Chapter 9. Asha crayon Kafka

"Lihat saja, besuk aku pokoknya ngambek sama kamu Sha." Kafka menenggelamkan kepalanya di balik bantal sambil menangis. Asha sudah janji padanya akan datang dan mereka akan meniup lilin bersama.

Satu minggu sebelum hari ulang tahun Kafka memang Asha menjanjikan untuk datang ke ulang tahunnya dan meminta Kafka untuk tidak meniup lilin sebelum dia datang. Asha adalah crayon warna warni bagi hidup Kafka yang hanya hitam dan putih, semenjak mengenal Asha sikapnya menjadi lebih hangat pada siapapun. Kafka pernah mengalami perundungan saat di kelas 5 oleh seniornya di sekolah lamanya. Papa dan Mamanya yang mengetahui itu memindahkan Kafka kesekolah yang sekarang.

Semenjak saat itu Kafka selalu berhati-hati dengan siapapun, tidak mau mencari masalah dan selalu tenggelam dalam belajar. Selalu bersikap dingin pada siapapun, hanya sedikit teman yang mau dia kenal. Teman terbaik bagi Kafka adalah rumah, Papa, Mama dan Naren adiknya.

Namun semua berubah ketika Asha datang dalam hidupnya, kertas hitam putih itu pelan-pelan menjadi berwarna. Kafka selalu menanti semua tingkah ceria dan kerandoman Asha, dia suka dengan semua hal tentang Asha. Binar mata Asha yang seolah ikut berbicara ketika dia tersenyum, Kafka selalu menyukai hal itu.

Maira beserta kedua anaknya juga pak Maman dan bi Ana sudah sampai di Singapur, Cia dan Rion tentu ditinggal bersama bi Ana dan pak Maman. Maira yang sudah sampai di rumah sakit langsung menghampiri suaminya, sementara Malvin berusaha tetap tenang menunggui putrinya yang berada diruang operasi. Maira menghambur kepelukan suaminya, mereka saling menguatkan satu sama lain.

Lampu ruang operasi telah berganti pertanda operasi selesai, operasi berjalan lancar. Namun Asha harus tetap dalam pantauan terutama pada kakinya, benturan yang dialami Asha menyebabkan cidera pada saraf perifer sehingga menyebabkan trauma kompresi saraf. Kemungkinan terparah adalah Asha akan mengalami mati rasa pada kaki kirinya, namun dengan pengobatan dan perawatan lebih lanjut dia tetap dapat sembuh seperti sedia kala. Hanya memang membutuhkan waktu yang sedikit lama, Maira semakin terisak membayangkan bagaimana harus mengatakan hal tersebut pada putrinya yang masih berusia 10 tahun itu saat sadar nanti.

Sebelum Kafka sampai keruang kelasnya, dia melongok keruang kelas Asha. Asha selalu datang lebih awal dari pada Kafka, kali ini dia bertekat untuk tetap ngambek pada Asha. Namun tidak dijumpainya Asha yang biasanya sampai lebih dulu.

"Emm .. apa hari ini datang terlambat, nanti saja kalau gitu," nanti saja pikirnya saat pulang dia menemui Asha dan akan memarahinya.

Kelas sudah selesai dari satu jam yang lalu dan Kafka sudah menunggu selama itu pula. Tak di jumpainya sama sekali Asha, bahkan semua anak-anak sudah pulang. Gurat kecewa nampak di wajah Kafka, kemana gerangan Asha. Hari berganti hari dan minggu telah berganti bulan juga musim, sejak saat itu Kafka tidak pernah lagi bertemu dengan Asha. Sama sekali tak ada kabar tentang Asha, selama dua bulan dia selalu minta mampir ke rumah Asha setiap pulang sekolah. Namun tak ada satupun orang di rumah Asha dan rumah itu sudah nampak kosong tak berpenghuni.

