Chapter 10. Kembalinya Ashana

Enam tahun tak terasa berlalu, Asha telah tumbuh menjadi gadis remaja berusia enam belas tahun. Karena kondisinya yang semakin membaik Malvin dan Maira sepakat untuk kembali ke Indonesia, biar bagaimanapun mereka ingin menghabiskan masa tua mereka tinggal di kampung halaman tempat mereka lahir. Asha yang mendengar itu tentu sangat antusias, dia sangat merindukan Kafka.

"Kak Sha semua sudah beres?" Maira menanyai Asha memastikan semua barang-barang sudah masuk semua ke dalam kardus untuk di kirim dengan cargo ke Indonesia. Barang-barang mereka akan di kirim lebih dulu seminggu sebelumnya.

"Sudah Bun," Asha menunjukkan cek list barang-barang yang dia buat pada Maira.

Rion saat ini sudah berusia tujuh tahun dan baru akan memulai sekolah dasar pertamanya, sedangkan Cia berusia sebelas tahun yang kini sudah kelas enam SD. Maira dan Malvin sudah mempersiapkan semuanya, sekolah baru untuk putra putri mereka sudah selesai diatur dan sudah dapat langsung masuk sekolah.

Mereka saat ini sudah sampai di Indonesia, Asha beserta keluarganya sementara tinggal diapartemen. Rumah lama mereka baru siap di tempati sekitar dua minggu lagi. Asha melihat pemandangan Jakarta dari balkon apartemen, lamat-lamat merasakan hembusan semilir angin malam Jakarta.

"Welcome back Ashana Keyra Zerrin. Mari mengukir kisah baru dengan bahagia," Asha bergumam dengan dirinya sendiri.

"Mama, dasi kakak mana?" Anak laki-laki berusia tujuh belas tahun berlari dari lantai dua rumahnya menuju ruang makan yang ada di lantai satu, dia adalah Kafka. Anak laki-laki yang dulu berusia sebelas tahun telah tumbuh menjadi anak remaja berusia tujuh belas tahun.

"Sudah disini sayang, cepat turun kita sarapan dulu," sedangkan Mamanya tampak sibuk menyiapkan bekal yang akan di bawa Naren anak ke duanya. Naren berusia sebelas tahun seumuran dengan Cia.

Kafka berangkat lebih dulu setelah berpamitan dengan ke dua orang tuanya, sementara Naren berangkat bersama Papanya. Kafka melaju dengan motor sport kesayangannya menuju sekolah, hanya di hari senin Tiara mengijinkan dia mengendarai motor sportnya. Sedangkan hari-hari lain dia akan berangkat diantar supir bersama Naren adiknya.

Kafka memasuki gerbang sekolah dengan laju motor yang pelan saat mendengar suara yang tak asing di telinganya, suara yang sekitar enam tahun tak lagi dia dengar dan berusaha dia lupakan dari pikirannya. Dia berhenti sejenak untuk memastikan, tak luput dari pandangannya wanita dewasa yang dia kenal dengan usia yang sama dengan Mamanya itu.

"Sayang, nanti pulang di jemput pak Maman ya?" Maira mencium kening Asha, semoga hari-harimu disini dimulai dengan hal-hal yang baik nak (batin Maira).

"Iya Bunda, siap." Asha mencium tangan Maira kemudian berjalan masuk menuju gerbang sekolah.

Asha bertanya pada satpam letak ruang administrasi atau ruang Guru untuk melaporkan ke datangannya, karena dia adalah siswi pindahan dari Singapura yang akan mulai masuk sekolah hari ini. Kafka dan Asha sempat saling melihat satu sama lain secara tidak sengaja saat Kafka dengan motornya melewati pos satpam menuju parkiran.

"Siapa sih? Gitu banget ngeliatin aku, tapi kok kayak pernah ketemu," gumam Asha.

Asha sudah berada di ruang administrasi dan di minta untuk menunggu karena hari itu senin jadi semua siswa dan guru sedang melaksanakan upacara pagi seperti biasanya. Asha di bawa ke ruang guru oleh staff untuk di kenalkan pada guru kelasnya, saat itu ada Kafka yang sedang di panggil oleh wali kelasnya.

