Bab 20

Sedangkan dari jauh seorang pria tersenyum kecut. Saat melihat keduanya tertawa bahagia. Karna waktu mereka hanya tinggal sedikit. Apalagi tidak akan banyak waktu lagi Untuk mereka bisa berkumpul seperti dulu. Karna setelah ujian mereka pun akan berpisah.

" Yuk ke kantin," kata Sani

" Ngak ah, aku bawa bekal di tas. Nanti aja ke kantinnya pas kita pulang," kata Lisa meraih tasnya dan mengeluarkan kotak makanan yang berisi roti lapis dan buah anggur.

" Nih buat ganjalan sementara," kata Lisa menyodorkan kotak makanannya

" Yah baiklah, padahal aku berniat traktir loe Lis hari ini. Tapi karna loe ngak mau ya ngak jadi deh makan yang ada saja," kata Sani

" Terimakasih simpan aja duit loe. Buat tabungan loe kuliah. Nanti pulangnya gue yang traktir loe deh. Tapi bukan di kantin, tapi di cafe depan sana," kata Lisa

" Ok ...asyik makan gratis. Tidak menolak Lis," kata Sani senang.

" Kebiasaan, dah gue baca baca dulu," kata Lisa.

" Hehehe ," tawa Sani ikut mengambil bukunya dan membaca bukunya di samping Lisa . Hingga suara mereka kembali hening. Hanya langkah kaki para siswa lain saja. Yang mulai keluar dari kelas ujian.

*************

Seminggu berlalu dengan cepat. Ketika Lisa menyelesaikan ujian sekolah. Hingga membuat Sani berteriak senang. Saat mereka akan mengadakan perpisahan sekolah dalam waktu dekat

" Lisa .. Sani " teriak Gita menghampiri keduanya.

" Hai ngapain loe Git lari lari. Seperti orang di kejar setan," kata Sani

" Huh...gue nyari kalian di kantin tadi. Tapi kalian ngak ada disana. Mau menyampaikan amanah saja dari kak Dean. Nih voucher gratis makan buat kalian berdua dari kak Dean," kata Gita.

" Hah ...kok bisa?" kata Lisa kaget

" Iya loe kok bisa dapat, ini kan voucher cafe mahal," kata Sani menatap Gita.

" Ini katanya hadiah promosi. Kak Dean buka tempat les lagi di tempat lain. Jadi kita dapat voucher gratis makan disana lusa Aku juga dapat sama Lucky akan ikut datang kesana . Karna kita juga les di sana setiap hari minggu," kata Gita

" Jadi loe les di sana juga Git. Kok loe ngak cerita?" kata Sani kaget.

" Iyalah, kan waktu itu gue pindah dari tempat lama karna biaya lesnya mahal. Jadi kita nyari tempat baru dan ambil di situ. Dan kebetulan, yang ngajar Kak Dean tetangga gue," kata Gita.

" O..jadi kak Dean itu tetangga loe," kata Lisa.

" Yup...nih , kita bareng ya besok perginya Biar gue bisa boncengan sama Lucky kesananya," kata Gita.

" Hah, loe sama Lucky, emang kalian pacaran?" kata Sani. Yang dianggukan Gita.

" Ya sudah, gue berangkatnya sama Sani.," kata Lisa sembari tersenyum. Sambil matanya melihat voucher makan gratis di tangannya. Lalu setelah itu, ketiganya pun ngobrol tentang rencana masa depan mereka.

Di sebuah ruangan. Amar mulai sibuk dengan berkasnya. Setelah dua minggu ini Amar di perkenalkan sebagai CEO baru di perusahaan besar milik papinya. Yang bergerak di bidang pembangunan dan tata ruang. Yang di mendesain beberapa rumah real estate dan gedung gedung bertingkat.

" Pagi pak, ini berkas yang bapak minta," kata seorang wanita cantik. Yang tak lain sekertaris Amar bernama Santi

" Letakkan saja di situ," kata Amar tanpa menoleh.

" Baik pak," kata Santi yang langsung keluar dari ruangan bosnya itu. Dan Santi kembali kemeja kerjanya.

" Gimana bos baru, sudah bisa merespon ngak?" kata Dewi sekertaris Zain. Melirik Santi yang baru duduk

" Ngak , dia seperti kulkas dua pintu. Cuek dan dingin. Seperti bos loe tuh si pinguin kutub," seloroh Santi.

" Tapi ganteng kan?" kata Dewi memainkan alisnya.

" Alah ngak usah nyari perkara loe wi. Loe aja ngak bisa dekati pak Zain. Apalagi tuh big bos. Wajahnya selalu datar jika ditanya.," kata Santi menata berkasnya.

" Yah...jomblo dong kita, tapi tidak masalah. Asal mereka baik hati dan royal. Karna jika mereka marah marah bisa stress kita di buatnya," kata Dewi yang sudah bekerja menjadi sekertaris Zain selama 5 tahun. Namun pria itu terlihat kaku padanya.

Padahal segala cara sudah dilakukan Dewi Banyak kiat yang Dewi usahakan.Agar bisa mendekati bosnya itu. Namun Zain hanya bersikap biasa saja. Bahkan tidak sekalipun Zain tergoda padanya.

Sedangkan di ruangannya Amar menarik nafas dalam. Setelah mengecek semua berkasnya. Lalu Amar bersandar di kursi kebesaran warisan papinya itu. Sambil tangan Amar meraih telp kantor di mejanya

" San suruh pak Zain keruangan ku sekarang!!" kata Amar

" Baik pak, " jawab Santi dari luar ruangan Yang langsung melirik Dewi.