"Mama aku benci Asha, Asha bohong. Dia bilang akan datang, dia tidak akan pergi meninggalkanku, tapi Asha bohong Ma," Tiara menghela napas panjang tak tega melihat putra pertamanya itu terus mencari Asha.

"Sayang dek Sha pasti kembali, dia hanya pergi sebentar." Kafka memasukkan semua mainan dan barang-barang yang mengingatkannya pada Asha kedalam kardus. Dia bilang pada Mamanya untuk membuangnya, mulai saat itu dia tidak akan lagi mengingat Asha.

Tiara sungguh tak tega melihat itu, tapi dia juga tidak mungkin memberitahu putranya itu kalau saat ini Asha sedang berjuang untuk sembuh. Satu bulan yang lalu Malvin memberitahu Keenan tentang Asha yang mengalami kecelakaan saat sedang membeli kue tart untuk Kafka. Orang tuanya membawa Asha terbang ke SGH untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif karena kondisi Asha yang cukup parah.

Malvin tak sempat berpamitan atau mengabarkan perihal tersebut pada keluarga sahabatnya itu karena fokus pada Asha. Setelah sebulan meskipun masih dalam keadaan koma namun dirasa kondisi Asha cukup membaik barulah Malvin memberitahu Keenan dan Tiara tentang yang terjadi pada Asha. Tiara melarang Keenan memberitahu Kafka tentang apa yang terjadi, dia tidak mau putranya itu mengalami trauma dan menyalahkan dirinya saat tahu Asha kecelakaan dalam perjalanan menuju ulang tahunnya.

Dua bulan Asha terbaring koma dan selama itu pula kedua orang tuanya benar-benar harus membagi waktu antara menjaga Asha, Cia dan Rion. Meskipun ada asisten rumah tangga termasuk bi Ana yang membatu mereka, tapi Malvin dan Maira tetap mengusahakan anak-anaknya mendapatkan perhatian yang cukup.

Tepat dihari ulang tahunnya Asha sadar dari koma, matanya mengerjap, tangannya bergerak pelan. Maira yang melihat itu bangkit dari duduknya menekan tombol yang menghubungkan ruang pasien dengan perawat.

"Bunda .. bunda, kenapa kaki kakak tidak bisa gerak," mendengar pertanyaan putrinya itu Maira hanya bisa diam. Terlihat dari pancaran matanya bergelumang rasa sakit dan sedih, akan bagaimana respon Asha nanti jika tahu kaki kirinya untuk sementara mati rasa.

Tim dokter telah berada diruangan Asha dan melakukan berbagai pemeriksaan, sudah dipastikan bahwa cidera trauma yang dialami Asha akibat benturan membuatnya tidak dapat berjalan untuk sementara. Malvin sudah siap dengan segala hal yang akan terjadi dengan kondisi putrinya dari jauh hari. Namun ternyata semua itu luluh lantah ketika Asha sudah terbangun dari komanya dan kata pertama yang dia ucapkan adalah kaki kanannya tidak dapat di gerakkan.

Tenggorokan Malvin tercekat, semua kata-kata yang sudah dia rangkai untuk menjawab pertanyaan putrinya seolah hilang dan dia hanya membisu. Pun dengan Maira yang hanya bisa menangis melihat Asha tanpa dapat menjawab satu katapun pertanyaan Asha.

Malvin berusaha menguatkan dirinya sendiri, mau tak mau dia harus menjelaskan pada Asha. "Sayang ingat tidak dulu ayah bilang apa ke Asha kalau Asha sedang di uji sakit?" Asha nampak berpikir.

"Ayah bilang kalau kita diuji sakit itu salah satu tanda Allah sayang dan menghapuskan dosa-dosa kita," seolah menuntut penjelasan pada ayah dan bundanya maksud dari perkataan tersebut. Malvin menjelaskan pada Asha tentang kondisinya saat ini. Tentu saja Asha histeris dengan yang dialaminya. Gadis kecil yang selalu berbinar itu menjadi redup seolah kehilangan cahayanya.

