Chapter 13. Kesalah pahaman

...Senyumku terhadapmu mulai pudar....

...Pelan tapi pasti menghilang tanpa sisa....

...Satu persatu ruang hampa dalam hatiku mulai terbuka....

...Tapi aku selalu menjadi bodoh jika itu tentangmu....

...Memintamu untuk mendekap hangat dengan penuh harap....

...(Ashan Keyra Zerrin)...

Asha sudah berada dalam mobil ayahnya, dia menurunkan kaca mobil untuk sejenak melihat pemandangan di luar. Tanpa sengaja dia memergoki Kafka dari kaca spion mobil sedang melihat kearahnya.

"Sayang, jangan lupa sabuk pengamannya." Malvin menjalankan mobilnya setelah memastikan putri sulungnya sudah mengenakan sabuk pengaman.

Asha menikmati setiap detik perjalanan dengan ayahnya hari itu, meskipun ayahnya sibuk namun dia tak pernah ke kurangan sosok ayah dalam setiap momentum hidupnya. Hanya saja untuk me time berdua memang sangat jarang, mengingat ayahnya yang sibuk dan mereka selalu pergi bersama keluarga lengkap. Malvin tidak langsung membawa Asha pulang, tapi mereka menuju PIM 1 lebih dulu untuk makan siang.

"Ayah, kakak mau pasta aja deh."

"Boleh sayang," ayah dan anak itu sudah berada di lantai satu PIM. Mereka menuju Nanny's Pavillon sebuah restoran dengan nuansa homey yang ada di lantai dua PIM.

Asha memilih menu green sausage pasta dengan minuman peach iced tea, Malvin dengan salmon baked rice dan iced americano. Mereka berbincang santai sembari menanti makanan mereka datang, Malvin mendengarkan dengan seksama setiap perkataan putrinya.

"Ayah, waktu itu ayah atau bunda yang jatuh cinta lebih dulu?" Asha mengulik kisah romansa masa lalu ayah dan bundanya.

"Sepertinya ayah yang lebih dulu suka sama bunda. Kami dulu bertemu pertama kali di Turki sayang, saat musim gugur. Ayah lebih dulu kembali ke Indonesia sementara bunda masih di Istanbul bersama mama Ze, bunda mengira tidak akan pernah bertemu lagi dengan ayah. Tapi rahasia takdir Allah itu indah sayang, ayah dan bunda akhirnya menikah dan lahir kakak, Cia dan Rion."

"Kak Kafka sepertinya benci Asha, yah." Malvin mengusap puncak kepala putrinya dengan lembut.

"Asha sudah tanya kak Kafka kenapa benci kamu nak?" Asha menggelengkan kepalanya.

"Asha hanya merasa kak Kafka selalu marah setiap kali Asha kasih bekal dan deket-deket dia," Malvin mencoba melihat dari cara pandang Asha maupun Kafka. Tentu setelah sebelumnya Maira menceritakan beberapa kejadian diantara mereka berdua.

"Sayang, kak Kafka mungkin tidak berniat seperti itu. Mungkin karena dia sudah kelas dua belas, seharusnya dia sedang fokus untuk ujian akhirnya. Mempersiapkan ujian masuk universitas itu tidak mudah, Asha harus lebih sabar menghadapi kak Kafka. Satu lagi pesan ayah, apapun yang Asha lalui selalu percaya kalau Allah selalu memberikan hal terbaik. Asha tidak bisa memaksakan siapapun untuk selalu bersama dan menyukai segala hal tentang Asha. Jika Asha sudah berusaha tapi hasilnya tetap sama, Asha hanya harus mengikhlaskan semuanya."

Asha mendengarkan semua perkataan ayahnya, mengingat setiap petuah yang ayahnya berikan hari itu. Benar, dia hanya harus berusaha lebih giat dan lebih bersabar lagi menghadapi Kafka. Jika memang suatu saat nanti dia harus berhenti maka dia tidak akan pernah menyesal karena setiap hal telah dia usahakan dengan sungguh-sungguh.

