Chapter 15. Kelulusan Kafka

...Luluh lantah meluruh pilu....

...Melihatmu tak berdaya bergelut rasa sakit....

...Kupastikan hari-harimu setelah ini indah....

...Sampai akhir menjadi payungmu di kala hujan, gerimis dan teriknya mentari....

...Mendekapmu hangat dengan kasih sayang tanpa henti....

...Tumbuhlah dengan baik dan sehat permata indahku....

...Tidak akan kubiarkan binar indah pancaran matamu hilang....

...Memastikanmu mendapatkan hidup dan pendamping yang layak....

...Memastikan tak akan ada laki-laki brengsek yang menyakitimu....

...Sampai kapanpun akan menjadi anak kecil ayah yang berhargaa....

...(Althan Malvin Zerrano)...

Tiga hari berlalu sejak kejadian tempo hari namun sampai saat ini Kafka belum mendapatkan kabar apapun tentang Asha, bahkan mamanya juga tidak mendapatkan info apapun dari tante Maira kecuali tentang Asha yang masih dalam masa istirahat.

Kakfa reflek membuka laci mejanya kemudian menutupnya kembali sambil menghela napas panjang, seolah berharap ada sesuatu dalam laci meja sekolahnya.

"Gak ada Kaf. Mau berapa kali di buka juga gak akan ada kotak bekal dari Asha," Revan seolah mengerti tindakan spontan temannya yang membuka laci meja, sebelum-sebelumnya dia selalu kesal dengan kotak bekal yang setiap hari ada di lacinya.

"Cuma reflek saja Rev," Revan terkekeh mendengar Kafka berdalih seolah sudah lega karena beberapa hari ini tidak ada lagi bekal di lacinya.

Sementara di SGH Asha sedang melakukan serangkaian tes untuk mengevaluasi kondisi saraf dan rasa nyeri yang terjadi padanya, dia hanya di temani Maira sedangkan Malvin kembali ke Jakarta. Mereka berdua berbagi tugas, sementara istrinya menemani Asha maka Malvin harus menemani Cia dan Rion yang masih kecil. Memastikan kedua anak mereka yang lain tetap dalam kondisi tidak kurang perhatian meskipun ada bi Ana dan yang lainnya di rumah.

Hari itu Asha kembali menjalani serangkaian tes, dari pemeriksaan fisik, MRI, tes nyeri, EMG dan serangkaian tes lainnya. Maira tersenyum lega setelah dokter mengatakan hasil tes nyeri Asha ada pada skala 6 yang artinya masuk skala sedang. Selama beberapa hari ke depan Asha akan menjalani fisioterapi dan terapi fisik, untuk obat masih di sarankan dengan obat yang sebelumnya.

"Ayah, kak Asha kenapa ke Singapur lagi?" Cia dengan tatapan mata penuh kegelisahan memburu Malvin dengan berbagai pertanyaan tentang Asha.

"Kak Asha sedikit lelah, bunda menemani kak Asha terapi dulu biar capeknya hilang. Cia bisa bantu ayah dan bunda jaga Rion sampai kak Asha pulang, ya?" Malvin membelai lembut rambut panjang putri ke duanya yang masih berusia sebelas tahun, berusaha mengurangi kegelisahan Cia.

"Oke, Cia akan jadi ibu perinya ade Rion sampai bunda dan kakak pulang," dengan senyum yang mengembang sambil memeluk ayahnya. Meskipun sebenarnya Cia tau kemungkinan sakit pada kaki Asha kambuh, tapi mendengar penjelasan Malvin membuatnya gadis kecil itu sedikit tenang.

Malvin dan Maira juga tak kalah besar memberikan perhatian pada Cia, selama enam tahun terakhir mereka benar-benar membagi dan memberikan perhatian penuh terutama pada Asha dan Cia tanpa terkecuali Rion. Namun memang ke dua putri mereka mendapatkan perhatian lebih, Cia mendapatkan pendampingan ahli dari sejak Asha mengalami kecelakaan, saat itu Cia menyaksikan secara langsung tepat di depan matanya. Khawatir akan meninggalkan memori trauma dalam diri Cia, Malvin memutuskan untuk memberikan pendampingan ahli beberapa saat.

