Chapter 11. Makan siang bersama

... Jika ada hari yang kunantikan, itu adalah hari pertemuan denganmu....

...Hari di mana ingin kulihat kembali tatapan hangatmu padaku....

...Aku telah jatuh sejatuh jatuhnya mengagumimu....

...Tanpa tapi aku berjuang meluluhkanmu kembali....

...(Ashana Keyra Zerrin)...

Sudah satu minggu dari pertama Asha dan Kafka bertemu, Asha selalu menunggu Kakfa di pos satpam sebelum dia masuk kelas. Sebelumnya dia pastikan jam berapa Kafka sampai sekolah, agar Asha bisa datang lebih awal dan menunggunya di pos satpam. Kafka hanya mengendarai motor sportnya setiap hari senin, untuk hari-hari lain dia diantar supir setelah mengantar kan Naren lebih dulu ke sekolahnya.

Beberapa hari ini Asha selalu menunggu sampai Kafka datang maupun pulang, dia akan berjalan dibelakangnya atau kadang mensejajarkan jalannya dengan Kafka. Selalu mengekori Kafka dan hanya akan berhenti ketika dia sudah sampai di kelas atau gerbang sekolah. Sikap Kafka masih tetap dingin, cuek dan masih belum mau bicara dengan Asha. Menyerah? Tentu saja tidak, Asha tidak mungkin menyerah kalau itu tentang Kafka Acacio Narendra yang menjadi cinta masa kecilnya sampai saat ini.

"Kak, serius nih? Masih gak mau ngomong sama aku?" Kafka tetap berjalan seolah tak perduli dengan Asha yang masih mengekorinya dari belakang. Saat ini mereka berjalan menuju gerbang sekolah untuk menunggu jemputan masing-masing karena jam sekolah sudah usai.

Kafka berjalan masuk ke mobil pak Ali yang tak lain adalah supir keluarganya, mereka sudah siap untuk berlalu pergi saat Tiara menelpon pak Ali. "Baik bu Tiara," Kafka tahu mamanya yang menelpon lantas bertanya pada supirnya.

"Kenapa pak?" Kafka bingung melihat pak Ali membuka kaca mobil lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling pos satpam.

"Mas, yang namanya mbak Asha yang mana?" Kafka sontak semakin bingung kenapa pak Ali menanyakan Asha.

Pak Ali menceritakan pada Kafka bahwa Tiara memintanya mengantarkan Asha pulang. Supir keluarganya belum bisa menjemput karena mendapat tugas dari ayah Asha untuk menjemput rekan bisnisnya dari bandara. Sementara bundanya sedang menjemput Cia dan Rion yang tak lain adalah adik Asha.

Maira saat ini sedang bersama dengan Tiara yang juga menjemput Naren, saat ingat kalau Kafka satu sekolah dengan Asha dia langsung minta tolong pada sahabatnya. Tiara dengan senang hati mengiyakan permintaan Maira dan langsung menghubungi pak Ali sebelum dia dan putranya meninggalkan sekolah.

"Mbak Asha tidak membawa ponsel mas, mau menghubunginya juga tidak bisa." Kafka turun dari mobilnya menuju Asha yang masih berdiri di pos satpam, Asha yang sedang melamun sambil menikmati musik dengan airpodsnya tidak menyadari kedatangan Kafka.

"Asha ... Sha .. Ashaa." Kafka langsung menarik tangan Asha karena dia tidak mendengarkan Kafka memanggilnya. Kafka membawanya agar berjalan mengikutinya, Asha tersentak kaget dengan tindakan Kafka yang tiba-tiba itu.

"Kak, kak Kafka mau bawa aku kemana?" Asha sedikit terhuyung karena tidak bisa mengimbangi langkah Kafka yang cepat.

"Makanya jangan melamun, biar denger kalau di panggil. Masuk, duduk di sebelah sana. Jangan dekat-dekat," Asha masih bingung kenapa Kafka menariknya masuk ke mobil.