Ayah dan anak itu menikmati makan siang mereka hari itu, deep talk juga me time berdua dengan ayahnya di saat hatinya sedang resah adalah obat yang terbaik. Asha merasa lebih baik setelah mengutarakan semua hal yang sedang dia risaukan, kemudian mereka pulang kerumah

Satu minggu berlalu setelah kejadian siang itu, Asha tidak lagi mengekori Kafka saat pagi maupun saat pulang sekolah. Tapi dia masih tetap membuatkan bekal makan siang untuk Kafka, dia datang lebih awal dari sebelumnya. Memlilih menaruh bekal makan siangnya dalam laci meja Kafka sebelum semua anak kelas dua belas datang.

"Aku tidak akan berhenti sebelum kakak makan bekal buatanku." Asha menaruh note kecil diatas kotak bekalnya untuk Kafka.

Kafka menghela napas panjang melihat kotak bekal dengan tulisan diatasnya, satu minggu ini Asha memang tidak lagi mengekorinya. Tapi dia masih tetap membuatkan bekal makan siang dan selalu menaruhnya dalam laci mejanya, setelah kejadian siang itu Asha tidak terlalu menunjukkan dirinya di hadapan Kafka.

"Bekal lagi?" Revan baru datang dan melihat sahabatnya menghela napas, sudah pasti karena Asha.

"Mau Rev?" Kafka menyodorkan kotak bekal itu ke Revan.

"Gak usah, takut kena karma. Mending kamu makan deh, setelah itu Asha pasti gak akan buatin kamu bekal. Aku rasa dia sebenarnya tahu kalau bekal buatannya kamu kasih ke orang lain," Kafka menyimpan kotak bekal Asha karena jam pelajaran sudah mulai.

Kafka memikirkan perkataan Revan bahwa Asha dari awal tahu kalau dia tidak pernah makan bekal buatannya, mungkin itulah yang membuat Asha setiap hari jadi membuatkan bekal.

"Jam istirahat aku tunggu di dekat lapangan basket," Kafka mengirim pesan pada Asha. Kafka berpikir jika benar yang di katakan Revan, semua akan dia akhiri hari ini agar Asha tak lagi membuatkan bekal lagi.

"Oke," bibir Asha melengkung membentuk senyuman.

"Ih .. senyum-senyum sendiri, ada apa?" Nana heran dengan tingkah Asha yang tiba-tiba senyum-senyum.

"Kak Kafka nungguin aku di dekat lapangan basket nanti saat jam istirahat," Asha dan Nana kembali fokus pada pelajaran mereka.

Asha menghambur keluar kelas begitu jam istirahat tiba, dia berjalan santai dengan tenang karena memang dia tidak boleh lari mengingat cidera kakinya bisa kambuh. Saat menuju lapangan basket dia melihat Alena yang jatuh pingsan pada undakan tangga. Tidak memungkinkan untuknya memapah Alena sendirian, dia mencari pertolongan agar Alena bisa di bawa ke ruang kesehatan.

Bantuan datang dan mereka membawa Alena menuju ruang kesehatan, Asha juga ikut karena dia yang pertama menemukan Alena jatuh. Dia sadar setelah diperiksa dokter sekolah, beruntung tidak ada luka yang parah. Alena hanya mengalami lecet, dia pingsan karena syok tiba-tiba jatuh dari tangga.

Entah siapa yang melapor pada guru bahwa Alena jatuh karena di dorong seorang siswi. Saat guru datang dia sudah sadar, bu Eli menanyai siapa yang mendorongnya. Saat Alena mengatakan bahwa Asha yang mendorongnya sampai jatuh, Asha yang tadi menolongnya tapi dia yang malah jadi tertuduh.

"Asha, benar apa yang dikatakan Alena?"

"Tidak bu, bukan saya. Saya tadi mau kelapangan basket lalu melihat kak Alena pingsan, jadi saya minta tolong untuk membawa dia ke sini," Asha menjawab dengan cukup tenang karena memang dia tidak bersalah.

