Chapter 12. Masalah baru

...Ingin aku berlari kearahmu....

...Mendekapmu setelah sekian lama kamu menghilang tanpa jejak....

...Sayangnya rasa takutku dan egoku lebih besar....

...Rasa kecewa atas kepergianmu tanpa pamit....

...Rasa takut kehilangan....

...Rasa takut ditinggalkan kembali. ...

...(Kafka Acacio Narendra)...

Beberapa bulan berlalu dari saat mereka makan siang bersama, semenjak itulah Asha setiap hari mulai membuatkan bekal makan siang untuk Kafka. Kafka saat ini sedang mempersiapkan ujian masuk universitas, meskipun dia berprestasi tapi salah satu impiannya adalah bisa masuk Stanford jadi dia harus ekstra belajar. Apalagi jurusan yang dia inginkan adalah sekolah kedokteran, dia benar – benar fokus dengan pendidikannya saat ini.

Kafka cukup populer di sekolahnya, dia adalah mantan kapten tim basket dan juga salah satu siswa dengan segudang prestasi akademik. Dia berjuang untuk bisa masuk universitas impiannya di Stanford, saat ini dia sedang giat-giatnya belajar agar bisa lulus dengan nilai yang baik. Mempersiapkan seleksi beasiswa luar negerinya, tidak berbeda dengan Asha yang sebenarnya juga siswi berprestasi saat di Singapur. Namun ketika dia pindah ke Indonesia dia tidak terlalu memperlihatkan prestasinya, dia hanya ingin menikmati hari-harinya menjadi siswi sekolah biasa tanpa menonjolkan kecerdasannya.

Hari itu Asha datang ke kelas Kafka yang ada di lantai dua ditemani Nana salah satu temannya, Asha membuatkan bekal makan siang untuk Kafka seperti biasanya.

"Sha, aku tunggu di sini ya?" Nana masih saja enggan masuk ke kelas 12-3 meskipun setiap hari sudah sering ke sana menemani temannya itu.

"Oke. Aku kasih ini ke kak Kafka dulu," Asha melangkah masuk dengan tenangnya, sedangkan Nana berada di luar menunggu Asha.

Tidak perduli dengan tatapan anak-anak kelas dua belas, dia tetap berlalu mendekat pada meja Kafka yang saat itu sedang ngobrol santai dengan Revan teman sebangkunya. Kafka tidak menyadari kedatangan Asha sampai Revan menyenggol lenganya sambil menggerakkan kepalanya mengode Kafka.

"Kak Kafka," seperti biasa dia sudah tau siapa pemilik suara itu. Kafka sudah jenuh juga melarang Asha untuk tidak membuatkannya makan siang, tapi siapa yang bisa melarang gadis itu.

"Ada apa?" tetap dengan nada ketus menjawab panggilan Asha.

"Aku Cuma mau kasih ini, hari ini aku buatin pasta. Jangan lupa dimakan, bye Asha kembali ke kelas dulu. Harus dimakan!" gadis remaja lainnya nampak memperhatikan dari jarak pandang yang tidak terlalu jauh, dalam hati dia berkata (berani sekali dia godain Kafka).

Seperti biasa Kafka hanya diam tak sepatah katapun keluar dari mulutnya untuk sekedar menanggapi ucapan Asha. Dia menghela napas panjang setelah Asha tak lagi terlihat dari jarak pandangnya. Di bukanya bekal buatan Asha, pasta dengan saus bayam yang tampak menggoda selera. Kafka tak pernah menyentuh bekal yang di buatkan Asha dan selalu di berikan pada temannya.

"Kaf, yakin tu pasta di kasih ke orang lain? Dia bikin buat kamu padahal," Revan nampak heran dan mencoba mengingatkan sahabatnya itu.

"Hmm ... aku tidak minta di buatkan bekal juga," jawab Kafka tanpa rasa bersalah.

Revan menggelengkan kepalanya, dasar memang sahabatnya itu selain populer dan punya banyak prestasi hanya satu minesnya dia selalu bersikap dingin pada siapapun. Revan sudah mengenal Kafka semenjak pertama kali menjadi siswa di JIS dan selama tiga tahun mereka selalu satu kelas.