"Bu .. bu .. bunda, Asha gak mau pake kursi roda, Asha mau jalan, Asha mau sekolah bareng kak Kafka. Kalau Asha gak bisa jalan nanti kak Kafka gak mau main sama aku lagi gimana?" Suara tangisnya memecah keheningan yang ada diruangan itu.

Malvin mendekap putrinya dengan erat, dalam hati dia berjanji pada dirinya apapun akan dia lalukan untuk kesembuhan Asha. "Asha sayang, Asha tahu Allah sayang sekali sama Asha. Ayah, bunda dan adik-adik juga sayang sama kak Asha, Allah bilang karena kakak hebat, sabar dan cantik jadi Allah kasih dulu sedih sekarang habis itu bahagia."

"Asha harus kuat, kita sama-sama ya nak melalui semuanya satu-satu. Asha mau ketemu kak Kafka lagi kan?" Maira mendekat mengusap lembut tangan putrinya yang masih berada dalam dekapan suaminya itu.

Dengan masih sedikit terisak Asha mulai sedikit tenang, mereka bertiga berpelukan saling menguatkan satu sama lain. Dengan keyakinan bahwa Asha akan sembuh dan kembali normal seperti sedia kala, bisa kembali berjalan dengan kedua kakinya tanpa masalah.

"Ayah .. kakak mau ketemu kak Kafkanya nanti kalau sudah sembuh. Kalau Asha sudah bisa jalan lagi."

"Boleh .. kalau begitu Asha harus turutin semua kata dokter biar cepat sembuh."

"Ok .. Asha pasti bisa," senyum mengembang di wajah Asha membuat kedua orang tuanya merasa sedikit lega.

Malvin berdiskusi dengan tim dokter SGH yang menangani Asha, menanyakan kemungkinan untuk putrinya mendapatkan perawatan dengan peralatan yang lebih modern. Saat ini SGH juga sudah mempunyai banyak fasilitas perawatan yang lengkap, kemungkinan untuk Asha sembuh lebih cepat tentu diharapkan.

Dua minggu setelah siuman Asha sudah di ijinkan untuk pulang dan selebihnya akan menjalani rawat jalan yang sudah terjadwal dari rumah sakit SGH. Dia tetap mau sekolah seperti biasa bukan homeschooling, lagi pula tidak ada Kafka yang tahu kondisinya jadi dia tidak merasa takut.

Hari demi hari dilewatinya dengan penuh perjuangan dari minum obat-obatan, melakukan fisioterapi dan banyak treatment lain yang dilakukannya demi kesembuhan. Dengan dukungan orang tua dan adik-adiknya dia terus berjuang untuk kuat, sabar dan tak menyerah. Tentunya karena dia ingin juga segera bertemu dengan Kafka. Asha punya support system terbaik dalam hari-harinya, Cia yang selalu mengekori Asha seoalah berperan menjadi perawat yang menjaganya semenjak pulang dari rumah sakit.

Rion yang selalu menjadi sumber senyum Asha dengan segala tingkah polahnya yang masih balita. Dia rindu sekali dengan Kafka, namun dia juga takut untuk sekedar menghubungi dalam kondisinya yang seperti saat itu. Asha mendewasa dengan cara yang tak pernah dibayangkan oleh siapapun, namun dia tak pernah kehilangan jati dirinya sebagai Asha yang masih dengan binar mata indah dan tingkah randomnya meski dalam keterbatasan.

Tahun berganti dan tak terasa sudah enam tahun dia berada di singapura, dokter menyatakan bahwa kondisi Asha sudah sangat baik. Asha sudah dapat berjalan seperti sedia kala tanpa alat bantu jalan. Namun harus tetap melakukan check up secara rutin, dia tak perlu lagi minum obat setiap hari. Hanya ketika dia merasa tidak nyaman dengan kondisi kakinya, saat itulah dia harus segera berkonsultasi dengan dokter.