"Oh, mau ngajakin aku pulang bareng ya? Dulu kita juga suka pulang sekolah bareng, kakak masih ingat kan?" Asha sudah duduk di belakang supir sambil mengoceh mengenang masa kecilnya dulu bersama Kafka. Sementara Kafka merasa kesal karena harus satu mobil dengan Asha.

"Mama yang minta nganter kamu pulang, supirmu tidak bisa jemput," singkat, padat dan jelas itulah yang diucapkan Kafka.

"Gak apa-apa, yang penting bisa pulang bareng kak Kafka," Asha dengan antusias ingin bertanya banyak hal pada Kafka namum gadis itu mengurungkan niatnya setelah mendengar ucapan Kafka.

"Kamu gak cuma ngrepotin tapi berisik banget Sha, bisa diem gak sih?" Kafka menyandarkan kepalanya pada kursi mobil, dia mulai tidur agar tak perlu menanggapi pembicaraan yang dilontarkan Asha padanya.

"Oh iya, maaf kak" Asha memilih untuk diam dan mendengarkan musik melalui airpodsnya, matanya berkaca-kaca setelah mendengar ucapan Kafka tadi. Dia menurunkan kaca mobil untuk melihat pemandangan jalanan kota Jakarta.

Sepanjang perjalanan Asha hanya melamun sambil mendengarkan musik, menjadikan ke dua tangannya yang bertumpu pada pintu mobil sebagai alas untuk menyandarkan kepala. Sama sekali tidak ingin menoleh ke Kafka lagi, tidak ingin melihat ekspresi Kafka yang ketus dan takut kalau dia nanti menangis saat melihatnya.

Tiba-tiba suasana hening, pak Ali fokus menyetir. Kafka yang menyadari itu kemudian membuka matanya mencoba untuk melihat situasi karena Asha tiba-tiba tidak berisik lagi. Asha tidak sadar kalau Kafka dari kaca spion dapat melihatnya meneteskan air mata. Kafka sedikit merasa bersalah tapi dia gengsi dan masih kecewa dengan Asha.

"Pak kita mau kemana? Ini bukan arah pulang ke rumah, atau mau langsung mengantar Asha?" Asha masih tetap melihat jalanan dan tidak terlalu dengar juga perbincangan Kafka dengan pak Ali.

"Bu Tiara minta mas Kafka sama mbak Asha makan siang dulu, mereka sudah menunggu di restoran." Kafka menepuk lengan Asha.

Asha menoleh, "Iya, ada apa kak?" dia menatap Kafka, memastikan apa yang ingin dikatakan Kafka padanya.

"Mama dan bundamu menunggu kita di restoran." Yang hanya dijawab anggukan tanda mengerti oleh Asha, kemudian dia menaikkan kaca mobil.

Asha menyandarkan kepalanya pada kursi mobil dan kembali memakai airpodsnya, kepalanya terasa sedikit pening jadi dia memutuskan untuk tidur sejenak. Kafka melihat wajah Asha yang berubah menjadi sedikit pucat, dia membiarkan Asha tertidur sampai mobil mereka masuk ke area parkir pengunjung restoran. Asha sudah bangun terlebih dulu sebelum Kafka membangunkannya.

Mereka masuk ke tempat yang sudah di pesan mama mereka sementara pak Ali juga sudah dipesankan meja di sebelah ruangan mereka. Tiara sengaja memilih ruang khusus untuk keluarga karena membawa Cia, Rion dan Naren agar mereka bisa leluasa bergerak. Asha masuk lebih dulu dari pada Kafka, dia salim dan mencium tangan Tiara lebih dulu sebelum akhirnya dia duduk dan bersandar pada lengan bundanya. Kafka melakukan hal yang sama dengan Asha setelah duduk di dekat Rion dan Cia.