Bahkan sejak Asha keluar dari rumah sakit Cia selalu mengekorinya, seolah ingin memastikan kakaknya baik-baik saja. Malvin dan Maira memastikan bahwa Cia tidak akan mengalami trauma yang membekas diingatannya pasca kecelakaan yang dialami kakaknya. Seperti yang saat ini gadis kecil itu lakukan, memastikan pada ayahnya bahwa kakaknya tidak apa-apa.

Asha kembali ke Jakarta setelah satu minggu menjalani berbagai macam tes dan terapi fisik. Dengan mata berbinar Cia berlari menghambur ke pelukan kakaknya yang di susul Rion dengan tingkah polah lucunya.

"Gak ada yang kangen sama bunda? Gak ada yang mau peluk bunda?" Maira berpura-pura sedih untuk menggoda anak-anaknya yang sedang bergelut penuh rindu memeluk Asha.

"Ayah saja yang peluk bunda. Nanti kita jalan berdua ya bun?" Malvin yang baru sampai dari kantor langsung memeluk istrinya dari belakang.

"Ayah, no .. no peluk-peluk bunda. Bunda punya Rion, ayah sama kakak aja." Rion bergegas menuju Maira, berusaha menyingkirkan tangan Malvin yang sedang memeluk istrinya.

Mereka tertawa bersama melihat tingkah Rion, bersamaan dengan itu Asha mengusap air mata Cia yang sedari tadi sudah lolos tanpa di minta.

"it's okey, kakak gak apa-apa lho ade." Asha mencium kening Cia dengan lembut, sebuah senyuman penuh haru menghiasi setiap sudut bibir Malvin dan Maira.

"Ish tidak .. tidak, yang ade itu Rion bukan kak Cia tau," Malvin dan Maira saling menatap satu sama lain dengan senyu mengembang seolah berkata betapa bersyukurnya mereka ada Rion yang hadir di tengah-tengah keluarga kecil mereka.

"Cup." Rion yang tanpa aba-aba lepas dari pelukan bundanya langsung mencium pipi dua kakaknya secara bergantian, Asha terkekeh melihat kelakuan adik bungsunya seraya menarik rion masuk dalam pelukannya bersama Cia.

Hari ini Asha sudah bisa masuk sekolah diantar langsung Malvin. "Sayang, nanti pulangnya di jemput bunda, ya? Asha gak boleh kemana-mana dulu, ingat pesan dokter Sahnaz?" Malvin mengambil tas yang ada di kursi belakang, memberikannya pada Asha.

"Iya, yah. Gak boleh capek, gak boleh stress, gak boleh aktivitas yang memicu cidera kambuh." Asha memeluk ayahnya sebelum berjalan masuk menuju kelasnya.

Dari lantai atas kelas dua belas tampak seseorang yang memperhatikan ketika dia berjalan menuju kelasnya, Asha sebenarnya tahu tapi memilih untuk tidak terlalu ambil pusing. Dia berjalan masuk ke dalam kelasnya dan di sambut oleh Nana yang sudah berkaca-kaca, akhirnya setelah satu minggu lebih Asha kembali ke sekolah.

"Woi. Lihat apa sih serius amat kulkas lima belas pintu." Revan terkekeh sendiri melihat Kafka yang tak henti-hentinya melihat Asha berjalan sampai masuk dalam kelas.

"Berisik." Kafka memukul pelan lengan Revan.

"Sana temuin dia, kamu juga perlu minta maaf soal kejadian Alena. Sudah jelas bukan Asha pelakunya, sebelum nanti dia ngilang lagi ha .. ha," Revan benar-benar tertawa puas melihat tingkah sahabatnya itu, gengsi, tingkah laku dengan isi hatinya selalu tidak sejalan.