"Nak Kafka, bisa bantu Ibu?"

"Deg!" Asha mematung dengan jantung yang berdenyut semakin cepat, apakah Kafka yang dipanggil gurunya tadi adalah orang yang dia kenal dan dia rindukan selama enam tahun ini. Orang yang menjadi semangatnya untuk sembuh dan kembali bisa berjalan dengan normal.

"Iya bu Ane, apa yang harus saya lakukan?" Kafka berjalan mendekat menuju sumber suara yang memanggilnya, tanpa menyadari bahwa di sana sudah ada Asha yang sedang berdiri menghadap gurunya.

"Ibu minta tolong antarkan anak baru ke ruang kelas 11-5, dia siswi pindahan dari singapura namanya Ashana Keyra Zerrin. Nak Asha ini perkenalkan ini Kafka Acacio Narendra kakak kelasmu," Guru tersebut memperkenalkan Kafka pada Asha. Saat ini Asha berada dikelas 11 berarti dia kelas 2 SMA, sedangkan Kafka berada satu Tingkat diatas Asha yakni kelas 12 yang berarti dia sudah kelas 3 dan sebentar lagi lulus.

Kafka menatap dingin gadis remaja di sampingnya itu, Asha merinding sebadan-badan melihatnya di tatap seperti itu. Tatapan yang seolah menginterogasinya penuh penekanan.

"Baik Bu, saya permisi pamit mengantar Asha," Kafka berjalan menuju pintu keluar diikuti Asha yang mengekori dibelakangnya.

Canggung itu yang Asha rasakan, serba salah mau menyapa dan memulai pembicaraan tapi takut ketika melihat tatapan dingin Kafka. Mereka sampai di depan kelas Asha, Kafka tetap membisu kecuali hanya mengatakan kalau Asha sudah sampai di Kelasnya. Hal indah yang Asha bayangkan saat bertemu Kafka ternyata tidak terjadi.

"Kak Kafka?" Asha meraih tangan Kafka yang sudah akan berlalu pergi.

"Kenapa kembali? Kenapa juga harus satu sekolah dengank?" Kafka melepaskan tangan Asha dan berlalu pergi. Sementara Asha masih berdiri mematung tampak berkaca-kaca mendengar penuturan Kafka.

Kafka sudah kembali ke kelasnya, dia melamun dengan isi kepala yang berkecamuk. Rasa kecewa, sedih juga benci tapi sedikit rasa rindu menyelimuti dirinya. Enam tahun Asha pergi tanpa kabar bahkan tanpa berpamitan dan sekarang tiba-tiba dia kembali seolah tanpa rasa bersalah. Secara tidak langsung memang bukan ke salahan Kafka yang tidak pernah di beritahu Tiara kalau Asha tidak datang saat ulang tahunnya saat itu karena dia kecelakaan.

Sementara di ruang kelas lain Asha memperkenalkan dirinya sebagai murid pindahan pada teman-teman sekelasnya. Hari pertamanya di sekolah baru dia harus belajar menyesuaikan diri, meskipun saat ini dia bersekolah di JIS) yang tidak jauh berbeda dengan sekolahnya dulu ketika di Singapura.

Jam sekolah sudah selesai, Asha keluar kelas dengan berjalan agak cepat supaya bisa menemui Kafka di gerbang depan. Karena Asha tidak bisa lari, tepatnya tidak di ijinkan lari oleh dokter karena jika kelelahan akan memicu cidera trauma kakinya kambuh.

Asha menunggu di dekat pos satpam menunggu Kafka, berharap kalau Kafka belum lebih dulu pulang. Pak Maman menghampiri Asha karena dia pikir putri pertama atasannya itu tidak tahu kalau mobil jemputannya sudah datang.

"Nak Asha, mari pulang." Asha menoleh ke sumber suara, dia menggeleng tanda tidak mau.

