baju-baju yang dipakainya. Dia tampak bersinar dengan hodie sedikit over size berwarna biru langit yang di padu padan bawahan rok berwarna putih dengan pasmina warna senada. Sejenak Kafka di buat terpesona dengan penampilan baru Asha, dia masih dapat melihat sorot mata indah yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu.

Asha sudah berada di tempat duduknya, duduk berhadap-hadapan dengan Kafka karena hanya kursi itu yang kosong. Tidak seperti Asha yang biasanya saat bertemu dengan Kafka, kali ini dia hanya diam sambil melihat ipadnya.

Para orang dewasa terlihat sedang asik menikmati perbincangan mereka, maklum karena sudah lama tidak berjumpa dan berkumpul santai. Kalaupun Malvin dan Keenan bertemu selalu tentang hal bisnis karena memang mereka berdua punya beberapa kontrak kerjasama. Sementara anak-anak juga tak kalah sibuknya mengobrol dan bercanda sambil menanti makanan datang, minuman mereka sudah datang lebih dulu.

Cia sibuk bercanda dan membahas apapun dengan Naren karena mereka memang satu kelas, sedangkan Kafka masih tetap meladeni segala pertanyaan dari Rion. Rion tampaknya cocok dengan Kafka yang selalu bisa menjawab semua hal yang di tanyakan padanya. Asha? Jangan di tanya lagi, dia sebenarnya bosan di tengah perasaan canggung antara dia dan Kafka. Jadi dia hanya fokus pada ipad dan sesekali menenggak es coklatnya.

Semenjak hari kelulusan wisuda Kafka, Asha memang sudah tidak lagi bertemu dengannya. Rion yang terlalu peka akan sikap kakaknya sedang merasa bosanpun akhirnya membuka suara setelah dari awal hanya fokus bertanya banyak hal pada Kafka.

"Bunda ... bunda, kak Kafka pacaran sama kak Sha." Asha tersedak es coklatnya saat mendengar ucapan Rion, Kafka reflek memberikan tisu dan air mineral padanya. Rion menunjuk pada warna baju Asha dan Kafka, tanpa mereka sadari warna baju mereka senada. Kafka mengenakan kemeja berwarna biru langit di padu padan dengan celana putih.

"Tante sih mau banget nanti punya menantu kak Sha, tapi kayaknya kakak kamu gak mau sama kak Kafka. Kak Kafka kan cuek, dingin kulkas lima belas pintu ade." Tiara mencebik kearah putra sulungnya, dia tahu Kafka itu gengsinya setinggi langit. Sudah setahun dari semenjak dia bertemu kembali dengan Asha tapi masih juga bersikap dingin pada gadis itu.

"Ade Rion tidak boleh seperti itu, kak Kafka sama kak Sha fokus sekolah dulu. Baru nanti mereka boleh nikah," Maira menggelengkan kepala kearah Rion dan di sambut anggukan mengerti dari Rion.

"Kafka kapan berangkat ke Standford?" Malvin berusaha mengalihkan pembicaraan untuk mencairkan suasana canggung antara putrinya dengan putra sahabatnya itu.

"Minggu depan berangkat om, satu bulan persiapan dan adaptasi dulu sebelum nanti masuk kuliah."

"Kalau butuh bantuan bilang sama om. Sepupu Asha ada yang kuliah di sana," Malvin ingat kalau Altezza yang tak lain adalah putra dari Ayzel sepupu Maira dengan sahabatnya sedang menempuh S2 di sana.

"Siap om Malvin."

"Kalau Asha sudah tahu nanti mau lanjut kemana setelah lulus?" Kini giliran Keenan ayah Kafka yang bertanya pada gadis remaja itu.

"Eumm ... Belum pasti sih om, masih berubah-ubah. Antara bisnis NUS atau double degree NUS, soalnya kalau mau ambil kedokteran Harvard nanti takutnya kak Kafka langsung lamar Asha buat di nikahin." Asha tersenyum smirk pada Kafka.

"Asha sudah terdaftar di NUS untuk sekolah bisnis, dia mendapatkan previllage karena pernah menjadi juara olimpiade internasional saat sebelum pindah ke Jakarta. Tergantung nanti dia mau ambil bisnis atau berubah pikiran," Malvin menceritakan beberapa prestasi Asha saat dulu sekolah di Singapur.

