Chapter 6. Hati yang retak

Key sudah berada di sofa ruang tengah rumahnya ketika dia terbangun, seingatnya tadi dia masih tidur di mobil. Dia meregangkan tangan dan kakinya, dia masih sedikit mengantuk tapi sudah tidak seperti tadi ketika masih di mobil.

“Kak lu diet gih, berat banget gendong lu dari mobil sampe kesofa.”

“Ish aku gak seberat itu sih.” Key melempar bantal sofa kearah Rion yang disambut tawa lepas olehnya karena berhasil menjahili kakaknya.

“Adek, kakaknya baru sampai juga. Bukannya biar istirahat malah digodain,” Bunda Maira datang dari dapur membawa segelas air minum untuk diberikan pada Key.

“Sayang, naik keatas dulu bersih-bersih. Kamar kakak sudah diberesin, sudah bersih. Bunda sudah siapin makanan kesukaan kakak,” Bunda Maira hendak memeluk Key namun ditepisnya.

“Bun kakak baru dari rumah sakit, peluknya nanti ya kalau sudah mandi.”

“Bunda lupa sayang, ya sudah sana naik.” Key berjalan kekamarnya untuk mandi dan beres-beres, sementara Bunda dan Bi Ana menyiapkan makan malam untuk mereka sekeluarga.

Key sudah selesai mandi dan sudah tampak lebih segar, dia merebahkan tubuhnya di kasur yang sudah sembilan tahun lamanya tak pernah dia jamah. Tak butuh waktu lama untuknya terlelap, lelah sudah benar-benar menyergapnya. Dia biarkan dirinya seolah terhipnotis dengan aroma diffuser dan juga suhu AC yang sudah diatur senyaman mungkin untuknya.

Cia membuka pintu kamar Key, karena makan malam sudah siap dia berniat membangunkan kakaknya. Bulir-bulir bening justru jatuh tanpa bisa ditahannya saat melihat kakaknya sedang terlelap dalam tidurnya. Cia berusaha untuk tak terisak namun justru suara tangisnya yang sekuat tenaga dia tahan lolos juga semakin kencang. Isak tangisnya membangunkan Key yang sedang terlelap tidur.

“Cia .. Hai, kenapa nangis?” Key yang terbangun lalu mendekat pada adik perempuannya itu, dia peluk dan diusapnya punggung Cia dengan lembut. Begitupun Cia yang seolah ingin melepaskan semua rasa rindu pada kakak yang sangat dia rindukan, dia membalas pelukan kakaknya dengan erat seolah tak mau lagi ditinggalkan.

“Kak .. ka .. kak a .. aku gak akan biarin kamu pergi lagi,” tenggorokan Cia seolah tercekat tak bisa berkata-kata karena tangisnya yang semakin kencang. Key terus mengusap lembut punggungnya, menenangkan Cia. Rasa bersalah menyelimuti hatinya, Key tahu keegoisannya selama sembilan tahun ini tidak hanya melukainya tapi juga melukai Bunda, Cia juga Rion.  Haruskah kali ini dia tinggal di Indonesia lebih lama lagi, bukankah mereka lebih berharga dari pada masalah dirinya dengan kafka.

“Hmm .. udah ya jangan nangis terus. Aku sudah ada di sini, maafin kakak karena terlalu egois. Kakak bakal tebus waktu yang sudah hilang, kemanapun kamu mau kita kesana.” Diusapnya pipi Cia yang masih terus mengalirkan bulir-bulir bening.

“Janji ya?” Key menganggukkan kepalanya tanda setuju, tanpa di sadari dari balik pintu ternyata ada yang juga menahan diri untuk tidak terisak. Rion menguping pembicaraan kakaknya, sama seperti Cia dia menyimpan rindu yang sangat dalam pada Key.

Mereka sudah ada di meja makan untuk makan malam bersama, bi Ana dan pak Maman dan beberapa karyawan yang tinggal di rumah  juga di minta makan malam bersama mereka. Begitulah keluarga Key tidak membeda-bedakan, apalagi malam itu adalah makan malam spesial menyambut Key pulang ke rumah. Althan Malvin Zerrano berhasil mengajarkan anak-anaknya untuk menghargai setiap yang mereka miliki, andai dia masih hidup pasti sangat bangga dengan pencapain ketiga anaknya.

Mereka berkumpul di ruang tengah sambil melepaskan rindu, tertawa bersama sambil bercerita dan nonton film sembari memakan camilan buatan bi Ana. Bi Ana, pak Maman dan yang lain merasa rumah itu seperti hidup kembali setelah anak pertama keluarga itu yang tak lain adalah Key kembali ke rumah setelah sekian tahun lamanya. Bi Ana dan pak Maman tahu benar jatuh bangun bunda Maira setelah pak Malvin meninggal, belum lagi Key yang mengalami kecelakaan sebulan setelah ayahnya berpulang membuat mereka semua harus pindah rumah untuk sementara waktu.