"Alena apa kamu yakin? yang kamu lihat adalah Asha?"

"Iya bu, saat itu saya lihat dia lari setelah mendorong saya. Tiba-tiba saya jatuh dan sebelum pingsan saya sempat melihat dia lari dan sepatunya sama dengan yang di pakai Asha saat ini."

Asha terkejut dengan pernyataan Alena, bagaimana mungkin dia lari-lari sedangkan dokter melarangnya. pihak sekolahpun sudah di beritahu oleh ayah dan bundanya dengan menunjukkan rekam medis dan riwayat kesehatan Asha. Walaupun hanya kepala sekolah dan guru olah raga yang mengetahu bahwa Asha tidak diijinkan mengikuti berbagai bentuk olah raga fisik yang berkaitan dengan kakinya. Asha masih dengan pendiriannya karena memang dia tidak bersalah, Nana yang mendengar itu langsung lari menuju ruang kesehatan sekolah.

Revan yang sedang berada di kantin mendengar anak-anak membicarakan tentang kejadian Asha mendorong Alena. Dia bergegas menuju Kafka yang ternyata masih menunggu Asha di dekat lapangn basket.

"Kaf Asha .. Asha katanya ngedorong Alena sampai jatuh di tangga dan pingsan. Mereka sekarang ada di ruang kesehatan." Kafka bangkit dari duduknya berlari menuju ruang kesehatan.

Nana sudah berada di ruang kesehatan memastikan Asha baik-baik saja, dia yakin Asha tidak mungkin melakukannya. Tapi keterangan dari Alena dengan bukti sepatu yang dipakai Asha membuatnya terpojok, meski begitu Asha tetap pada pendiriannya. Bu Eli memutuskan memberi hukuman pada Asha dengan lari sepuluh kali putaran di lapangan basket. Asha masih kekeh bahwa dia tidak bersalah, tapi tidak ada yang bisa membantunya saat ini karena bukti mengarah ke dia. Kafka dan Revan sampai di ruang kesehatan saat Asha masih berusaha membela dirinya.

"Saya tidak punya masalah dengan kak Alena bu, saya tidak punya alasan untuk melukainya."

"Kamu kan suka sama Kafka, bisa jadi kamu cemburu karena Alena dan Kafka dekat. Mereka juga tergabung dalam tim olimpiade yang sama dan satu kelas, kamu tiap hari selalu datang ke kelas dua belas meskipun Kafka sudah melarang." Asha mengepalkan kedua tangannya di samping menahan amarah terhadap salah satu kakak kelasnya.

"Kafka benar yang dikatakan Abel? Kamu sudah melarang Asha?" Kafka tak menduga dirinya ikut ditanyai sementara dia tidak tahu apa-apa. Sementara entah dari mana siswi lain muncul dan memperkeruh suasana, dia tiba-tiba mengatakan bahwa Asha hendak menuju lapangan menemui Kafka. Waktu dan kejadiannya sangat pas sekali saat Alena pingsan, mungkin setelah membuat Alena pingsan karena takut terjadi sesuatu akhirnya Asha miminta bantuan.

"Iya bu, memang saya sudah memintanya untuk tidak datang ke kelas."

"Alena kamu yakin kalau Asha yang mendorongmu?" setelah menjawab bu Eli, Kafka memastikan benarkah yang dilihat Alena adalah Asha.

"Aku yakin, karena aq sempat melihat sepatunya sebelum pingsan. Dia kemudian lari meninggalkanku, tapi aku tidak tahu kenapa dia tiba-tiba malah kembali menolongku. Sepatunya sama dengan yang dipakai Asha, Kaf kamu sudah mengenalku. Tidak mungkin aku berbohong, kita ada di tim yang sama dan selalu berdiskusi bersama dengan Revan juga." Asha tersenyum pilu melihat Kafka menatapnya dengan tatapan setengah curiga.