Sehari setelah kejadian waktu itu, bu Eli dan kepala sekolah memanggil Alena dan Gistara. Tak lupa Kafka, Revan juga Nana ikut di panggil ke ruang kepala sekolah. Bu Eli memperlihatkan rekaman cctv tersembunyi yang ada di dekat tempat kejadian, dari situ terlihat bahwa Gistara yang mendorong Alena sampe jatuh dan pingsan. Gistara adalah teman sekelas Alena dan Kafka, dia sakit hati pada Alena yang selalu terpilih olimpiade bersama Kafka juga Revan. Dia bertambah marah saat mendengar Alena dan Kafka punya hubungan lebih dari sekedar teman.

Gistara yang tahu siang itu Kafka akan bertemu dengan Asha di dekat lapangan basket kemudian mengatakan pada Alena bahwa dia butuh bantuan untuk membawa beberapa materi uji coba soal ujian dari ruang guru. Gistara melihat ada kesempatan saat melihat Asha turun menuju lapangan basket, sementara saat itu Alena sedang berjalan menuju ruang guru yang melewati jalan dekat anak tangga turun menuju lapangan. Saat itulah Gistara mendorong Alena sampai jatuh berguling sampe undakan ke dua dan dia lari meninggalkan Alena.

"Gistara perbuatanmu tidak hanya melukai Alena, tapi juga Asha yang sampai saat ini tidak tahu bagaimana kondisinya." Kafka mengepalkan tangannya, kalau saja bukan perempuan mungkin sudah di pukulnya Gistara. Gistara membuatnya salah paham pada Asha.

Beberapa bulan berselang setelah kejadian semua berjalan seperti biasa, namun Gistara dan Alena tiba-tiba sudah tidak lagi bersekolah di sana padahal sebentar lagi mereka lulus. Banyak yang bilang kedua orang tua Asha tidak terima dengan yang terjadi pada Asha jadi ke dua siswi itu mau tidak mau harus pindah.

Asha mendengar desas desus tersebut, namun tak ambil pusing karena dia tahu cerita yang sesungguhnya seperti apa. Sejak saat itu Asha sejenak menghindari Kafka, tak lagi ada bekal yang dia buat untuk Kafka. Tak lagi mengekori Kafka, bahkan ketika berpapasan Asha memilih untuk menunduk tanpa melihat Kafka sedikitpun.

Bukan tak mau tapi Asha ingat tentang perkataan ayahnya, saat ini Kafka mungkin sedang fokus belajar untuk persiapan ujian akhir dan ujian masuk universitas Stanford yang Asha tahu itu tidak mudah. Kejadian terahir kali sudah cukup membuat Asha lebih mengerti bahwa mungkin Kafka memang tidak suka kalau Asha mengganggunya, Kafka butuh ruang privasinya. Asha juga tidak mau membuat ke dua orang tuanya kembali khawatir jika cideranya kambuh.

Lain dengan Kafka yang ingin bicara dengan Asha namun setiap kali berpapasan dengan Asha yang terjadi adalah gengsinya yang selalu mengalahkan logikanya. Rasa kecewanya ditinggalkan Asha dan dua minggu dia tidak masuk sekolah juga tanpa kabar membuat Kafka tetap pada pendirian dengan ego dan gengsinya. Namun tak dapat di pungkiri bahwa dirinya merasa lega saat melihat Asha masuk sekolah lagi beberapa bulan ini.

Kafka menjalani ujian akhir sekolahnya, sementara Asha di waktu yang berbeda menjalani ujian kenaikan kelas. Kafka lulus dengan predikat siswa berprestasi sedangkan Asha sekarang naik kelas dua belas yang artinya sebentar lagi mereka akan kembali berpisah.

Kafka akan mengambil kedokteran di Stanford sekaligus mengambil spesialis bedah jantung di sana, itu berarti Kafka dan Asha tidak akan bertemu selama beberapa tahun. Sedangkan Asha masih abu-abu menentukan masa depannya antara bisnis di NUS atau langsung mengambil double degree di NUS.

