Chapter 14. Hukuman dari bu eli

...Hari ini aku melihatnya terluka....

...Aku kehilangan binar mata indah itu dalam tatapan kosongnya....

...Aku pikir diriku sudah terbiasa tanpanya....

...Aku kira aku sudah tak lagi perduli tentangnya....

...Tapi nyatanya aku bimbang dalam ketidak berdayaan yang ku ciptakan sendiri....

...Aku yang bersembunyi dalam ego bertahtakan rasa kecewa....

...Aku yang terlalu pengecut untuk berkata aku merindukanmu Asha....

...Bodohnya aku tetap melanjutkan ke egoisanku...

...Mungkin sudah terlambat saat nanti aku menyadarinya....

...(Kafka Acacio Narendra)...

Bu Eli tetap pada keputusannya memberikan hukuman Asha lari sepuluh kali putaran, beliau membawa Asha ke lapangan basket. Kafka, Revan dan yang lainpun ikut kelapangan sementara Alena tetap di ruang kesehatan karena harus istirahat.

"Na, aku minta tolong hubungi bundaku. Bilang padanya aku dihukum lari karena difitnah mendorong siswa lain sampai pingsan. Aku tidak tahu diputaran berapa aku akan jatuh pingsan dan hanya bunda yang bisa menolongku." Nana mengangguk dan langsung menghubungi bunda Maira.

Maira bergegas menghubungi Malvin setelah mendapat telepon dari Nana, Malvin langsung bergegas menuju sekolah begitupun dengan Maira. Mereka tentu sangat khawatir pada Asha, selama enam tahun mereka berjuang untuk kesembuhan anak sulung mereka. Mereka tahu benar siapa putri mereka yang tidak mungkin melukai orang lain dengan sengaja sementara dia pernah merasakan beratnya berjuang untuk sembuh dari cidera.

Asha memulai hukumannya, dia hanya berjalan sedikit lebih cepat karena dia tahu jika dia lari maka bisa jadi usahanya selama satu tahun terakhir agar tidak lagi mengkonsumsi obat pereda nyeri benar-benar akan sia-sia.

"Asha, apa yang sedang kamu lakukan? Hukumanmu lari bukan berjalan, atau mau ditambah jadi dua puluh kali putaran?" Bu Eli memantau Asha dari pinggir lapangan bersama beberapa siswa termasuk Kafka dan Revan, sementara Nana dengan cemas mondar mandir menunggu kedatangan ayah dan bunda Asha.

Asha memutuskan untuk berlari dari pada menambah hukuman, dia tahu mungkin kurang dari satu kali putaran bisa saja dia jatuh pingsan.

"Ayah, bunda maafin Asha" Gadis itu bergumam dan tak terasa air matanya menetes mengingat semua perjuangannya bersama ayah, bunda dan kedua adiknya yang harus rela tinggal di Singapur demi kesembuhannya.

Tiba-tiba hati Kafka merasa perih saat melihat Asha dihukum, semua berkecamuk dalam kepalanya. Egonya, rasa marah, rasa sakit dan juga khawatir melihat Asha. Dalam ketidakmampuannya mencerna masalah satu-satu dengan akal yang benar, di sertai kebingungan terhadap bukti yang mengarah pada Asha membuatnya bimbang.

Benar yang Asha duga, belum sampai setengah putaran dia merasakan kakinya mulai kebas dengan rasa nyeri yang mulai menjalar dari jari jemari kaki kanannya menuju paha. Rasa sakit membuatnya berhenti berlari dengan tatapan mata yang kosong, perasaan Kafka menjadi tidak karuan mendapati tatapan kosong Asha.

Bu Eli meneriaki Asha agar segera melanjutkan hukumannya, tapi Asha sepertinya sudah ada pada kondisi setengah sadar. Kafka tiba-tiba berlari dari tempatnya berdiri menuju pojok kanan lapangan di mana saat itu Asha berhenti, setelah sebelumnya melihat gadis itu tersenyum dan akhirnya memejamkan mata dan tumbang di lapangan.

Semua yang ada di lapangan menjadi hening melihat Asha pingsan padahal belum sampai setengah putaran, ada salah satu siswa berkata bahwa selama ini Asha tidak pernah mengikuti olah raga lari karena suatu hal. Bu Eli baru ingat kepala sekolah pernah mengatakan bahwa ada seorang siswi pindahan yang ada perlakuan khusus karena ada satu dan lain hal terkait catatan medisnya. Apakah yang dimaksud adalah Asha? semua pertanyaan berputar di benaknya.