"Tunggu sebentar lagi pak Maman. Sha mau nungguin kak Kafka dulu," pak Maman akhirnya mengalah dan ikut menunggu di dekat pos satpam bersama Asha.

Karena Kafka tahu Asha ada di pos satpam dan sudah pasti menunggunya keluar. Kafka yang sudah keluar dari parkiran menuju gerbang memilih putar balik ke parkiran lagi. Dia memilih ke perpustakaan dari pada harus bertemu dengan Asha, sekalian dia memperdalam materi karena sudah kelas 12.

Pak Maman akhirnya mengabari Maira karena khawatir pada Asha yang sudah terlihat lelah berdiri, bahwa Asha tidak mau pulang karena menunggu Kafka. Gadis remaja itu sudah menunggu hampir satu jam di sana, kakinya sudah mulai sedikit nyeri karena lelah berdiri.

"Kak Sha Bunda mau bicara," pak Maman menyerahkan ponselnya pada Asha karena dia memang belum membawa ponselnya di hari pertama sekolah.

"Sayang, pulang dulu ya? Mungkin kak Kafka masih ada perlu di sekolah, ingat kakak gak boleh capek nanti kambuh lagi gimana?" Asha tidak boleh terlalu capek karena itu dapat memicu cidera traumanya kambuh, meskipun dia sudah dinyatakan sembuh. Saat ini saja dia sudah merasa sedikit nyeri, akhirnya dia memilih untuk pulang karena tidak mau membuat bunda dan ayahnya khawatir.

Asha tidak ikut makan malam dan itu membuat Maira khawatir karena sejak pulang dari sekolah dia tidak keluar kamar. Maira meminta Malvin suaminya untuk melihat putri tersayangnya itu, hanya Malvin yang bisa membujuknya kalau sudah seperti ini. Maira mengatakan pada suaminya kalau putrinya tadi bertemu Kafka di sekolah, namun sepertinya respon Kafka tidak sesuai dengan harapan Asha. Setelah selesai makan malam Malvin masuk ke kamar putrinya.

"Sayang, boleh ayah masuk?" Malvin mengetuk pintu kamar putri sulungnya itu.

"Iya ayah, masuk saja. Tidak dikunci kok," Asha menyembunyikan dirinya dalam selimut, tidak mau terlihat sedang menangis.

"Bunda bilang kakak tadi berjumpa kak Kafka di sekolah?" Malvin mengusap kepala putrinya dengan lembut, dia tahu kalau putrinya itu sedang menangis.

"Emm .. tapi kak Kafka gak suka lihat Asha," Asha menahan isak tangisnya di dalam selimut agar tidak ketahuan ayahnya, namun percuma karena Malvin menari selimut yang menutupi tubuh Asha dari ujung kaki sampai muka.

"Sayang bangun dulu yuk, sini duduk dekat ayah," Malvin naik ke kasur Asha dan duduk di sampingnya.

Dengan penuh kasih sayang Malvin merangkul putrinya dan mengusap dengan lembut puncak kepala Asha. Ayah dan anak itu memulai deep talknya, Asha menceritakan semua hal yang dia lalui hari ini di sekolah. Terutama tentang sikap Kafka, ekspektasi Asha yang mungkin terlalu tinggi. Membayangkan Kafka yang tersenyum hangat saat bertemu lagi dengannya, namun hanya ada tatapan dingin dan seolah tidak suka saat mereka kembali bertemu setelah enam tahun berlalu.

"Sayang, kak Kafka mungkin masih bingung. Lama tidak bertemu denganmu, dia juga tidak tahu kan kalau Asha pergi karena sakit dan dalam perawatan dokter," Malvin dengan bijak berusaha menenangkan putri sulungnya.

"Asha yang ayah kenal adalah seorang yang tidak mudah menyerah bukan? masih ada hari-hari berikutnya sayang. Nanti kalau sudah ada waktu kita ketemu sama keluarga Om Keenan, Kakak bisa ketemu Kafka juga."