“Bunda .. boleh Key masuk?” Key mengetuk pintu kamar bundanya, meminta ijin untuk masuk.

“Iya sayang, sebentar.” Maira beranjak dari kasurnya menyalakan lampu utama dan membuka pintu untuk Key.

“Key boleh tidur sama bunda?” Maira menggenggam tangan Key dan membawanya masuk untuk tidur bersamanya, mengatur bantal Key agar sejajar dengan bantalnya.

“Bun .. bunda,” Maira menatap lekat wajah putrinya yang kini nampak berkaca-kaca.

“Ada apa sayang?” Diusapnya dengan lembut wajah putrinya, dia seka air mata putrinya yang mulai lolos satu demi satu jatuh membasahi pipinya.

“Maaf .. maaf bun, Key terlalu lama pulang ya bun? Maaf karena Key selalu egois hanya memikirkan diri sendiri tanpa berpikir kalau adik-adik juga terluka karena Key,” Maira membawa putrinya masuk dalam pelukannya, pelukan hangat yang sebenarnya selalu Key rindukan.

“Sayang ..  dengerin bunda, kakak tidak egois. Kamu hanya butuh waktu untuk menerima semua yang kamu alami. Jangan menyalahkan diri sendiri! Bunda, Cia dan adek tidak pernah menyalahkan kakak atas semua keputusan yang kakak ambil.” Dikecupnya puncak kepala key dengan penuh rasa sayang.

“Key takut bun, untuk pertama kalinya hari ini kami berjumpa setelah sembilan tahun berlalu. Rion memukulnya setelah melihat kak Kafka memeluk Key,” Maira tampak terkejut mendengar penuturan putrinya.

“Bagaimana perasaan kakak setelah bertemu dengan Kafka?”

“Tidak tahu bun, ada banyak hal yang seolah ingin menyeruak meminta keluar dari kepalaku. Entah itu rasa marah, kesal, benci, rindu, sayang atau yang lainnya. Aku tidak tahu bun, aku bingung dengan semua yang kurasakan saat bertemu dengannya.”

“Pelan-pelan sayang, sudah saatnya putri bunda bukan lari tapi mengahadapi yang harus dihadapi. Semua hal butuh waktu dan proses, apapun nanti keputusan yang akan Key ambil bunda akan selalu ada di samping Key.”

“Kita juga akan selalu ada di samping lu, awas aja kalau si brengsek itu berani nyakitin lu lagi kak. Gue pastikan dia menyesal,” Rion dan Cia yang sudah sedari tadi berada dibalik pintu kamar bundanya tidak tahan lagi untuk masuk dan mereka langsung ikut merebahkan diri bersama diantara bunda dan Key.

“Adek jaga mulutnya, kak Kafka tetap lebih tua dari kamu jadi tidak boleh seperti itu,” Maira mengingatkan putra bungsunya itu.

“Tapi aku setuju sama Rion bun, hadapi kita dulu kalau mau nyakitin kakak.” Cia menyusup diantara bunda dan kakaknya, diikuti Rion yang mulai menyamankan posisinya berbaring di samping Key. *Kasur bunda Maira ini tipe dua ranjang yang dijadikan satu ya guys jadi bisa muat untuk mereka berempat*

Mereka mulai terlelap, hanya tinggal Key yang masih memandangi satu per satu keluarganya. Kehangatan yang sudah lama Key lupakan kini terasa kembali. Hatinya memang masih terluka, traumanya terhadap hujan belum sepenuhnya sembuh. Bahkan sampai saat ini Key masih takut menyetir mobil sendiri, dia lebih suka naik motor dari pada harus mengendarai mobil kecuali orang lain yang menyetir.

“Ayah .. tolong bantu Key dari atas sana, Key tahu apa yang ayah lakukan pasti untuk kebaikan Key. Maafkan key jika suatu saat nanti harus mengambil Keputusan yang mungkin tak sejalan dengan yang ayah inginkan.”

Hal yang dia hindari dan dia takutkan tetap harus di hadapi juga akhirnya. Kafka telah menjadi luka yang masih menorehkan goresan tanpa jeda dalam hatinya, mengubah Asha menjadi Keyra. Matahari terbit yang dulu menjadi sinar paling terang kini menjadi sumber lara untuk Ashana Keyra Zerrin.