"Congrats kak." Kafka refleks mundur hingga tubuhnya menempel pada tembok saat tanpa aba-aba Asha memiringkan kepalanya tepat di hadapan muka Kafka.

"Hmm .. trimakasih." Kafka menyentuh kening Asha dengan jari telunjuknya, mendorong kepala Asha menjauh dari wajahnya. Kemudian dia berlalu pergi dari hadapan Asha.

"Ish .. dasar cowok gengsian, awas saja nanti tiba-tiba jadi cogilnya aku." Asha berjalan kembali menuju kelasnya.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Pemberitahuan
3 Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4 Chapter 3. Bertemu Kembali
5 Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6 Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7 Chapter 6. Hati yang retak
8 Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9 Chapter 8. Awal mula benci
10 Chapter 9. Asha crayon Kafka
11 Chapter 10. Kembalinya Ashana
12 Chapter 11. Makan siang bersama
13 Chapter 12. Masalah baru
14 Chapter 13. Kesalah pahaman
15 Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16 Chapter 15. Kelulusan Kafka
17 Chapter 16. Makan malam
18 Chapter 17. Asha dan semestanya
19 Chapter 18. Harvard
20 Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21 Chapter 20. Indonesia
22 Chapter 21. Tidak antusias lagi
23 Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24 Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25 Chapter 24. Kehilangan
26 Chapter 25. Luka
27 Chapter 26. Stanford
28 Chapter 27. Salah paham lagi
29 Chapter 28. Asha kecelakaan
30 Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31 Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32 Chapter 31. Rion si overprotektif
33 Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34 Chapter 33. Penyesalan kafka
35 Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36 chapter 35. Key X Kafka satu team
37 Chapter 36. Sikap Profesional Key
38 Chapter 37. Sama-sama terluka
39 Chapter 38. Jangan Pulang
40 Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41 Chapter 40. Cincin di jari manis
42 Chapter 41. Kena Amukan Key
43 Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44 Chapter 43. Trauma
45 Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46 Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47 Chapter 46. Siapa Altezza
48 Chapter 47. Kafka marah
49 Chapter 48. A2R si kompor
50 Chapter 49. Kegagalan Kafka
51 Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52 Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53 Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54 Chapter 53. Menginap
55 Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56 Chapter 55. Baikan
57 Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58 Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59 Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60 Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61 Chapter 60. Masalah baru
62 Chapter 61. Dek Sha
63 Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64 Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65 Chapter 64. Alena
66 Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67 Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68 Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69 Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70 Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71 Chapter 70. Aku mau bayi kol
72 Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73 Chapter 72. Lita dkk berulah
74 Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75 Chapter 74. Key Marah
76 Chapter 75. Rion si bocah
77 Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78 Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79 Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80 Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81 Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82 Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83 Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84 Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85 Chapter 84. Penyesalan Argan
86 Chapter 85. I love you Ashana
87 Chapter 86. Tim K2 n A2R
88 Chapter 87. Couple A2
89 Chapter 88. Sarapan bersama tim
90 Chapter 89. Ajakan bulan madu
91 Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92 Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93 Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94 Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95 94. Will you marry me (Alena)
96 95. Pasar malam
97 96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98 97. Pacaran Halal
99 98. Puncak Bogor
100 Liburan singkat penuh arti
101 dokter Shanine
102 Suami dek Sha tersayang
103 Keputusan dokter Shanine
104 Ketrampilan tersembunyi Key
105 Karena mereka percaya kemampuanmu
106 Briefing
107 Key memimpin operasi
108 Perjuangan Key & tim
109 Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110 Obrolan Ringan dalam mobil
111 Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112 Sahabat saling menguatkan
113 Maaf. dia belum ada di sini
114 Dukungan Key untuk Amoora
115 Pernikahan Naren & Cia
116 Mensyukuri keterpaksaan
117 Key merajuk
118 test pack
119 Kabar bahagia
120 Manis tapi lebih manis dari gula
121 Biar kamu makin cinta
122 Pengganti es coklat