"Beneran ayah?" Asha merasa lebih baik setelah melakukan deep talk dengan yahnya, yang dikatakan Ayahnya benar bahwa dia bukan orang yang mudah menyerah. Enam tahun proses pengobatan dan terapinya saja sanggup dia lalui sampai dia bisa kembali berjalan seperti semula, apalagi ini tentang Kafka. Tentu dia tidak akan menyerah.

"Iya. Ayah janji," Malvin menarik pipi putri sulungnya itu karena gemas, tidak terasa putrinya yang dulu masih sepuluh tahun sekarang sudah beranjak menjadi gadis remaja berusia enam belas tahun. Waktu berjalan terlalu cepat baginya.

"Turun dulu yuk, sayang. Makan malam dulu, mama khawatir takut kakak sakit." Malvin beranjak dari kasur yang diikuti Asha, mereka turun menuju meja makan. Maira tersenyum melihat kehangatan suami dan putri sulungnya, memang Malvin yang hanya bisa membujuk Asha dalam keadaan apapun.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Pemberitahuan
3 Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4 Chapter 3. Bertemu Kembali
5 Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6 Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7 Chapter 6. Hati yang retak
8 Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9 Chapter 8. Awal mula benci
10 Chapter 9. Asha crayon Kafka
11 Chapter 10. Kembalinya Ashana
12 Chapter 11. Makan siang bersama
13 Chapter 12. Masalah baru
14 Chapter 13. Kesalah pahaman
15 Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16 Chapter 15. Kelulusan Kafka
17 Chapter 16. Makan malam
18 Chapter 17. Asha dan semestanya
19 Chapter 18. Harvard
20 Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21 Chapter 20. Indonesia
22 Chapter 21. Tidak antusias lagi
23 Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24 Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25 Chapter 24. Kehilangan
26 Chapter 25. Luka
27 Chapter 26. Stanford
28 Chapter 27. Salah paham lagi
29 Chapter 28. Asha kecelakaan
30 Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31 Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32 Chapter 31. Rion si overprotektif
33 Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34 Chapter 33. Penyesalan kafka
35 Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36 chapter 35. Key X Kafka satu team
37 Chapter 36. Sikap Profesional Key
38 Chapter 37. Sama-sama terluka
39 Chapter 38. Jangan Pulang
40 Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41 Chapter 40. Cincin di jari manis
42 Chapter 41. Kena Amukan Key
43 Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44 Chapter 43. Trauma
45 Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46 Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47 Chapter 46. Siapa Altezza
48 Chapter 47. Kafka marah
49 Chapter 48. A2R si kompor
50 Chapter 49. Kegagalan Kafka
51 Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52 Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53 Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54 Chapter 53. Menginap
55 Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56 Chapter 55. Baikan
57 Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58 Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59 Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60 Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61 Chapter 60. Masalah baru
62 Chapter 61. Dek Sha
63 Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64 Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65 Chapter 64. Alena
66 Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67 Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68 Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69 Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70 Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71 Chapter 70. Aku mau bayi kol
72 Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73 Chapter 72. Lita dkk berulah
74 Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75 Chapter 74. Key Marah
76 Chapter 75. Rion si bocah
77 Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78 Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79 Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80 Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81 Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82 Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83 Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84 Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85 Chapter 84. Penyesalan Argan
86 Chapter 85. I love you Ashana
87 Chapter 86. Tim K2 n A2R
88 Chapter 87. Couple A2
89 Chapter 88. Sarapan bersama tim
90 Chapter 89. Ajakan bulan madu
91 Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92 Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93 Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94 Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95 94. Will you marry me (Alena)
96 95. Pasar malam
97 96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98 97. Pacaran Halal
99 98. Puncak Bogor
100 Liburan singkat penuh arti
101 dokter Shanine
102 Suami dek Sha tersayang
103 Keputusan dokter Shanine
104 Ketrampilan tersembunyi Key
105 Karena mereka percaya kemampuanmu
106 Briefing
107 Key memimpin operasi
108 Perjuangan Key & tim
109 Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110 Obrolan Ringan dalam mobil
111 Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112 Sahabat saling menguatkan
113 Maaf. dia belum ada di sini