Selama enam tuhun Asha tetap mengirimi Kafka kado ulang tahun yang di titipkannya pada Mama Tiara tanpa sepengetahuan Kakfa. Dia berharap Kafka masih mengingatnya dan tetap mau bersama dengan Asha ketika dia nanti kembali ke Indonesia.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Pemberitahuan
3 Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4 Chapter 3. Bertemu Kembali
5 Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6 Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7 Chapter 6. Hati yang retak
8 Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9 Chapter 8. Awal mula benci
10 Chapter 9. Asha crayon Kafka
11 Chapter 10. Kembalinya Ashana
12 Chapter 11. Makan siang bersama
13 Chapter 12. Masalah baru
14 Chapter 13. Kesalah pahaman
15 Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16 Chapter 15. Kelulusan Kafka
17 Chapter 16. Makan malam
18 Chapter 17. Asha dan semestanya
19 Chapter 18. Harvard
20 Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21 Chapter 20. Indonesia
22 Chapter 21. Tidak antusias lagi
23 Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24 Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25 Chapter 24. Kehilangan
26 Chapter 25. Luka
27 Chapter 26. Stanford
28 Chapter 27. Salah paham lagi
29 Chapter 28. Asha kecelakaan
30 Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31 Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32 Chapter 31. Rion si overprotektif
33 Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34 Chapter 33. Penyesalan kafka
35 Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36 chapter 35. Key X Kafka satu team
37 Chapter 36. Sikap Profesional Key
38 Chapter 37. Sama-sama terluka
39 Chapter 38. Jangan Pulang
40 Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41 Chapter 40. Cincin di jari manis
42 Chapter 41. Kena Amukan Key
43 Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44 Chapter 43. Trauma
45 Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46 Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47 Chapter 46. Siapa Altezza
48 Chapter 47. Kafka marah
49 Chapter 48. A2R si kompor
50 Chapter 49. Kegagalan Kafka
51 Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52 Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53 Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54 Chapter 53. Menginap
55 Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56 Chapter 55. Baikan
57 Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58 Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59 Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60 Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61 Chapter 60. Masalah baru
62 Chapter 61. Dek Sha
63 Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64 Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65 Chapter 64. Alena
66 Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67 Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68 Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69 Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70 Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71 Chapter 70. Aku mau bayi kol
72 Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73 Chapter 72. Lita dkk berulah
74 Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75 Chapter 74. Key Marah
76 Chapter 75. Rion si bocah
77 Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78 Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79 Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80 Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81 Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82 Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83 Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84 Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85 Chapter 84. Penyesalan Argan
86 Chapter 85. I love you Ashana
87 Chapter 86. Tim K2 n A2R
88 Chapter 87. Couple A2
89 Chapter 88. Sarapan bersama tim
90 Chapter 89. Ajakan bulan madu
91 Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92 Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93 Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94 Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95 94. Will you marry me (Alena)
96 95. Pasar malam
97 96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98 97. Pacaran Halal
99 98. Puncak Bogor
100 Liburan singkat penuh arti
101 dokter Shanine
102 Suami dek Sha tersayang
103 Keputusan dokter Shanine
104 Ketrampilan tersembunyi Key
105 Karena mereka percaya kemampuanmu
106 Briefing
107 Key memimpin operasi
108 Perjuangan Key & tim
109 Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110 Obrolan Ringan dalam mobil
111 Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112 Sahabat saling menguatkan
113 Maaf. dia belum ada di sini
114 Dukungan Key untuk Amoora
115 Pernikahan Naren & Cia
116 Mensyukuri keterpaksaan
117 Key merajuk
118 test pack
119 Kabar bahagia
120 Manis tapi lebih manis dari gula
121 Biar kamu makin cinta
122 Pengganti es coklat
123 Dapat sepasang
124 Jatuh dari tangga
125 Istriku kenapa Van?
126 Keguguran