123 Dapat sepasang
124 Jatuh dari tangga
125 Istriku kenapa Van?
126 Keguguran
127 Datang untuk minta maaf
128 Berdua saling menguatkan
129 Sama-sama kehilangan
130 Permintaan maaf Lita
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Pemberitahuan
3
Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4
Chapter 3. Bertemu Kembali
5
Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6
Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7
Chapter 6. Hati yang retak
8
Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9
Chapter 8. Awal mula benci
10
Chapter 9. Asha crayon Kafka
11
Chapter 10. Kembalinya Ashana
12
Chapter 11. Makan siang bersama
13
Chapter 12. Masalah baru
14
Chapter 13. Kesalah pahaman
15
Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16
Chapter 15. Kelulusan Kafka
17
Chapter 16. Makan malam
18
Chapter 17. Asha dan semestanya
19
Chapter 18. Harvard
20
Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21
Chapter 20. Indonesia
22
Chapter 21. Tidak antusias lagi
23
Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24
Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25
Chapter 24. Kehilangan
26
Chapter 25. Luka
27
Chapter 26. Stanford
28
Chapter 27. Salah paham lagi
29
Chapter 28. Asha kecelakaan
30
Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31
Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32
Chapter 31. Rion si overprotektif
33
Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34
Chapter 33. Penyesalan kafka
35
Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36
chapter 35. Key X Kafka satu team
37
Chapter 36. Sikap Profesional Key
38
Chapter 37. Sama-sama terluka
39
Chapter 38. Jangan Pulang
40
Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41
Chapter 40. Cincin di jari manis
42
Chapter 41. Kena Amukan Key
43
Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44
Chapter 43. Trauma
45
Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46
Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47
Chapter 46. Siapa Altezza
48
Chapter 47. Kafka marah
49
Chapter 48. A2R si kompor
50
Chapter 49. Kegagalan Kafka
51
Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52
Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53
Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54
Chapter 53. Menginap
55
Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56
Chapter 55. Baikan
57
Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58
Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59
Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60
Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61
Chapter 60. Masalah baru
62
Chapter 61. Dek Sha
63
Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64
Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65
Chapter 64. Alena
66
Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67
Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68
Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69
Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70
Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71
Chapter 70. Aku mau bayi kol
72
Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73
Chapter 72. Lita dkk berulah
74
Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75
Chapter 74. Key Marah
76
Chapter 75. Rion si bocah
77
Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78
Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79
Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80
Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81
Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82
Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83
Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84
Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85
Chapter 84. Penyesalan Argan
86
Chapter 85. I love you Ashana
87
Chapter 86. Tim K2 n A2R
88
Chapter 87. Couple A2
89
Chapter 88. Sarapan bersama tim
90
Chapter 89. Ajakan bulan madu
91
Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92
Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93
Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94
Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95
94. Will you marry me (Alena)
96
95. Pasar malam
97
96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98
97. Pacaran Halal
99
98. Puncak Bogor
100
Liburan singkat penuh arti
101
dokter Shanine
102
Suami dek Sha tersayang
103
Keputusan dokter Shanine
104
Ketrampilan tersembunyi Key
105
Karena mereka percaya kemampuanmu
106
Briefing
107
Key memimpin operasi
108
Perjuangan Key & tim
109
Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110
Obrolan Ringan dalam mobil
111
Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112
Sahabat saling menguatkan
113
Maaf. dia belum ada di sini
114
Dukungan Key untuk Amoora
115
Pernikahan Naren & Cia
116
Mensyukuri keterpaksaan
117
Key merajuk
118
test pack
119
Kabar bahagia
120
Manis tapi lebih manis dari gula
121
Biar kamu makin cinta
122
Pengganti es coklat
123
Dapat sepasang
124
Jatuh dari tangga
125
Istriku kenapa Van?
126
Keguguran
127
Datang untuk minta maaf
128
Berdua saling menguatkan
129
Sama-sama kehilangan
130
Permintaan maaf Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!