Semntara Kafka yang sedang menelan makananya di buat tersedak mendengar perkataan Asha, matanya melebar menatap kearahnya dan Asha yang melihat itu tersenyum puas. Tepat sebulan yang lalu saat wisuda kelulusan Kafka, secara tidak sengaja Asha melewati Kafka dan teman-temannya yang sedang mengobrol santai setelah acara wisuda inti selesai. Asha ikut terseret dalam topik pembicaraan Kafka dan teman-temannya.

"Gue lihat tadi cewek lu ada disini Kaf? Kayaknya dia bucin banget sama lu," salah satu teman Kafka meledeknya.

"Aku gak punya pacar, gak akan juga dia jadi pacarku." Revan tertawa mendengar jawaban Kafka.

"Dahlah memang susah ngomong sama kulkas lima belas pintu. Bucin-bucin deh lo Kaf nanti," Revan ikut meledek sahabatnya itu.

"Tapi nih ya, kan lu pernah bilang kalau lu suka cewe yang cerdas. Poin plus lagi kalau dia juga sefrekuensi sama lu, kalau dia bisa gimana?"

"Gak mungkin, dia pasti ambil bisnis seperti kedua orang tuanya. Kalau dia ambil kedokteran juga, paling tidak dia masuk kedokteran Harvard dulu. Bisa masuk Harvard aku nikahi Asha." Mereka tertawa bersama tanpa tahu orang yang menjadi topik pembicaraanya mendengarkan.

Asha dan Kafka saling tatap sejenak, di mata Asha ada rasa kesal menyelimuti dirinya. Ingin rasanya melampiaskan semua umpatan pada orang yang sedang duduk di hadapannya menuntut permintaan maaf, tapi percuma hanya akan menghabiskan energinya saja.

Kafka ingat betul perkataannya saat itu sama dengan apa yang diucapkan Asha barusan, apakah gadis itu mendengarkan obrolannya dengan beberapa teman sekelasnya saat itu. Seingatnya hari itu dia bertemu dengan Asha hanya saat foto bersama dengan kedua orang tuanya, setelah itu Asha pergi karena ada keperluan lain.

"Argggh .. benar-benar memusingkan." Kafka bergumam lirih dan menyugar rambutnya sendiri karena kesal.

Makan malam selesai dengan menyenangkan, mereka pulang bersama menuju parkiran yang kebetulan mobil mereka ada di basement yang sama. Kafka dan Asha berjalan paling akhir berada di belakang Maira dan Tiara sampai mereka masuk dan keluar lift menuju basement.

Asha berusaha mengalihkan perhatiannya dari Kafka dengan fokus pada ipadnya sepanjang berjalan menuju basement, dia hampir saja jatuh tersandung tali sepatunya sendiri. Kafka yang berjalan di sampingnya dengan sigap memegangi lengan Asha dan menariknya sebelum dia tersungkur di lantai.

"Kalau jalan itu fokus Sha, bukan malah lihat ipad." Kafka berjongkok mengikat tali sepatu Asha yang lepas, sementara Asha terbengong-bengong melihat perlakuan Kafka padanya.

"Makasih Kak," perlakuan kecil Kafka tentu membuat Asha berbunga-bunga. Asha si bucin akut, walaupun habis nangisin Kafka yang ujung-ujungnya bakal bucin lagi dengan sedikit perlakuan Kafka.

"Sorry" Asha bingung dengan yang di dengarnya.

"Hah ... Kakak bilang apa tadi?" Asha memastikan lagi benarkah Kafka tadi mengatakan sesuatu.

"Sorry, untuk kejadian waktu itu. Pasta spinach sauce siang itu enak." Kafka berjalan meninggalkan Asha yang masih mematung tak menyangka mendengar Kafka minta maaf dan akhirnya Kafka makan bekal yang dia buatkan.