"Mama sudah pesankan makanan untuk kalian," Tiara nampak tersenyum melihat Kafka yang sedari tadi masuk melihat kearah Asha. Tiara tahu putra sulungnya itu hanya gengsi saja, tapi sebenarnya rindu dengan teman masa kecilnya itu.

"Bun, pulang yuk?" Lirih berbisik pada bundanya. Maira sedikit terkejut mendengar apa yang dikatakan putrinya, padahal kemarin-kemarin dia yang ingin bisa makan bersama Kafka. Tapi dengan tiba-tiba saja malah minta pulang.

"Hmm .. kakak kan baru sampai. Sayang, makan dulu ya?" Asha menggelengkan kepalanya.

"Asha gak lapar bun." Asha yang tadi bersandar pada lengan Maira menggeser kepalanya berpindah pada pangkuan bundanya. Rion tiba-tiba berdiri mendekat saat melihat Asha yang merebahkan kepalanya dalam pangkuan bunda Maira.

"Bunda .. bunda .. itu (Rion menunjuk kening Asha dengan jari telunjuknya) kakak panas kayak pantat panci," Rion menempelkan punggung tangannya pada kening Asha, karena Rion dari kecil di Singapur jadi bahasa Indonesianya belum terlalu sempurna jadilah dia kadang menggunakan jarinya untuk menunjuk sesuatu.

"Ish .. ade mana ada ya kakak kayak pantat panci," Asha bangun dari pangkuan bundanya saat mendengar celoteh Rion.

Kafka yang sedang mengunyah makanan tersedak sambil menahan tawa mendengar ucapan Rion, sedangkan Maira dan Tiara tak dapat menahan tawa mereka saat mendengar ucapan anak berusia tujuh tahun itu. Suasana dalam ruanganpun jadi lebih hidup, entah dari mana Rion mendapatkan kata-kata itu. Padahal untuk menyebutkan kening atau dahi saja dia bingung.

"Kakak are you okay?" Maira menyentuh kening Asha dengan punggung tangannya, ternyata sedikit demam. Wajahnya memang terlihat sedikit pucat dari saat datang tadi, Cia terlihat ikut khawatir melihat kakaknya.

"I'm okay bun, mungkin Sha masih belum terbiasa dengan cuaca di sini," Kafka memandang sejenak Asha setelah mendengar Maira bertanya pada putrinya itu, tanpa dia sadari Asha tahu saat ini Kafka menatapnya. Kafka langsung mengalihkan pandangannya dari Asha dan kembali menyantap makanannya saat ketahuan Asha.

"Ih panas, beneran panas kayak pantat panci tau. Lihat tangan ade aja kepanasan megang kening kakak," Rion menunjukkan telapak tangannya pada semua yang ada dalam ruangan itu, dia akhirnya tahu yang di tunjuknya itu adalah kening setelah Cia membenarkan maksud Rion.

Rion benar-benar dapat mencairkan suasana, celotehannya tidak pernah gagal membuat suasana lebih ceria. Bagi Asha adik bungsunya itu tidak hanya dapat mencairkan suasana tapi juga sebagai pelipur lara dan penyemangat menemani hari-harinya berjuang sembuh dari cidera kakinya.

Tiba-tiba Rion menarik Asha, memintanya berdiri dan mengikutinya. Asha sebenarnya sudah tak punya energi untuk mengikuti adiknya yang sangat aktif itu, entah menurun dari siapa tingkah kerandoman Rion.

"Ayo kakak, kak Sha duduk di sini. Gak boleh pindah ya?" Rion menarik Asha duduk di sebelah Kafka, memindahkan mangkuk berisi sup milik Asha ke tempat duduknya sekarang.

"Hmm .. Iya," Asha sedikit melirik pada Kafka, memastikan kalau saja Kafka tidak nyaman dia akan langsung pindah ke tempat duduk yang lain.