Siang itu beberapa anak kelas dua belas sudah selesai ujian praktek, beberapa memilih untuk bermain basket tak terkecuali Kafka. Beberapa anak mulai berdatangan untuk melihat mereka saat jam istirahat berbunyi. Seperti biasa Asha mau ke kelas Kafka tapi di hentikan oleh Nana.

"Sha gak usah ke kelas dua belas, crush lu tu lagi main basket di lapangan." Nana menarik tangan Asha untuk mengikutinya ke lapangan.

"Tumben banget pada main basket?"

"Kelas dua belas kan hari ini ada ujian praktek, karena sudah selesai jadi beberapa pilih main bakset," mereka berjalan menuju lapangan yang sudah ada banyak siswa-siwa melihat permainan basket kelas dua belas.

Bagaimana tidak ramai kalau di sana ada mantan kapten tim basket dua tahun berturut-turut bersama timnya yang tampan. Kafka dan Revan adalah mantan tim basket yang sangat populer, banyak yang mendekati mereka tidak hanya teman seangkatan tapi juga adik-adik kelas mereka.

Asha dan Nana sampai di lapangan melihat permainan basket Kafka dan yang lainnya, setiap kali Kafka atau Revan mendapatkan poin siswi-siswi pasti bersorak. Ada beberapa adik kelas maupun kakak kelas yang tampak melihat Asha dengan sinis, semua sudah tahu tentang Asha yang selalu datang untuk memberikan bekal pada Kafka.

"Kak Kafka semangat," beberapa siswi memandang ke sumber suara dengan tatapan tidak suka, sementara si pemilik suara tetap acuh dan meneruskan teriakannya.

"Ada cegilnya Kafka tu, ha .. ha .. ha," yang diikuti gelak tawa anak-anak yang sedang bermain di lapangan basket.

"Bisa diam gak?" Kafka melemparkan bola mengenai tangan Revan, kemudian mereka melanjutkan permainan sampai selesai.

Asha berjalan menuju ke tempat Kafka dan teman-temannya istirahat setelah selesai main basket, tiba-tiba ada beberapa orang menghadangnya.

"Jadi kamu yang namanya Asha? Berani juga ya tiap hari godain Kafka. sok-sokan buatin bekal segala," mereka adalah siswi-siswi kelas dua belas, ada juga kelas sebelas dan sepuluh. Mungkin mereka adalah penggemarnya Kafka yang penasaran dengan Asha, karena tiap hari dia datang ke kelas 12-3 memberi Kafka bekal.

"Maaf, siapa ya? Permisi aku mau lewat kak," Asha berusaha untuk lewat dan tidak mau menimbulkan masalah. Sementara Nana langsung mencari Kafka untuk minta bantuan karena dia tahu hanya Kafka yang bisa menghentikan siswi-siswi itu.

"Jangan dekati Kafka lagi atau kamu tahu akibatnya." seorang siswi dari samping mengambil kotak bekal dari tangan Asha dan membuangnya ke tanah.

Kepala Asha menggeleng pelan, rahangnya mengeras sementara matanya mulai menyipit tajam, memancarkan amarah yang dia tahan dengan penuh usaha. Tidak ingin menimbukan masalah mengingat dia adalah siswi pindahan, Asha berjongkok mengambil kotak bekalnya yang berserakan.

"Kalian gak ada kerjaan atau gimana? Sana bubar, mau diaduin ke kepala sekolah?" Alena menghentikan ulah siswi-siswi tadi, dia adalah teman sekelas Kafka dan termasuk akrab dengan Kafka dan Revan. Banyak yang bilang Alena dan Kafka itu couple goals, sama-sama cerdas dan memang dari kelas sepuluh sudah sering ikut olimpiade bersama Kafka dan Revan.

"Makasih kak," Asha berdiri setelah mengambil kotak bekalnya yang berserakan dan berterima kasih pada Alena dan beberapa temannya karena sudah membantu.

Di sisi lain Nana dengan napas yang terengah-engah menemui Kafka, di situ masih ada Revan yang tampak sedang minum.