" Wi ..tuh bos loe di panggil big bos," kata Santi pada Dewi sesama rekan kerjanya.

" Ya , akan aku panggilkan," kata Dewi beringsut dari tempat duduknya. Lalu menuju ruangan direktur.

**************

Sorenya Lisa terlihat sibuk sendiri di dalam kamarnya. Ia sedang menata buku bukunya. Sembari mencari buku buku soal untuk masuk perguruan tinggi. Yang dulu sempat di berikan Amar padanya.

" Di mana kusimpan ya, apa di kamar bang Zain?" kata Lisa berpikir. Karna ia lupa menyimpan buku itu.

" Aku cek saja ah, tapi apa aku harus minta izin abang Zain dulu" kata Lisa meraih ponselnya. Berniat ingin menelpon Zain sambil melangkah ke ruang tengah. Namun terlihat Zain sudah masuk rumah. Sambil bicara di telponnya.

" Jangan lupa bilang papi dan mami. Aku akan keluar kota untuk mengurusnya" kata Zain yang tidak melihat Lisa berdiri. Zain melewatinya begitu saja sambil masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Dan Lisa yang mengikutinya dari belakang. Ingin mengetuk pintu, namun ketika Lisa ingin mendorong pintu.

" Tidak perlu, kau bukan lagi abangnya Mar, jaga jarak dengan Lisa. Kau lupa dia bukan adikmu. Lisa adik kandung ku ," kata Zain.

Jedar ..... .

Lisa berdiri mematung di belakang pintu. Terkejut mendengar perkataan Zain. Yang membuat kepalanya serasa di sambar petir mendengarnya. Dan matanya mulai berkaca kaca.

" Tidak mungkin...," geleng Lisa mundur dari pintu kamar Zain. Lalu berbalik badan menuju kamarnya.

" Apa itu benar, itu bohong kan," kata Lisa masuk kekamarnya bersandar di balik pintu dan duduk terisak di lantai.

" Apa aku salah dengar " kata Lisa menunduk memangku kedua tangan nya diatas lututnya. Dan mulai menangis. Tubuhnya terguncang mengingat perkataan Zain. Terbayang wajah Amar yang selalu ada dalam hidupnya. Yang selama ini selalu bersamanya dari semenjak mereka masih kecil dan beranjak dewasa.

" Bunda...ayah..." isak Lisa. Hingga air matanya makin tumpah ruah.

" Hiks ....hiks... Itu tidak mungkin, bang Amar abang Lisa. Kami tumbuh besar bersama," guman Lisa

Zain yang selesai mandi di kamarnya. Langsung berpakaian, lalu ia berniat mencari Lisa ke kamar adiknya. Untuk

mengajak Lisa makan di luar. Karna hari ini ayah dan bundanya akan pulang larut malam. Karena sedang menghadiri undangan kerabat bunda mereka di daerah kota Bandung.

De...apa ade sudah pulang?" panggil Zain mengetuk pintu kamar Lisa. Namun tidak terdengar ada jawaban.

Tok...tok...tok

" De.. ." panggil Zain kembali mengetuk pintu kamar Lisa. Namun belum ada jawaban. Hingga Zain memutar gagang pintu kamar Lisa yang tidak terkunci.

Clek....

Zain mendorong pintu. Namun sepertinya tidak bisa terbuka lebar. Yang membuat Zain memasukan kepalanya disela pintu dan ...

" Lisa....!!" kata Zain kaget. Hingga ia cepat masuk Ketika melihat tubuh Lisa telungkup di lantai dan merengkuh tubuh mungil itu.

" De ade kenapa," kata Zain yang langsung mengangkat tubuh Lisa dan memeriksanya begitu juga denyut nadinya.

" Astaga Lisa pingsan. Dan badannya sangat panas," kata Zain yang mengangkat Lisa keluar menuju ke ruang depan. Dan membaringkannya di sofa

" Bertahan ya de,kita kerumah sakit sekarang," kata Zain Bergegas menyiapkan mobil di garasi

Terpopuler

Comments

Marsiyah Minardi

Marsiyah Minardi

Lisa syock, ga sengaja dengar omongan Zain
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar

2024-12-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Curiga.
2 Bab 2 Pertemuan Dengan Teman Lama.
3 Bab 3 Kenyataan Yang Memilukan.
4 Bab 4 Wajah Sembab Bunda.
5 Bab 5 Teman Amar
6 Bab 6 Kaget
7 Bab 7 Orang Baru
8 Bab 8 Alasan Sudah Nifas
9 Bab 9 Lisa Penasaran
10 Bab 10 Permintaan Mami Amar
11 Bab 11 Bermimpi
12 Bab 12 Melihat Mia
13 Bab 13 Pesona Dean
14 Bab 14 Pesona Dean 2
15 Bab 15 Perasaan Lisa
16 Bab 16 Alasan Amar
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 107
107 Bab 108
108 Bab 108
109 Bab 109
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Bab 1 Curiga.
2
Bab 2 Pertemuan Dengan Teman Lama.
3
Bab 3 Kenyataan Yang Memilukan.
4
Bab 4 Wajah Sembab Bunda.
5
Bab 5 Teman Amar
6
Bab 6 Kaget
7
Bab 7 Orang Baru
8
Bab 8 Alasan Sudah Nifas
9
Bab 9 Lisa Penasaran
10
Bab 10 Permintaan Mami Amar
11
Bab 11 Bermimpi
12
Bab 12 Melihat Mia
13
Bab 13 Pesona Dean
14
Bab 14 Pesona Dean 2
15
Bab 15 Perasaan Lisa
16
Bab 16 Alasan Amar
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 107
107
Bab 108
108
Bab 108
109
Bab 109

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!