Kafka membawa Asha menuju ruang kesehatan dengan menggendongnya ala bridal style. Alena terkejut melihat Asha pingsan, rasa bersalah muncul dalam benaknya. Mungkikan dia salah mengenali orang yang telah mendorongnya, siswi itu sempat berlari setelah mendorongnya. Tapi Asha belum ada setengah putaran sudah pingsan.

Dokter nampak memeriksa Asha, saat ini yang bisa dia lakukan menunggu Asha siuman. Dokter sekolah tidak berani melakukan tindakan, dia harus memastikan lebih dulu apa yang membuat Asha pingsan.

Ayah dan bunda Asha sudah datang, mereka hendak mencari Asha ketika Nana memanggil dan membawa mereka menuju ruang kesehatan. Kafka terperanjat melihat orang tua Asha datang, Maira dengan tatapan pilu mengusap pipi putrinya yang masih belum sadar. Sementara Malvin berbicara dengan dokter sekolah agar tidak melakukan apapun sebelum Asha sadar, mereka baru bisa melakukan tindakan setelah Asha sadar.

Orang tua Asha menemui kepala sekolah untuk memastikan apa yang terjadi, sebelumnya mereka menitipkan Asha pada Nana juga Kafka.

"Nana, Kak Kafka bunda titip Asha. Kami harus menemui kepala sekolah dulu."

"Baik, tante." Jawab keduanya

Orang tua Asha bertemu dengan kepala sekolah, mendengarkan permasalahan yang terjadi antara putrinya dengan kakak tingkatnya. Maira menahan amarahnya saat melihat bu Eli yang sudah menghukum putrinya tanpa berdiskusi dahulu dengan kepala sekolah.

"Bu Aster bukannya setiap sudut sekolah ini ada cctv?" Bu Eli baru ingat kalau setiap sudut sekolah terpasang kamera cctv, dalam hati merutuki dirinya yang gegabah.

Mereka kemudian meminta pihak keamanan sekolah untuk memeriksa cctv yang ada di sekitar Lokasi kejadian, berharap semoga ada kebenaran yang di dapatkan. Malvin dan Maira tahu benar dan yakin putrinya tidak akan melakukan hal itu, bu Aster selaku kepala sekolah berusaha menenangkan kedua orang tua Asha.

Memang benar dari cctv terlihat siapa pelakunya, sepatu yang di pakainya sama persis dengan yang dipakai Asha hari itu. Dari bentuk tubuh bu Eli tahu benar siapa siswi tersebut, dia bukan Asha melainkan teman sekelas Asha yang bernama Gistara.

Asha sadar dari pingsannya, dia memanggil bundanya sambil merintih kesakitan, teriakan dan tangisnya terdengar menyayat hati. Dokter berusaha untuk menenangkannya, tidak juga bisa memberikannya obat apapun karena Asha semakin keras menangis dan merintih. Alena dan Nana tak kalah panik dan bingung melihat kondisi Asha.

Kafka semakin bingung mendapati Asha tiba-tiba seperti itu, dia mendekat hendak memeluknya namun ditampik Asha. Asha meringkuk, terus menerus memanggil bundanya dengan tatapan yang tak dapat di gambarkan oleh Kafka. Rasa bersalah mulai bergelut dalam kepalanya.

Nana berlari menuju ruang kepala sekolah dengan paniknya melihat kondisi temannya seperti itu, dia memang tidak tahu cerita sepenuhnya. Asha hanya pernah bercerita bahwa dia pernah mengalami cidera pada kaki lumayan parah. Nana meminta ijin untuk masuk kedalam ruangan.

"Om, tante. Asha sudah sadar, tapi dia terus menangis memanggil tante. Seperti merasa sangat kesakitan, dokter tidak berani memberinya obat apapun." Mereka berdua bergegas menuju ruang kesehatan untuk melihat kondisi Asha.

Maira mendekat pada Asha, memeluk dan mengusap dengan lembut punggung putrinya. Berusaha membuat tenang Asha dan mengambil obat dari tasnya.

"Kafka boleh tante minta tolong carikan air minum?"

"Kafka ambil dulu tan." Kafka menuju rak obat-obatan, biasanya selalu ada air mineral yang memang di sediakan di sana. Kemudian memberikannya pad bunda Maira.

"Terimakasih sayang."

"Sama-sama tante," Kafka melihat bunda Maira terlihat sedikit memaksa Asha untuk bisa menelan obatnya.

"Sayang, bunda mohon telan dulu ya obatnya" Sekuat tenaga Maira menahan air matanya, melihat putrinya yang kembali merasakan sakit membuatnya benar-benar ikut terluka.