"Kak bisa tolong ke sana sebentar? Asha, dia dicegat beberapa anak perempuan. Mereka sepertinya penggemar anak basket," Revan yang melihat Nana ngos-ngosan menawarkan minuman namun ditolaknya.

"Apa urusannya sama aku?" Kafka masih dengan santai menenggak minumannya sampai tandas.

"Dasar ente bahl*l Kaf. Kamu yang bisa menghentikan mereka, pasti mereka penasaran dengan Asha yang buatin kamu bekal tiap hari." Nana menganggukkan kepala menyetujui perkataan Revan.

"Ayo, ke sana." Kafka bangun dari duduknya bersama Revan dan Nana, mereka pergi ke tempat Asha di hadang anak-anak tadi.

Asha masih berdiri di tempatnya bersama Alena dan juga beberapa teman Alena. Mereka tampak masih berbicara saat Kafka dari arah belakang menuju mereka.

"Asha kamu tahu kalau Alena dan Kafka dekat dari kelas sepuluh?" salah satu teman Alena yang mengatakan hal itu, Asha seolah tahu arah pembicaraan mereka akan ke mana. Namun Asha tetap masih berusaha dengan tenang menjawab mereka.

"Aku siswi pindahan belum lama kak. Jadi aku kurang tahu," perkataan mereka pelan namun mengintimidasi. Itu yang di rasakan Asha saat ini.

"Mereka itu sebenarnya udah jadian. Tapi sepakat gak mau publish, biar tidak terjadi seperti yang kamu alami tadi. Iya kan, Al?" Alena yang ditanya hanya menyunggingkan senyum.

"Selama ini bekal yang kamu buat tidak pernah dia makan. Kafka selalu memberikan bekal buatanmu pada teman-temannya. Bukankah itu sudah menunjukkan kalau dia ingin menghargai Alena sebagai orang yang spesial meskipun cuma teman dekat mereka yang tahu."

Asha masih tetap tenang menanggapi mereka semua, sampai dia sadar Kafka sudah berada di belakang Alena beberapa saat. Harusnya dia mendengar apa yang di katakan teman-teman Alena, yang ada di benak Asha saat ini Kafka harusnya menyanggah apa yang mereka katakan jika memang itu tidak benar. Tapi sebaliknya Kafka hanya diam memperhatikan sampai Asha bertanya padanya.

"Benar begitu kak?" Mereka semua terkejut dan menoleh ke belakang, terlihat raut wajah khawatir mereka saat tahu Kafka sudah di sana.

"Jam pelajaran sudah dimulai Sha, masuk kelas sana. Jangan sampai kamu dan temanmu di hukum karena telat ikut Pelajaran." Kafka membalik badannya hendak pergi, Alena dan teman-temannya hanya diam membeku.

"Kakak belum jawab pertanyaanku. Aku tidak akan pergi sebelum kak Kafka menjawabnya," Asha kekeh dengan yang di katakannya, sementara wajah Alena sedikit pucat menanti jawaban Kafka.

"Kamu butuh jawaban apa? Anggap saja itu benar. Oh, satu lagi sudah pernah aku katakan jangan buatkan bekal untukku. Tapi kamu selalu keras kepala Sha," Kafka melihat sebentar ekspresi Asha sebelum dia pergi. Tanpa mereka semua sadari ada seseorang yang memperhatikan tidak jauh dari tempat mereka.

Asha tersenyum miris, dia memejamkan matanya sejenak. Bibirnya terkatup rapat, seolah menahan gelombang perasaan yang mengoyak dari dalam sebelum akhirnya dia berlalu pergi tanpa sepatah katapun. Nana berjalan mengekori di belakang tanpa berani bertanya sedikitpun, mereka berjalan masuk menuju kelas.

Revan merasa kasihan melihat ekspresi Asha, ingin rasanya dia pukul Kafka. Haruskah bersikap seperti itu pada Asha, meskipun Revan tahu kisah di balik Kafka bersikap seperti itu padanya. Dia juga membiarkan begitu saja perkataan Alena dan teman-temannya, padahal tidak semua yang mereka katakan adalah benar.