 

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 : Pemberitahuan
3 Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4 Chapter 3. Bertemu Kembali
5 Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6 Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7 Chapter 6. Hati yang retak
8 Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9 Chapter 8. Awal mula benci
10 Chapter 9. Asha crayon Kafka
11 Chapter 10. Kembalinya Ashana
12 Chapter 11. Makan siang bersama
13 Chapter 12. Masalah baru
14 Chapter 13. Kesalah pahaman
15 Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16 Chapter 15. Kelulusan Kafka
17 Chapter 16. Makan malam
18 Chapter 17. Asha dan semestanya
19 Chapter 18. Harvard
20 Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21 Chapter 20. Indonesia
22 Chapter 21. Tidak antusias lagi
23 Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24 Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25 Chapter 24. Kehilangan
26 Chapter 25. Luka
27 Chapter 26. Stanford
28 Chapter 27. Salah paham lagi
29 Chapter 28. Asha kecelakaan
30 Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31 Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32 Chapter 31. Rion si overprotektif
33 Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34 Chapter 33. Penyesalan kafka
35 Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36 chapter 35. Key X Kafka satu team
37 Chapter 36. Sikap Profesional Key
38 Chapter 37. Sama-sama terluka
39 Chapter 38. Jangan Pulang
40 Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41 Chapter 40. Cincin di jari manis
42 Chapter 41. Kena Amukan Key
43 Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44 Chapter 43. Trauma
45 Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46 Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47 Chapter 46. Siapa Altezza
48 Chapter 47. Kafka marah
49 Chapter 48. A2R si kompor
50 Chapter 49. Kegagalan Kafka
51 Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52 Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53 Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54 Chapter 53. Menginap
55 Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56 Chapter 55. Baikan
57 Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58 Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59 Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60 Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61 Chapter 60. Masalah baru
62 Chapter 61. Dek Sha
63 Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64 Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65 Chapter 64. Alena
66 Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67 Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68 Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69 Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70 Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71 Chapter 70. Aku mau bayi kol
72 Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73 Chapter 72. Lita dkk berulah
74 Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75 Chapter 74. Key Marah
76 Chapter 75. Rion si bocah
77 Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78 Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79 Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80 Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81 Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82 Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83 Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84 Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85 Chapter 84. Penyesalan Argan
86 Chapter 85. I love you Ashana
87 Chapter 86. Tim K2 n A2R
88 Chapter 87. Couple A2
89 Chapter 88. Sarapan bersama tim
90 Chapter 89. Ajakan bulan madu
91 Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92 Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93 Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94 Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95 94. Will you marry me (Alena)
96 95. Pasar malam
97 96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98 97. Pacaran Halal
99 98. Puncak Bogor
100 Liburan singkat penuh arti
101 dokter Shanine
102 Suami dek Sha tersayang
103 Keputusan dokter Shanine
104 Ketrampilan tersembunyi Key
105 Karena mereka percaya kemampuanmu
106 Briefing
107 Key memimpin operasi
108 Perjuangan Key & tim
109 Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110 Obrolan Ringan dalam mobil
111 Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112 Sahabat saling menguatkan
113 Maaf. dia belum ada di sini
114 Dukungan Key untuk Amoora
115 Pernikahan Naren & Cia