Dia beneran minta maaf, seorang Kafka minta maaf? batin Asha dan langsung menyusul berjalan mengejar Kafka. Semuanya sudah masuk ke dalam mobil masing-masing, tersisa Asha dan Kafka yang masih berjalan di belakang. Rion meneriaki Asha untuk cepat segera masuk mobil karena dia sudah ngantuk.

"Cup."

Tanpa aba-aba entah keberanian dari mana dia peroleh, Asha dengan spontan mengecup pipi Kafka dari samping. Kafka penuh dengan keterkejutannya tanpa bisa menghindar dan mematung sepersekian detik sebelum akhirnya dia berteriak dan marah pada Asha.

"Yaaa ... Ashana dasar cewe gila." Triakan Kafka pelan namun masih terdengar oleh Asha. Asha menoleh tersenyum dengan mengeluarkan lidahnya kesamping mulut mengejek Kafka, kemudian dia berlalu meninggalkan Kafka. Dia puas setelah membuat Kafka telihat terkejut dan sedikit marah.

"Tunggu saja nanti kak, kamu yang akan datang sendiri padaku. Semoga saja di saat itu tiba hatiku masih menggenggammu dan belum berubah arah." Asha masuk dalam mobil dan mereka semua pulang ke rumah masing-masing.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Pemberitahuan
3 Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4 Chapter 3. Bertemu Kembali
5 Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6 Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7 Chapter 6. Hati yang retak
8 Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9 Chapter 8. Awal mula benci
10 Chapter 9. Asha crayon Kafka
11 Chapter 10. Kembalinya Ashana
12 Chapter 11. Makan siang bersama
13 Chapter 12. Masalah baru
14 Chapter 13. Kesalah pahaman
15 Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16 Chapter 15. Kelulusan Kafka
17 Chapter 16. Makan malam
18 Chapter 17. Asha dan semestanya
19 Chapter 18. Harvard
20 Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21 Chapter 20. Indonesia
22 Chapter 21. Tidak antusias lagi
23 Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24 Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25 Chapter 24. Kehilangan
26 Chapter 25. Luka
27 Chapter 26. Stanford
28 Chapter 27. Salah paham lagi
29 Chapter 28. Asha kecelakaan
30 Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31 Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32 Chapter 31. Rion si overprotektif
33 Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34 Chapter 33. Penyesalan kafka
35 Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36 chapter 35. Key X Kafka satu team
37 Chapter 36. Sikap Profesional Key
38 Chapter 37. Sama-sama terluka
39 Chapter 38. Jangan Pulang
40 Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41 Chapter 40. Cincin di jari manis
42 Chapter 41. Kena Amukan Key
43 Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44 Chapter 43. Trauma
45 Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46 Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47 Chapter 46. Siapa Altezza
48 Chapter 47. Kafka marah
49 Chapter 48. A2R si kompor
50 Chapter 49. Kegagalan Kafka
51 Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52 Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53 Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54 Chapter 53. Menginap
55 Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56 Chapter 55. Baikan
57 Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58 Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59 Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60 Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61 Chapter 60. Masalah baru
62 Chapter 61. Dek Sha
63 Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64 Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65 Chapter 64. Alena
66 Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67 Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68 Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69 Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70 Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71 Chapter 70. Aku mau bayi kol
72 Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73 Chapter 72. Lita dkk berulah
74 Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75 Chapter 74. Key Marah
76 Chapter 75. Rion si bocah
77 Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78 Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79 Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80 Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81 Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82 Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83 Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84 Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85 Chapter 84. Penyesalan Argan
86 Chapter 85. I love you Ashana
87 Chapter 86. Tim K2 n A2R
88 Chapter 87. Couple A2
89 Chapter 88. Sarapan bersama tim
90 Chapter 89. Ajakan bulan madu
91 Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92 Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93 Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94 Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95 94. Will you marry me (Alena)
96 95. Pasar malam
97 96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98 97. Pacaran Halal
99 98. Puncak Bogor
100 Liburan singkat penuh arti
101 dokter Shanine
102 Suami dek Sha tersayang
103 Keputusan dokter Shanine
104 Ketrampilan tersembunyi Key
105 Karena mereka percaya kemampuanmu
106 Briefing
107 Key memimpin operasi
108 Perjuangan Key & tim
109 Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110 Obrolan Ringan dalam mobil