Kafka yang tahu sedang diperhatikan oleh gadis di sampingnya, tetap diam dan fokus menyantap makanannya. Asha yang semula tidak ingin makan akhirnya ikut menyantap supnya, dia butuh energi untuk menopang berat tubuhnya sendiri agar tidak membuat bundanya khawatir.

Terlebih lagi saat ini ada Kafka di sampingnya, walaupun mereka belum saling bicara dengan santai tapi bagi Asha ini sebuah peningkatan. Tentu saja makan siang bersama Kafka adalah salah satu yang paling diinginkannya. Soal Kafka yang masih bersikap dingin, ketus dan tidak suka di dekati Asha, nanti saja dia pikirkan akan bagaimana mengahadapinya.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Pemberitahuan
3 Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4 Chapter 3. Bertemu Kembali
5 Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6 Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7 Chapter 6. Hati yang retak
8 Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9 Chapter 8. Awal mula benci
10 Chapter 9. Asha crayon Kafka
11 Chapter 10. Kembalinya Ashana
12 Chapter 11. Makan siang bersama
13 Chapter 12. Masalah baru
14 Chapter 13. Kesalah pahaman
15 Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16 Chapter 15. Kelulusan Kafka
17 Chapter 16. Makan malam
18 Chapter 17. Asha dan semestanya
19 Chapter 18. Harvard
20 Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21 Chapter 20. Indonesia
22 Chapter 21. Tidak antusias lagi
23 Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24 Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25 Chapter 24. Kehilangan
26 Chapter 25. Luka
27 Chapter 26. Stanford
28 Chapter 27. Salah paham lagi
29 Chapter 28. Asha kecelakaan
30 Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31 Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32 Chapter 31. Rion si overprotektif
33 Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34 Chapter 33. Penyesalan kafka
35 Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36 chapter 35. Key X Kafka satu team
37 Chapter 36. Sikap Profesional Key
38 Chapter 37. Sama-sama terluka
39 Chapter 38. Jangan Pulang
40 Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41 Chapter 40. Cincin di jari manis
42 Chapter 41. Kena Amukan Key
43 Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44 Chapter 43. Trauma
45 Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46 Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47 Chapter 46. Siapa Altezza
48 Chapter 47. Kafka marah
49 Chapter 48. A2R si kompor
50 Chapter 49. Kegagalan Kafka
51 Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52 Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53 Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54 Chapter 53. Menginap
55 Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56 Chapter 55. Baikan
57 Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58 Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59 Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60 Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61 Chapter 60. Masalah baru
62 Chapter 61. Dek Sha
63 Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64 Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65 Chapter 64. Alena
66 Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67 Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68 Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69 Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70 Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71 Chapter 70. Aku mau bayi kol
72 Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73 Chapter 72. Lita dkk berulah
74 Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75 Chapter 74. Key Marah
76 Chapter 75. Rion si bocah
77 Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78 Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79 Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80 Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81 Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82 Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83 Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84 Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85 Chapter 84. Penyesalan Argan
86 Chapter 85. I love you Ashana
87 Chapter 86. Tim K2 n A2R
88 Chapter 87. Couple A2
89 Chapter 88. Sarapan bersama tim
90 Chapter 89. Ajakan bulan madu
91 Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92 Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93 Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94 Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95 94. Will you marry me (Alena)
96 95. Pasar malam
97 96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98 97. Pacaran Halal
99 98. Puncak Bogor
100 Liburan singkat penuh arti
101 dokter Shanine
102 Suami dek Sha tersayang
103 Keputusan dokter Shanine
104 Ketrampilan tersembunyi Key
105 Karena mereka percaya kemampuanmu
106 Briefing
107 Key memimpin operasi
108 Perjuangan Key & tim
109 Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110 Obrolan Ringan dalam mobil
111 Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112 Sahabat saling menguatkan
113 Maaf. dia belum ada di sini
114 Dukungan Key untuk Amoora
115 Pernikahan Naren & Cia
116 Mensyukuri keterpaksaan
117 Key merajuk
118 test pack