116 Mensyukuri keterpaksaan
117 Key merajuk
118 test pack
119 Kabar bahagia
120 Manis tapi lebih manis dari gula
121 Biar kamu makin cinta
122 Pengganti es coklat
123 Dapat sepasang
124 Jatuh dari tangga
125 Istriku kenapa Van?
126 Keguguran
127 Datang untuk minta maaf
128 Berdua saling menguatkan
129 Sama-sama kehilangan
130 Permintaan maaf Lita
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 : Pemberitahuan
3
Chapter 2. Pulang ke Indonesia
4
Chapter 3. Bertemu Kembali
5
Chapter 4. Masihkah ada kesempatan?
6
Chapter 5. Pukulan untuk kafka
7
Chapter 6. Hati yang retak
8
Chapter 7. Akan menebus yang hiang
9
Chapter 8. Awal mula benci
10
Chapter 9. Asha crayon Kafka
11
Chapter 10. Kembalinya Ashana
12
Chapter 11. Makan siang bersama
13
Chapter 12. Masalah baru
14
Chapter 13. Kesalah pahaman
15
Chapter 14. Hukuman dari bu eli
16
Chapter 15. Kelulusan Kafka
17
Chapter 16. Makan malam
18
Chapter 17. Asha dan semestanya
19
Chapter 18. Harvard
20
Chapter 19. Ulang tahun Kafka
21
Chapter 20. Indonesia
22
Chapter 21. Tidak antusias lagi
23
Chapter 22. Kecelakaan sang ayah
24
Chapter 23. Berpulangnya Ayah Asha
25
Chapter 24. Kehilangan
26
Chapter 25. Luka
27
Chapter 26. Stanford
28
Chapter 27. Salah paham lagi
29
Chapter 28. Asha kecelakaan
30
Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana
31
Chapter 30. Hidup Baru Sebagai Key
32
Chapter 31. Rion si overprotektif
33
Chapter 32. pertemuan maira dan tiara
34
Chapter 33. Penyesalan kafka
35
Chapter 34. Bucket Bunga Mawar
36
chapter 35. Key X Kafka satu team
37
Chapter 36. Sikap Profesional Key
38
Chapter 37. Sama-sama terluka
39
Chapter 38. Jangan Pulang
40
Chapter 39. Memperjuangan Key di mulai
41
Chapter 40. Cincin di jari manis
42
Chapter 41. Kena Amukan Key
43
Chapter 42. Amoora memberitahu Kafka
44
Chapter 43. Trauma
45
Chapter 44. Penyebab & Penawar Luka
46
Chapter 45. Menghabiskan hidupku bersamamu
47
Chapter 46. Siapa Altezza
48
Chapter 47. Kafka marah
49
Chapter 48. A2R si kompor
50
Chapter 49. Kegagalan Kafka
51
Chapter 50. Usaha mama Tiara untuk Kafka
52
Chapter 51. Deeptalk Key x Kafka
53
Chapter 52. Obrolan Kafka x Altezza
54
Chapter 53. Menginap
55
Chapter 54. Mengurai kesalah pahaman
56
Chapter 55. Baikan
57
Chapter 56. Pergi satu yang lain datang
58
Chapter 57. Obrolan singkat Key dan bunda
59
Chapter 58. Lima Sekawan (Key, Kafka, A2R)
60
Chapter 59. Berhasil melakukan tindakan
61
Chapter 60. Masalah baru
62
Chapter 61. Dek Sha
63
Chapter 62. Tawaran kerja sama dari Lita
64
Chapter 63. Pertemuan 3 dokter
65
Chapter 64. Alena
66
Chapter 65. Vincent pindah ruangan
67
Chapter 66. Teman lama Kafka & Revan
68
Chapter 67. Awal kedekatan Asha & Alena Remaja
69
Chapter 68. Kita ketemu di sasana
70
Chapter 69. Deeptalk Kafka bersama Key, A2R, Vincent dan Alena
71
Chapter 70. Aku mau bayi kol
72
Chapter 71. Aku Menyukai Alena
73
Chapter 72. Lita dkk berulah
74
Chapter 73. Revan Alena salah tingkah
75
Chapter 74. Key Marah
76
Chapter 75. Rion si bocah
77
Chapter 76. Deeptalk Kafka x Rion
78
Chapter 77. Deeptalk Kafka x Key (2)
79
Chapter 78. Deeptalk Kafka x Key (3)
80
Chapter 79. Kamu adalah obat terbaik
81
Chapter 80. fase Kubler-Ross Key
82
Chapter 81. Makan malam bersama setelah sembilan tahun
83
Chapter 82. Kafka dan bunda Maira
84
Chapter 83. Tidak bisa gegabah
85
Chapter 84. Penyesalan Argan
86
Chapter 85. I love you Ashana
87
Chapter 86. Tim K2 n A2R
88
Chapter 87. Couple A2
89
Chapter 88. Sarapan bersama tim
90
Chapter 89. Ajakan bulan madu
91
Chapter 90. Rindu seorang mama mertua
92
Chapter 91. Hodie untuk Ķafka
93
Chapter 92. Namanya Ashana Keyra Zerrin
94
Chapter 93. Amarah Tiara yang tertunda
95
94. Will you marry me (Alena)
96
95. Pasar malam
97
96. Pasar malam 2 (Sederhana menghangatkan hati)
98
97. Pacaran Halal
99
98. Puncak Bogor
100
Liburan singkat penuh arti
101
dokter Shanine
102
Suami dek Sha tersayang
103
Keputusan dokter Shanine
104
Ketrampilan tersembunyi Key
105
Karena mereka percaya kemampuanmu
106
Briefing
107
Key memimpin operasi
108
Perjuangan Key & tim
109
Satu atau dua tampan atau cantik sepertimu
110
Obrolan Ringan dalam mobil
111
Kerandoman pagi ruangan tim bedah Kafka
112
Sahabat saling menguatkan
113
Maaf. dia belum ada di sini
114
Dukungan Key untuk Amoora
115
Pernikahan Naren & Cia
116
Mensyukuri keterpaksaan
117
Key merajuk
118
test pack
119
Kabar bahagia
120
Manis tapi lebih manis dari gula
121
Biar kamu makin cinta
122
Pengganti es coklat
123
Dapat sepasang
124
Jatuh dari tangga
125
Istriku kenapa Van?
126
Keguguran
127
Datang untuk minta maaf
128
Berdua saling menguatkan
129
Sama-sama kehilangan
130
Permintaan maaf Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!