127 Datang untuk minta maaf
128 Berdua saling menguatkan
129 Sama-sama kehilangan
130 Permintaan maaf Lita
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Pemberitahuan
3
Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4
Chapter 3. Bertemu Kembali
5
Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6
Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7
Chapter 6. Hati yang retak
8
Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9
Chapter 8. Awal mula benci
10
Chapter 9. Asha crayon Kafka
11
Chapter 10. Kembalinya Ashana
12
Chapter 11. Makan siang bersama
13
Chapter 12. Masalah baru
14
Chapter 13. Kesalah pahaman
15
Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16
Chapter 15. Kelulusan Kafka
17
Chapter 16. Makan malam
18
Chapter 17. Asha dan semestanya
19
Chapter 18. Harvard
20
Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21
Chapter 20. Indonesia
22
Chapter 21. Tidak antusias lagi
23
Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24
Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25
Chapter 24. Kehilangan
26
Chapter 25. Luka
27
Chapter 26. Stanford
28
Chapter 27. Salah paham lagi
29
Chapter 28. Asha kecelakaan
30
Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31
Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32
Chapter 31. Rion si overprotektif
33
Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34
Chapter 33. Penyesalan kafka
35
Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36
chapter 35. Key X Kafka satu team
37
Chapter 36. Sikap Profesional Key
38
Chapter 37. Sama-sama terluka
39
Chapter 38. Jangan Pulang
40
Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41
Chapter 40. Cincin di jari manis
42
Chapter 41. Kena Amukan Key
43
Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44
Chapter 43. Trauma
45
Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46
Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47
Chapter 46. Siapa Altezza
48
Chapter 47. Kafka marah
49
Chapter 48. A2R si kompor
50
Chapter 49. Kegagalan Kafka
51
Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52
Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53
Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54
Chapter 53. Menginap
55
Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56
Chapter 55. Baikan
57
Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58
Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59
Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60
Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61
Chapter 60. Masalah baru
62
Chapter 61. Dek Sha
63
Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64
Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65
Chapter 64. Alena
66
Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67
Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68
Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69
Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70
Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71
Chapter 70. Aku mau bayi kol
72
Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73
Chapter 72. Lita dkk berulah
74
Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75
Chapter 74. Key Marah
76
Chapter 75. Rion si bocah
77
Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78
Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79
Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80
Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81
Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82
Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83
Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84
Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85
Chapter 84. Penyesalan Argan
86
Chapter 85. I love you Ashana
87
Chapter 86. Tim K2 n A2R
88
Chapter 87. Couple A2
89
Chapter 88. Sarapan bersama tim
90
Chapter 89. Ajakan bulan madu
91
Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92
Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93
Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94
Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95
94. Will you marry me (Alena)
96
95. Pasar malam
97
96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98
97. Pacaran Halal
99
98. Puncak Bogor
100
Liburan singkat penuh arti
101
dokter Shanine
102
Suami dek Sha tersayang
103
Keputusan dokter Shanine
104
Ketrampilan tersembunyi Key
105
Karena mereka percaya kemampuanmu
106
Briefing
107
Key memimpin operasi
108
Perjuangan Key & tim
109
Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110
Obrolan Ringan dalam mobil
111
Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112
Sahabat saling menguatkan
113
Maaf. dia belum ada di sini
114
Dukungan Key untuk Amoora
115
Pernikahan Naren & Cia
116
Mensyukuri keterpaksaan
117
Key merajuk
118
test pack
119
Kabar bahagia
120
Manis tapi lebih manis dari gula
121
Biar kamu makin cinta
122
Pengganti es coklat
123
Dapat sepasang
124
Jatuh dari tangga
125
Istriku kenapa Van?
126
Keguguran
127
Datang untuk minta maaf
128
Berdua saling menguatkan
129
Sama-sama kehilangan
130
Permintaan maaf Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!