119 Kabar bahagia
120 Manis tapi lebih manis dari gula
121 Biar kamu makin cinta
122 Pengganti es coklat
123 Dapat sepasang
124 Jatuh dari tangga
125 Istriku kenapa Van?
126 Keguguran
127 Datang untuk minta maaf
128 Berdua saling menguatkan
129 Sama-sama kehilangan
130 Permintaan maaf Lita
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Pemberitahuan
3
Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4
Chapter 3. Bertemu Kembali
5
Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6
Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7
Chapter 6. Hati yang retak
8
Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9
Chapter 8. Awal mula benci
10
Chapter 9. Asha crayon Kafka
11
Chapter 10. Kembalinya Ashana
12
Chapter 11. Makan siang bersama
13
Chapter 12. Masalah baru
14
Chapter 13. Kesalah pahaman
15
Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16
Chapter 15. Kelulusan Kafka
17
Chapter 16. Makan malam
18
Chapter 17. Asha dan semestanya
19
Chapter 18. Harvard
20
Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21
Chapter 20. Indonesia
22
Chapter 21. Tidak antusias lagi
23
Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24
Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25
Chapter 24. Kehilangan
26
Chapter 25. Luka
27
Chapter 26. Stanford
28
Chapter 27. Salah paham lagi
29
Chapter 28. Asha kecelakaan
30
Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31
Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32
Chapter 31. Rion si overprotektif
33
Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34
Chapter 33. Penyesalan kafka
35
Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36
chapter 35. Key X Kafka satu team
37
Chapter 36. Sikap Profesional Key
38
Chapter 37. Sama-sama terluka
39
Chapter 38. Jangan Pulang
40
Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41
Chapter 40. Cincin di jari manis
42
Chapter 41. Kena Amukan Key
43
Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44
Chapter 43. Trauma
45
Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46
Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47
Chapter 46. Siapa Altezza
48
Chapter 47. Kafka marah
49
Chapter 48. A2R si kompor
50
Chapter 49. Kegagalan Kafka
51
Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52
Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53
Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54
Chapter 53. Menginap
55
Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56
Chapter 55. Baikan
57
Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58
Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59
Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60
Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61
Chapter 60. Masalah baru
62
Chapter 61. Dek Sha
63
Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64
Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65
Chapter 64. Alena
66
Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67
Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68
Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69
Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70
Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71
Chapter 70. Aku mau bayi kol
72
Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73
Chapter 72. Lita dkk berulah
74
Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75
Chapter 74. Key Marah
76
Chapter 75. Rion si bocah
77
Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78
Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79
Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80
Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81
Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82
Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83
Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84
Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85
Chapter 84. Penyesalan Argan
86
Chapter 85. I love you Ashana
87
Chapter 86. Tim K2 n A2R
88
Chapter 87. Couple A2
89
Chapter 88. Sarapan bersama tim
90
Chapter 89. Ajakan bulan madu
91
Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92
Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93
Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94
Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95
94. Will you marry me (Alena)
96
95. Pasar malam
97
96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98
97. Pacaran Halal
99
98. Puncak Bogor
100
Liburan singkat penuh arti
101
dokter Shanine
102
Suami dek Sha tersayang
103
Keputusan dokter Shanine
104
Ketrampilan tersembunyi Key
105
Karena mereka percaya kemampuanmu
106
Briefing
107
Key memimpin operasi
108
Perjuangan Key & tim
109
Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110
Obrolan Ringan dalam mobil
111
Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112
Sahabat saling menguatkan
113
Maaf. dia belum ada di sini
114
Dukungan Key untuk Amoora
115
Pernikahan Naren & Cia
116
Mensyukuri keterpaksaan
117
Key merajuk
118
test pack
119
Kabar bahagia
120
Manis tapi lebih manis dari gula
121
Biar kamu makin cinta
122
Pengganti es coklat
123
Dapat sepasang
124
Jatuh dari tangga
125
Istriku kenapa Van?
126
Keguguran
127
Datang untuk minta maaf
128
Berdua saling menguatkan
129
Sama-sama kehilangan
130
Permintaan maaf Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!