Bab 16 Alasan Amar

Lalu Amar menangkup pipi Lisa dengan kedua tangannya. Sembari menghapus air mata Lisa yang masih basah karna air mata.

" Jangan menangis lagi. Bang Amar tidak sanggup melihatnya," kata Amar menarik Lisa kembali ke dalam pelukannya. Entah kenapa ia tidak bisa menyakiti perasaan Lisa. Apalagi untuk berkata kata kasar.

" Maafkan abang, jika tadi abang bersikap kasar pada ade. Karna Abang sangat bingung. Mia itu gadis yatim piatu. Dia tidak punya siapa siapa di kota ini.Jadi bang Amar tidak bisa menolak, jika Mia minta tolong pada abang" kata Amar.

" Bukannya kak Mia sudah punya pacar bang Kenapa tidak minta tolong sama pria itu saja," kata Lisa yang mulai berhenti menangis. Hingga Amar mengurai pelukannya.

" Apa ade tahu sesuatu?" kata Amar bertanya.

Lisa pun menceritakan apa yang dia lihat Saat Mia makan siang dengan seorang pria Yang membawa mobil biru. Sehingga Amar mengernyitkan dahinya. Untuk mengingat siapa penguna mobil biru itu.

" Mungkin itu teman nya juga de, ya sudah biar kopinya abang buat sendiri," kata Amar yang tidak ingin membahas Mia.

" Maaf , ade lupa," kata Lisa yang hanya membuat susunya sendiri. Hingga lupa membuatkan kopi Amar.

" Tidak apa apa," kata Amar yang menuangkan air panas dari termos ke cangkir lalu mengaduknya. Setelah di beri gula dan kopi plus susu.

" Sudah ayo ke ruang tamu" kata Amar .

" Tidak bang, Lisa mau belajar saja, kata Lisa menolak halus.

" Ya sudah, nanti abang antar kak Mia sekalian ya. Ade jangan lupa makan jika selesai belajar," kata Amar

" Ya " angguk Lisa yang menyesap susunya. Sedangkan Amar kembali keruang tamu. Begitu juga Lisa yang kembali kedalam kamarnya. Dan langsung duduk di depan meja belajarnya

" Kenapa aku jadi cemburu, jika abang bersama kak Mia ya?" kata Lisa berpikir sejenak. Entah mengapa feelingnya merasa Amar berbeda dari yang dulu.

" Aish....dia kan abangku," guman Mia sambil menyesap susunya. Lalu membuka buku untuk di baca. Karna Lisa harus mempersiapkan diri untuk ujian minggu depan.

Sedangkan Amar di ruang tamu. Duduk sambil menyesap kopinya. Dan sesekali ia melirik Mia. Menunggu Mia menyelesaikan tugasnya.

" Mi, apa kau dekat dengan seorang pria?" tanya Amar. Ketika teringat cerita Lisa padanya.

" Memang kenapa mar?" tanya Mia balik.

" Apa kau pernah makan di cafe GA siang hari bersama seorang pria. Yang memakai mobil biru" kata Amar memastikan sesuatu

" Ya aku bersama Hans," kata Mia jujur.

" Apa kalian punya hubungan spesial. Maaf jika aku menanyakan hal itu?" kata Amar dengan suara pelan.

" Kami baru kenalan Mar, dia anak teknik. Tapi ....." kata Mia

" Apa?" tanya Amar penasaran dengan lanjutannya.

" Dia bilang dia suka padaku. Tapi aku belum memberinya jawaban. Karna sibuk membuat skripsi dan proposal," kata Mia

" O begitu, ya terserah padamu. Jika kau suka, suruh saja dia melamar mu. Lagi pula tinggal menunggu luluskan," kata Amar

Deg..

Mia tidak menjawab. Ia fokus menatap layar komputer. Karna ada rasa kecewa di hatinya Karna Amar tidak sedikit pun punya rasa cemburu padanya. Apalagi untuk melarangnya pergi dengan siapa pun

Padahal Mia sudah lama mengharapkan Amar untuk menjadi bagian dari hidupnya.

" Mi, mau ku buatkan teh?" tanya Amar.

" Tidak usah mar, terimakasih sudah sering merepotkan mu. Ini sudah hampir selesai kok, dan setelah ini aku langsung pulang saja. Aku berharap setelah lulus kita bisa bertemu lagi," kata Mia.

" Ya insyaAllah," kata Amar yang tidak punya hati sama sekali pada Mia. Amar hanya menganggap Mia sahabat baiknya, tidak lebih dari itu. Karna rasa kasihannya, saat tahu Mia sebatang kara.

Setelah Mia menyelesaikan tugasnya. Amar pun mengantar Mia pulang. Dan berpamitan pada Lisa. Lisa hanya menyahut dari dalam kamarnya. Membiarkan Amar dan Mia pergi

*************

Pagi seperti biasanya Lisa sudah siap berangkat sekolah. Dan ia sudah menunggu di dalam mobil Zain. Saat Zain mengambil tas kerjanya.

" Bang, jam berapa bang Amar pulang tadi malam," kata Lisa bertanya.Saat Zain sudah duduk di sampingnya.

" Mungkin jam 10, apa ade belum bertemu Amar ?" tanya Zain berbohong. Karna selama ini Amar tidak pernah tidur lagi di kamarnya.