"Kenapa kamu melalukan itu Sha?" Hati Asha tersayat-sayat, tak pernah mengira Kafka mengatakan hal itu dari mulutnya.

"Kalau aku bilang aku tidak melakukannya apa kamu akan percaya kak? Kamu tidak bisa menjawabnya kan?" Asha tersenyum getir dengan sorot mata yang tajam menyembunyikan rasa sakit di balik ekspresinya.

Jika bisa dia ingin sekali segera berlari menjauh dari kerumunan orang di dalam ruangan itu, tatapan yang seolah menegaskan bahwa dia salah membuat harga dirinya semakin terluka. Terlebih Kafka yang dia harapkan dapat membantunya ternyata juga menatap curiga.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Pemberitahuan
3 Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4 Chapter 3. Bertemu Kembali
5 Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6 Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7 Chapter 6. Hati yang retak
8 Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9 Chapter 8. Awal mula benci
10 Chapter 9. Asha crayon Kafka
11 Chapter 10. Kembalinya Ashana
12 Chapter 11. Makan siang bersama
13 Chapter 12. Masalah baru
14 Chapter 13. Kesalah pahaman
15 Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16 Chapter 15. Kelulusan Kafka
17 Chapter 16. Makan malam
18 Chapter 17. Asha dan semestanya
19 Chapter 18. Harvard
20 Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21 Chapter 20. Indonesia
22 Chapter 21. Tidak antusias lagi
23 Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24 Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25 Chapter 24. Kehilangan
26 Chapter 25. Luka
27 Chapter 26. Stanford
28 Chapter 27. Salah paham lagi
29 Chapter 28. Asha kecelakaan
30 Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31 Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32 Chapter 31. Rion si overprotektif
33 Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34 Chapter 33. Penyesalan kafka
35 Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36 chapter 35. Key X Kafka satu team
37 Chapter 36. Sikap Profesional Key
38 Chapter 37. Sama-sama terluka
39 Chapter 38. Jangan Pulang
40 Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41 Chapter 40. Cincin di jari manis
42 Chapter 41. Kena Amukan Key
43 Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44 Chapter 43. Trauma
45 Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46 Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47 Chapter 46. Siapa Altezza
48 Chapter 47. Kafka marah
49 Chapter 48. A2R si kompor
50 Chapter 49. Kegagalan Kafka
51 Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52 Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53 Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54 Chapter 53. Menginap
55 Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56 Chapter 55. Baikan
57 Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58 Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59 Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60 Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61 Chapter 60. Masalah baru
62 Chapter 61. Dek Sha
63 Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64 Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65 Chapter 64. Alena
66 Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67 Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68 Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69 Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70 Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71 Chapter 70. Aku mau bayi kol
72 Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73 Chapter 72. Lita dkk berulah
74 Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75 Chapter 74. Key Marah
76 Chapter 75. Rion si bocah
77 Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78 Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79 Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80 Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81 Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82 Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83 Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84 Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85 Chapter 84. Penyesalan Argan
86 Chapter 85. I love you Ashana
87 Chapter 86. Tim K2 n A2R
88 Chapter 87. Couple A2
89 Chapter 88. Sarapan bersama tim
90 Chapter 89. Ajakan bulan madu
91 Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92 Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93 Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94 Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95 94. Will you marry me (Alena)
96 95. Pasar malam
97 96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98 97. Pacaran Halal
99 98. Puncak Bogor
100 Liburan singkat penuh arti
101 dokter Shanine
102 Suami dek Sha tersayang
103 Keputusan dokter Shanine
104 Ketrampilan tersembunyi Key
105 Karena mereka percaya kemampuanmu
106 Briefing
107 Key memimpin operasi
108 Perjuangan Key & tim
109 Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110 Obrolan Ringan dalam mobil
111 Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112 Sahabat saling menguatkan
113 Maaf. dia belum ada di sini
114 Dukungan Key untuk Amoora
115 Pernikahan Naren & Cia
116 Mensyukuri keterpaksaan
117 Key merajuk
118 test pack
119 Kabar bahagia