Berbeda dengan hari biasanya, Asha biasanya mengekori atau menunggu Kafka ketika pulang sekolah. Setelah kejadian tadi siang dia tidak menunggu Kafka turun dari kelasnya, Asha nampak berjalan lebih cepat dari biasanya dan Kafka melihat itu.

"Nana aku duluan ya?"

"He em .. hati-hati Sha," Nana tahu saat ini Asha sedang sedih, setelah kejadian tadi bahkan dia hanya diam di kelas dan dia mengirim pesan minta di jemput ayahnya, tidak mau di jemput yang lain.

"Ayah." Asha melambaikan tangannya saat melihat Malvin sudah menunggunya di pos satpam, Asha mempercepat langkahnya hampir sedikit berlari sampai ayahnya mengingatkannya.

"No .. no .. no Ashana Keyra Zerrin no lari-lari sayang," Asha tidak perduli dengan peringatan ayahnya. Dia terus berjalan dengan cepat dan menghambur ke pelukan ayahnya. Malvin paham ketika putri sulungnya itu sudah bertingkah seperti ini, sudah pasti dia melalui hari yang tidak baik.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Pemberitahuan
3 Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4 Chapter 3. Bertemu Kembali
5 Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6 Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7 Chapter 6. Hati yang retak
8 Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9 Chapter 8. Awal mula benci
10 Chapter 9. Asha crayon Kafka
11 Chapter 10. Kembalinya Ashana
12 Chapter 11. Makan siang bersama
13 Chapter 12. Masalah baru
14 Chapter 13. Kesalah pahaman
15 Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16 Chapter 15. Kelulusan Kafka
17 Chapter 16. Makan malam
18 Chapter 17. Asha dan semestanya
19 Chapter 18. Harvard
20 Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21 Chapter 20. Indonesia
22 Chapter 21. Tidak antusias lagi
23 Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24 Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25 Chapter 24. Kehilangan
26 Chapter 25. Luka
27 Chapter 26. Stanford
28 Chapter 27. Salah paham lagi
29 Chapter 28. Asha kecelakaan
30 Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31 Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32 Chapter 31. Rion si overprotektif
33 Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34 Chapter 33. Penyesalan kafka
35 Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36 chapter 35. Key X Kafka satu team
37 Chapter 36. Sikap Profesional Key
38 Chapter 37. Sama-sama terluka
39 Chapter 38. Jangan Pulang
40 Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41 Chapter 40. Cincin di jari manis
42 Chapter 41. Kena Amukan Key
43 Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44 Chapter 43. Trauma
45 Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46 Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47 Chapter 46. Siapa Altezza
48 Chapter 47. Kafka marah
49 Chapter 48. A2R si kompor
50 Chapter 49. Kegagalan Kafka
51 Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52 Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53 Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54 Chapter 53. Menginap
55 Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56 Chapter 55. Baikan
57 Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58 Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59 Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60 Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61 Chapter 60. Masalah baru
62 Chapter 61. Dek Sha
63 Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64 Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65 Chapter 64. Alena
66 Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67 Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68 Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69 Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70 Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71 Chapter 70. Aku mau bayi kol
72 Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73 Chapter 72. Lita dkk berulah
74 Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75 Chapter 74. Key Marah
76 Chapter 75. Rion si bocah
77 Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78 Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79 Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80 Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81 Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82 Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83 Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84 Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85 Chapter 84. Penyesalan Argan
86 Chapter 85. I love you Ashana
87 Chapter 86. Tim K2 n A2R
88 Chapter 87. Couple A2
89 Chapter 88. Sarapan bersama tim
90 Chapter 89. Ajakan bulan madu
91 Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92 Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93 Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94 Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95 94. Will you marry me (Alena)
96 95. Pasar malam
97 96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98 97. Pacaran Halal
99 98. Puncak Bogor
100 Liburan singkat penuh arti
101 dokter Shanine
102 Suami dek Sha tersayang
103 Keputusan dokter Shanine
104 Ketrampilan tersembunyi Key
105 Karena mereka percaya kemampuanmu
106 Briefing
107 Key memimpin operasi
108 Perjuangan Key & tim
109 Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110 Obrolan Ringan dalam mobil
111 Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112 Sahabat saling menguatkan