111 Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112 Sahabat saling menguatkan
113 Maaf. dia belum ada di sini
114 Dukungan Key untuk Amoora
115 Pernikahan Naren & Cia
116 Mensyukuri keterpaksaan
117 Key merajuk
118 test pack
119 Kabar bahagia
120 Manis tapi lebih manis dari gula
121 Biar kamu makin cinta
122 Pengganti es coklat
123 Dapat sepasang
124 Jatuh dari tangga
125 Istriku kenapa Van?
126 Keguguran
127 Datang untuk minta maaf
128 Berdua saling menguatkan
129 Sama-sama kehilangan
130 Permintaan maaf Lita
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Pemberitahuan
3
Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4
Chapter 3. Bertemu Kembali
5
Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6
Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7
Chapter 6. Hati yang retak
8
Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9
Chapter 8. Awal mula benci
10
Chapter 9. Asha crayon Kafka
11
Chapter 10. Kembalinya Ashana
12
Chapter 11. Makan siang bersama
13
Chapter 12. Masalah baru
14
Chapter 13. Kesalah pahaman
15
Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16
Chapter 15. Kelulusan Kafka
17
Chapter 16. Makan malam
18
Chapter 17. Asha dan semestanya
19
Chapter 18. Harvard
20
Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21
Chapter 20. Indonesia
22
Chapter 21. Tidak antusias lagi
23
Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24
Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25
Chapter 24. Kehilangan
26
Chapter 25. Luka
27
Chapter 26. Stanford
28
Chapter 27. Salah paham lagi
29
Chapter 28. Asha kecelakaan
30
Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31
Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32
Chapter 31. Rion si overprotektif
33
Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34
Chapter 33. Penyesalan kafka
35
Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36
chapter 35. Key X Kafka satu team
37
Chapter 36. Sikap Profesional Key
38
Chapter 37. Sama-sama terluka
39
Chapter 38. Jangan Pulang
40
Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41
Chapter 40. Cincin di jari manis
42
Chapter 41. Kena Amukan Key
43
Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44
Chapter 43. Trauma
45
Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46
Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47
Chapter 46. Siapa Altezza
48
Chapter 47. Kafka marah
49
Chapter 48. A2R si kompor
50
Chapter 49. Kegagalan Kafka
51
Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52
Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53
Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54
Chapter 53. Menginap
55
Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56
Chapter 55. Baikan
57
Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58
Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59
Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60
Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61
Chapter 60. Masalah baru
62
Chapter 61. Dek Sha
63
Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64
Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65
Chapter 64. Alena
66
Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67
Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68
Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69
Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70
Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71
Chapter 70. Aku mau bayi kol
72
Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73
Chapter 72. Lita dkk berulah
74
Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75
Chapter 74. Key Marah
76
Chapter 75. Rion si bocah
77
Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78
Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79
Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80
Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81
Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82
Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83
Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84
Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85
Chapter 84. Penyesalan Argan
86
Chapter 85. I love you Ashana
87
Chapter 86. Tim K2 n A2R
88
Chapter 87. Couple A2
89
Chapter 88. Sarapan bersama tim
90
Chapter 89. Ajakan bulan madu
91
Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92
Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93
Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94
Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95
94. Will you marry me (Alena)
96
95. Pasar malam
97
96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98
97. Pacaran Halal
99
98. Puncak Bogor
100
Liburan singkat penuh arti
101
dokter Shanine
102
Suami dek Sha tersayang
103
Keputusan dokter Shanine
104
Ketrampilan tersembunyi Key
105
Karena mereka percaya kemampuanmu
106
Briefing
107
Key memimpin operasi
108
Perjuangan Key & tim
109
Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110
Obrolan Ringan dalam mobil
111
Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112
Sahabat saling menguatkan
113
Maaf. dia belum ada di sini
114
Dukungan Key untuk Amoora
115
Pernikahan Naren & Cia
116
Mensyukuri keterpaksaan
117
Key merajuk
118
test pack
119
Kabar bahagia
120
Manis tapi lebih manis dari gula
121
Biar kamu makin cinta
122
Pengganti es coklat
123
Dapat sepasang
124
Jatuh dari tangga
125
Istriku kenapa Van?
126
Keguguran
127
Datang untuk minta maaf
128
Berdua saling menguatkan
129
Sama-sama kehilangan
130
Permintaan maaf Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!