114 Dukungan Key untuk Amoora
115 Pernikahan Naren & Cia
116 Mensyukuri keterpaksaan
117 Key merajuk
118 test pack
119 Kabar bahagia
120 Manis tapi lebih manis dari gula
121 Biar kamu makin cinta
122 Pengganti es coklat
123 Dapat sepasang
124 Jatuh dari tangga
125 Istriku kenapa Van?
126 Keguguran
127 Datang untuk minta maaf
128 Berdua saling menguatkan
129 Sama-sama kehilangan
130 Permintaan maaf Lita
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Pemberitahuan
3
Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4
Chapter 3. Bertemu Kembali
5
Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6
Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7
Chapter 6. Hati yang retak
8
Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9
Chapter 8. Awal mula benci
10
Chapter 9. Asha crayon Kafka
11
Chapter 10. Kembalinya Ashana
12
Chapter 11. Makan siang bersama
13
Chapter 12. Masalah baru
14
Chapter 13. Kesalah pahaman
15
Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16
Chapter 15. Kelulusan Kafka
17
Chapter 16. Makan malam
18
Chapter 17. Asha dan semestanya
19
Chapter 18. Harvard
20
Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21
Chapter 20. Indonesia
22
Chapter 21. Tidak antusias lagi
23
Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24
Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25
Chapter 24. Kehilangan
26
Chapter 25. Luka
27
Chapter 26. Stanford
28
Chapter 27. Salah paham lagi
29
Chapter 28. Asha kecelakaan
30
Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31
Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32
Chapter 31. Rion si overprotektif
33
Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34
Chapter 33. Penyesalan kafka
35
Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36
chapter 35. Key X Kafka satu team
37
Chapter 36. Sikap Profesional Key
38
Chapter 37. Sama-sama terluka
39
Chapter 38. Jangan Pulang
40
Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41
Chapter 40. Cincin di jari manis
42
Chapter 41. Kena Amukan Key
43
Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44
Chapter 43. Trauma
45
Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46
Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47
Chapter 46. Siapa Altezza
48
Chapter 47. Kafka marah
49
Chapter 48. A2R si kompor
50
Chapter 49. Kegagalan Kafka
51
Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52
Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53
Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54
Chapter 53. Menginap
55
Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56
Chapter 55. Baikan
57
Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58
Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59
Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60
Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61
Chapter 60. Masalah baru
62
Chapter 61. Dek Sha
63
Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64
Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65
Chapter 64. Alena
66
Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67
Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68
Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69
Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70
Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71
Chapter 70. Aku mau bayi kol
72
Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73
Chapter 72. Lita dkk berulah
74
Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75
Chapter 74. Key Marah
76
Chapter 75. Rion si bocah
77
Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78
Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79
Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80
Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81
Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82
Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83
Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84
Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85
Chapter 84. Penyesalan Argan
86
Chapter 85. I love you Ashana
87
Chapter 86. Tim K2 n A2R
88
Chapter 87. Couple A2
89
Chapter 88. Sarapan bersama tim
90
Chapter 89. Ajakan bulan madu
91
Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92
Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93
Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94
Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95
94. Will you marry me (Alena)
96
95. Pasar malam
97
96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98
97. Pacaran Halal
99
98. Puncak Bogor
100
Liburan singkat penuh arti
101
dokter Shanine
102
Suami dek Sha tersayang
103
Keputusan dokter Shanine
104
Ketrampilan tersembunyi Key
105
Karena mereka percaya kemampuanmu
106
Briefing
107
Key memimpin operasi
108
Perjuangan Key & tim
109
Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110
Obrolan Ringan dalam mobil
111
Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112
Sahabat saling menguatkan
113
Maaf. dia belum ada di sini
114
Dukungan Key untuk Amoora
115
Pernikahan Naren & Cia
116
Mensyukuri keterpaksaan
117
Key merajuk
118
test pack
119
Kabar bahagia
120
Manis tapi lebih manis dari gula
121
Biar kamu makin cinta
122
Pengganti es coklat
123
Dapat sepasang
124
Jatuh dari tangga
125
Istriku kenapa Van?
126
Keguguran
127
Datang untuk minta maaf
128
Berdua saling menguatkan
129
Sama-sama kehilangan
130
Permintaan maaf Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!