113 Maaf. dia belum ada di sini
114 Dukungan Key untuk Amoora
115 Pernikahan Naren & Cia
116 Mensyukuri keterpaksaan
117 Key merajuk
118 test pack
119 Kabar bahagia
120 Manis tapi lebih manis dari gula
121 Biar kamu makin cinta
122 Pengganti es coklat
123 Dapat sepasang
124 Jatuh dari tangga
125 Istriku kenapa Van?
126 Keguguran
127 Datang untuk minta maaf
128 Berdua saling menguatkan
129 Sama-sama kehilangan
130 Permintaan maaf Lita
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Pemberitahuan
3
Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4
Chapter 3. Bertemu Kembali
5
Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6
Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7
Chapter 6. Hati yang retak
8
Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9
Chapter 8. Awal mula benci
10
Chapter 9. Asha crayon Kafka
11
Chapter 10. Kembalinya Ashana
12
Chapter 11. Makan siang bersama
13
Chapter 12. Masalah baru
14
Chapter 13. Kesalah pahaman
15
Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16
Chapter 15. Kelulusan Kafka
17
Chapter 16. Makan malam
18
Chapter 17. Asha dan semestanya
19
Chapter 18. Harvard
20
Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21
Chapter 20. Indonesia
22
Chapter 21. Tidak antusias lagi
23
Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24
Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25
Chapter 24. Kehilangan
26
Chapter 25. Luka
27
Chapter 26. Stanford
28
Chapter 27. Salah paham lagi
29
Chapter 28. Asha kecelakaan
30
Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31
Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32
Chapter 31. Rion si overprotektif
33
Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34
Chapter 33. Penyesalan kafka
35
Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36
chapter 35. Key X Kafka satu team
37
Chapter 36. Sikap Profesional Key
38
Chapter 37. Sama-sama terluka
39
Chapter 38. Jangan Pulang
40
Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41
Chapter 40. Cincin di jari manis
42
Chapter 41. Kena Amukan Key
43
Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44
Chapter 43. Trauma
45
Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46
Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47
Chapter 46. Siapa Altezza
48
Chapter 47. Kafka marah
49
Chapter 48. A2R si kompor
50
Chapter 49. Kegagalan Kafka
51
Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52
Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53
Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54
Chapter 53. Menginap
55
Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56
Chapter 55. Baikan
57
Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58
Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59
Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60
Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61
Chapter 60. Masalah baru
62
Chapter 61. Dek Sha
63
Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64
Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65
Chapter 64. Alena
66
Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67
Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68
Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69
Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70
Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71
Chapter 70. Aku mau bayi kol
72
Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73
Chapter 72. Lita dkk berulah
74
Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75
Chapter 74. Key Marah
76
Chapter 75. Rion si bocah
77
Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78
Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79
Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80
Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81
Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82
Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83
Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84
Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85
Chapter 84. Penyesalan Argan
86
Chapter 85. I love you Ashana
87
Chapter 86. Tim K2 n A2R
88
Chapter 87. Couple A2
89
Chapter 88. Sarapan bersama tim
90
Chapter 89. Ajakan bulan madu
91
Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92
Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93
Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94
Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95
94. Will you marry me (Alena)
96
95. Pasar malam
97
96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98
97. Pacaran Halal
99
98. Puncak Bogor
100
Liburan singkat penuh arti
101
dokter Shanine
102
Suami dek Sha tersayang
103
Keputusan dokter Shanine
104
Ketrampilan tersembunyi Key
105
Karena mereka percaya kemampuanmu
106
Briefing
107
Key memimpin operasi
108
Perjuangan Key & tim
109
Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110
Obrolan Ringan dalam mobil
111
Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112
Sahabat saling menguatkan
113
Maaf. dia belum ada di sini
114
Dukungan Key untuk Amoora
115
Pernikahan Naren & Cia
116
Mensyukuri keterpaksaan
117
Key merajuk
118
test pack
119
Kabar bahagia
120
Manis tapi lebih manis dari gula
121
Biar kamu makin cinta
122
Pengganti es coklat
123
Dapat sepasang
124
Jatuh dari tangga
125
Istriku kenapa Van?
126
Keguguran
127
Datang untuk minta maaf
128
Berdua saling menguatkan
129
Sama-sama kehilangan
130
Permintaan maaf Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!