120 Manis tapi lebih manis dari gula
121 Biar kamu makin cinta
122 Pengganti es coklat
123 Dapat sepasang
124 Jatuh dari tangga
125 Istriku kenapa Van?
126 Keguguran
127 Datang untuk minta maaf
128 Berdua saling menguatkan
129 Sama-sama kehilangan
130 Permintaan maaf Lita
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Pemberitahuan
3
Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4
Chapter 3. Bertemu Kembali
5
Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6
Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7
Chapter 6. Hati yang retak
8
Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9
Chapter 8. Awal mula benci
10
Chapter 9. Asha crayon Kafka
11
Chapter 10. Kembalinya Ashana
12
Chapter 11. Makan siang bersama
13
Chapter 12. Masalah baru
14
Chapter 13. Kesalah pahaman
15
Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16
Chapter 15. Kelulusan Kafka
17
Chapter 16. Makan malam
18
Chapter 17. Asha dan semestanya
19
Chapter 18. Harvard
20
Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21
Chapter 20. Indonesia
22
Chapter 21. Tidak antusias lagi
23
Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24
Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25
Chapter 24. Kehilangan
26
Chapter 25. Luka
27
Chapter 26. Stanford
28
Chapter 27. Salah paham lagi
29
Chapter 28. Asha kecelakaan
30
Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31
Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32
Chapter 31. Rion si overprotektif
33
Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34
Chapter 33. Penyesalan kafka
35
Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36
chapter 35. Key X Kafka satu team
37
Chapter 36. Sikap Profesional Key
38
Chapter 37. Sama-sama terluka
39
Chapter 38. Jangan Pulang
40
Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41
Chapter 40. Cincin di jari manis
42
Chapter 41. Kena Amukan Key
43
Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44
Chapter 43. Trauma
45
Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46
Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47
Chapter 46. Siapa Altezza
48
Chapter 47. Kafka marah
49
Chapter 48. A2R si kompor
50
Chapter 49. Kegagalan Kafka
51
Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52
Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53
Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54
Chapter 53. Menginap
55
Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56
Chapter 55. Baikan
57
Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58
Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59
Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60
Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61
Chapter 60. Masalah baru
62
Chapter 61. Dek Sha
63
Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64
Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65
Chapter 64. Alena
66
Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67
Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68
Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69
Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70
Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71
Chapter 70. Aku mau bayi kol
72
Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73
Chapter 72. Lita dkk berulah
74
Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75
Chapter 74. Key Marah
76
Chapter 75. Rion si bocah
77
Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78
Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79
Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80
Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81
Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82
Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83
Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84
Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85
Chapter 84. Penyesalan Argan
86
Chapter 85. I love you Ashana
87
Chapter 86. Tim K2 n A2R
88
Chapter 87. Couple A2
89
Chapter 88. Sarapan bersama tim
90
Chapter 89. Ajakan bulan madu
91
Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92
Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93
Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94
Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95
94. Will you marry me (Alena)
96
95. Pasar malam
97
96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98
97. Pacaran Halal
99
98. Puncak Bogor
100
Liburan singkat penuh arti
101
dokter Shanine
102
Suami dek Sha tersayang
103
Keputusan dokter Shanine
104
Ketrampilan tersembunyi Key
105
Karena mereka percaya kemampuanmu
106
Briefing
107
Key memimpin operasi
108
Perjuangan Key & tim
109
Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110
Obrolan Ringan dalam mobil
111
Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112
Sahabat saling menguatkan
113
Maaf. dia belum ada di sini
114
Dukungan Key untuk Amoora
115
Pernikahan Naren & Cia
116
Mensyukuri keterpaksaan
117
Key merajuk
118
test pack
119
Kabar bahagia
120
Manis tapi lebih manis dari gula
121
Biar kamu makin cinta
122
Pengganti es coklat
123
Dapat sepasang
124
Jatuh dari tangga
125
Istriku kenapa Van?
126
Keguguran
127
Datang untuk minta maaf
128
Berdua saling menguatkan
129
Sama-sama kehilangan
130
Permintaan maaf Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!