"Sa .. sakit bun, sakit sekali bun." Dengan suara yang lirih dan tersendat serta napas yang tidak beraturan itulah kondisi Asha yang saat ini Kafka lihat.

Saat ini Asha sudah lebih tenang setelah Maira berhasil membuatnya menelan Naproxen, rasa nyeri yang di rasakan Asha mulai mereda setelah beberapa saat kemudian. Kafka keheranan untuk apa Asha minum obat anti inflamasi non-steroid (NSAIDs), dia tahu karena akhir-akhir ini sedang belajar ilmu kedokteran untuk persiapannya masuk jurusan kedokteran Standford.

Malvin meminta pak Maman untuk segera membawa mobil masuk ke dalam sekolah. Kafka melihat Malvin tampak menghubungi seseorang menggunakan bahasa inggris, dari raut wajahnya terlihat panik. Dia tidak bisa mendengar semua pembicaraan itu, hanya mendengar jika Asha membutuhkan pertolongan segera karena kembali mengalami sesuatu yang Kafka tidak terlalu dengar.

Malvin menggendong Asha menuju mobil bersama Maira, pak Maman diminta pulang dengan mobil yang tadi di kendarai Malvin. Kafka hanya diam membeku melihat semua hal yang baru saja terjadi, semua pertanyaan tentang apa yang terjadi pada Asha menyeruak dalam pikirannya.

Apakah kepergiannya enam tahun lalu berkaitan dengan hal tersebut, kafka tidak dapat menyimpulkan apapun. Mungki dia akan mendapatkan jawaban dari mamanya saat nanti pulang ke rumah.

Saat ini Asha di bawa terbang kembali ke SGH dengan jet pribadi orang tuanya, setelah sebelumnya Malvin menghubungi dokter Sahnaz yang tak lain adalah dokter Asha selama enam tahun terkahir. Asha kembali melakukan sejumlah tes kesahatan untuk memastikan kondisi cidera traumanya kambuh sampai tahap mana dan tindakan apa yang harus dia kembali jalani.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Pemberitahuan
3 Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4 Chapter 3. Bertemu Kembali
5 Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6 Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7 Chapter 6. Hati yang retak
8 Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9 Chapter 8. Awal mula benci
10 Chapter 9. Asha crayon Kafka
11 Chapter 10. Kembalinya Ashana
12 Chapter 11. Makan siang bersama
13 Chapter 12. Masalah baru
14 Chapter 13. Kesalah pahaman
15 Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16 Chapter 15. Kelulusan Kafka
17 Chapter 16. Makan malam
18 Chapter 17. Asha dan semestanya
19 Chapter 18. Harvard
20 Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21 Chapter 20. Indonesia
22 Chapter 21. Tidak antusias lagi
23 Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24 Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25 Chapter 24. Kehilangan
26 Chapter 25. Luka
27 Chapter 26. Stanford
28 Chapter 27. Salah paham lagi
29 Chapter 28. Asha kecelakaan
30 Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31 Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32 Chapter 31. Rion si overprotektif
33 Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34 Chapter 33. Penyesalan kafka
35 Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36 chapter 35. Key X Kafka satu team
37 Chapter 36. Sikap Profesional Key
38 Chapter 37. Sama-sama terluka
39 Chapter 38. Jangan Pulang
40 Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41 Chapter 40. Cincin di jari manis
42 Chapter 41. Kena Amukan Key
43 Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44 Chapter 43. Trauma
45 Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46 Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47 Chapter 46. Siapa Altezza
48 Chapter 47. Kafka marah
49 Chapter 48. A2R si kompor
50 Chapter 49. Kegagalan Kafka
51 Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52 Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53 Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54 Chapter 53. Menginap
55 Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56 Chapter 55. Baikan
57 Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58 Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59 Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60 Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61 Chapter 60. Masalah baru
62 Chapter 61. Dek Sha
63 Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64 Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65 Chapter 64. Alena
66 Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67 Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68 Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69 Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70 Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71 Chapter 70. Aku mau bayi kol
72 Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73 Chapter 72. Lita dkk berulah
74 Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75 Chapter 74. Key Marah
76 Chapter 75. Rion si bocah
77 Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78 Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79 Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80 Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81 Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82 Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83 Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84 Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85 Chapter 84. Penyesalan Argan
86 Chapter 85. I love you Ashana
87 Chapter 86. Tim K2 n A2R
88 Chapter 87. Couple A2
89 Chapter 88. Sarapan bersama tim
90 Chapter 89. Ajakan bulan madu
91 Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92 Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93 Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94 Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95 94. Will you marry me (Alena)
96 95. Pasar malam
97 96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98 97. Pacaran Halal
99 98. Puncak Bogor
100 Liburan singkat penuh arti
101 dokter Shanine
102 Suami dek Sha tersayang
103 Keputusan dokter Shanine
104 Ketrampilan tersembunyi Key
105 Karena mereka percaya kemampuanmu
106 Briefing
107 Key memimpin operasi
108 Perjuangan Key & tim
109 Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110 Obrolan Ringan dalam mobil
111 Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112 Sahabat saling menguatkan
113 Maaf. dia belum ada di sini
114 Dukungan Key untuk Amoora
115 Pernikahan Naren & Cia
116 Mensyukuri keterpaksaan
117 Key merajuk
118 test pack
119 Kabar bahagia
120 Manis tapi lebih manis dari gula
121 Biar kamu makin cinta
122 Pengganti es coklat
123 Dapat sepasang
124 Jatuh dari tangga
125 Istriku kenapa Van?
126 Keguguran
127 Datang untuk minta maaf
128 Berdua saling menguatkan
129 Sama-sama kehilangan
130 Permintaan maaf Lita
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Pemberitahuan
3
Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4
Chapter 3. Bertemu Kembali
5
Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6
Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7
Chapter 6. Hati yang retak
8
Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9
Chapter 8. Awal mula benci
10
Chapter 9. Asha crayon Kafka
11
Chapter 10. Kembalinya Ashana
12
Chapter 11. Makan siang bersama
13
Chapter 12. Masalah baru
14
Chapter 13. Kesalah pahaman
15
Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16
Chapter 15. Kelulusan Kafka
17
Chapter 16. Makan malam
18
Chapter 17. Asha dan semestanya
19
Chapter 18. Harvard
20
Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21
Chapter 20. Indonesia
22
Chapter 21. Tidak antusias lagi
23
Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24
Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25
Chapter 24. Kehilangan
26
Chapter 25. Luka
27
Chapter 26. Stanford
28
Chapter 27. Salah paham lagi
29
Chapter 28. Asha kecelakaan
30
Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31
Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32
Chapter 31. Rion si overprotektif
33
Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34
Chapter 33. Penyesalan kafka
35
Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36
chapter 35. Key X Kafka satu team
37
Chapter 36. Sikap Profesional Key
38
Chapter 37. Sama-sama terluka
39
Chapter 38. Jangan Pulang
40
Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41
Chapter 40. Cincin di jari manis
42
Chapter 41. Kena Amukan Key
43
Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44
Chapter 43. Trauma
45
Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46
Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47
Chapter 46. Siapa Altezza
48
Chapter 47. Kafka marah
49
Chapter 48. A2R si kompor
50
Chapter 49. Kegagalan Kafka
51
Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52
Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53
Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54
Chapter 53. Menginap
55
Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56
Chapter 55. Baikan
57
Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58
Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59
Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60
Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61
Chapter 60. Masalah baru
62
Chapter 61. Dek Sha
63
Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64
Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65
Chapter 64. Alena
66
Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67
Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68
Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69
Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70
Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71
Chapter 70. Aku mau bayi kol
72
Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73
Chapter 72. Lita dkk berulah
74
Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75
Chapter 74. Key Marah
76
Chapter 75. Rion si bocah
77
Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78
Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79
Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80
Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81
Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82
Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83
Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84
Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85
Chapter 84. Penyesalan Argan
86
Chapter 85. I love you Ashana
87
Chapter 86. Tim K2 n A2R
88
Chapter 87. Couple A2
89
Chapter 88. Sarapan bersama tim
90
Chapter 89. Ajakan bulan madu
91
Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92
Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93
Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94
Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95
94. Will you marry me (Alena)
96
95. Pasar malam
97
96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98
97. Pacaran Halal
99
98. Puncak Bogor
100
Liburan singkat penuh arti
101
dokter Shanine
102
Suami dek Sha tersayang
103
Keputusan dokter Shanine
104
Ketrampilan tersembunyi Key
105
Karena mereka percaya kemampuanmu
106
Briefing
107
Key memimpin operasi
108
Perjuangan Key & tim
109
Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110
Obrolan Ringan dalam mobil
111
Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112
Sahabat saling menguatkan
113
Maaf. dia belum ada di sini
114
Dukungan Key untuk Amoora
115
Pernikahan Naren & Cia
116
Mensyukuri keterpaksaan
117
Key merajuk
118
test pack
119
Kabar bahagia
120
Manis tapi lebih manis dari gula
121
Biar kamu makin cinta
122
Pengganti es coklat
123
Dapat sepasang
124
Jatuh dari tangga
125
Istriku kenapa Van?
126
Keguguran
127
Datang untuk minta maaf
128
Berdua saling menguatkan
129
Sama-sama kehilangan
130
Permintaan maaf Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!