" Bertemu bang, tapi kemaren sore. Lalu bang Amar mengantar kak Mia pulang. Setelah belajar dan makan.Lisa tidur dan tidak tahu apalagi," kata Lisa.

" Amar sedang sibuk, ia harus mencari pekerjaan. Dan dia juga harus berangkat lebih pagi agar tidak mengantri saat di wawancara," kata Zain. Sembari menghidup kan mesin mobil.

" Begitu ya bang, apa susah mencari kerja. Kok kaya kuliah juga ya bang," kata Lisa.

" Ya begitulah hidup, jadi jangan banyak mengeluh. Takdir itu milik Allah. Sedangkan doa dan usaha milik manusia. Jadi kita harus banyak bersyukur. Karna tidak semua orang bisa mendapat pekerjaan yang baik," kata Zain. Mulai membawa mobilnya keluar halaman.

" Ya persaingan jaman sekarang sangat berat bang, kak kelas Lisa bilang ia akhir nya kuliah di kampus negri yang biasa biasa saja. Agar tidak terlalu stress masuk di kampus ternama. Karna saingannya cukup ketat dan sangat banyak," kata Lisa.

" Ya ngak masalah, yang penting kan dia bisa kuliah. Buat apa kuliah di kampus favorit, jika kita tidak bisa mengikuti dan stress dalam belajar. Lebih baik di kampus negri biasa biasa saja, tapi bisa berprestasi. Karna itu tidak menjamin. Ketika lulus langsung dapat pekerjaan kok. Tapi karna kemampuan kita sendiri untuk mempunyai skill dalam wawancara dan kemauan bekerja," kata Zain. Membawa mobilnya dengan santai menuju sekolah Lisa.

" Begitu ya bang, enak dong jadi bang Zain yang sudah bekerja. Dapat gaji besar, dapat fasilitas mobil kantor dan bonus. Bang.. apa ade nanti pas lulus, boleh kerja di kantor abang," kata Lisa.

" Boleh, tapi ade mau ambil jurusan kuliah apa dulu. Di kantor abang adanya lowongan sekertaris dan bagian keuangan. Tapi harus dengan seleksi ketat," kata Zain.

" Astaga....masa sih bang. Wah berat itu saingan banyak dong. Pasti wanita yang mau jadi sekertaris disana harus cantik, seksi dan pintar bahasa. Karna harus keluar menemani bosnya.," kata Lisa.

" Ya mungkin begitu, karna untuk lowongan lain hanya para arsitek berbakat. Dan kebanyakan para pria. Jarang sekali ada wanitanya," kata Zain.

" Oh ya, kenapa bang Amar tidak melamar di kantor bang Zain saja?" kata Lisa

" Amar sudah melamar, tinggal menunggu panggilan saja," jawab Zain. Karna Amar lah yang nanti akan mengantikan papinya memimpin perusahaan.

" Alhamdulilah, mudahan bang Amar di terima kerja di sana ya bang. Yey...Lisa senang kedua abang Lisa bisa satu kantor," kata Lisa berseloroh.

" Tidak satu kantor de, tapi satu perusahaan. Abang kan mengurus manajemen dan adminitrasi perusahaan. Sedangkan bang Amar mu mungkin akan mendesain gedung dan bangunan," jelas Zain.

" O begitu," kata Lisa melongo. Karna ia baru ingat jika Zain dan Amar berbeda keahlian. Dan Lisa pun terdiam memikirkan apa jurusan yang akan ia ambil nanti. Karna ia masih bingung dengan bakatnya. Namun Lisa cukup pintar dalam hitung hitungan, plus menguasai bahasa asing.

" De.. kok melamun sih. Kita sudah sampai ?" kata Zain.Menepuk bahu Lisa

" Hah...astaga maaf bang, tadi Lisa kepikiran jurusan kuliah," kata Lisa cepat membuka pintu mobil dan turun.

" Hmm...." kata Zain tersenyum.

" Terimakasih ya bang," kata Lisa menutup pintu mobil kembali.

" Ya " jawab Zain yang langsung melajukan mobilnya menuju kantor. Sedangkan Lisa berjalan cepat menuju gerbang sekolah. Dan berjalan menuju kelasnya. Namun di lorong sekolah tiba tiba ....

" Alisa...." panggil sebuah suara.

" Hah ...." kata Lisa menoleh dan melihat temannya berlari kearahnya.

Terpopuler

Comments

Marsiyah Minardi

Marsiyah Minardi

Emang benar si ya sekarang nyari kerja lebih susah, di samping persaingan ketat
Perusahaan pun banyak yang gulung tikar
PHK buanyaknyaaa
Mau usaha juga mesti pintar lihat sikon, peluang

2024-12-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Curiga.
2 Bab 2 Pertemuan Dengan Teman Lama.
3 Bab 3 Kenyataan Yang Memilukan.
4 Bab 4 Wajah Sembab Bunda.
5 Bab 5 Teman Amar
6 Bab 6 Kaget
7 Bab 7 Orang Baru
8 Bab 8 Alasan Sudah Nifas
9 Bab 9 Lisa Penasaran
10 Bab 10 Permintaan Mami Amar
11 Bab 11 Bermimpi
12 Bab 12 Melihat Mia
13 Bab 13 Pesona Dean
14 Bab 14 Pesona Dean 2
15 Bab 15 Perasaan Lisa
16 Bab 16 Alasan Amar
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 107
107 Bab 108
108 Bab 108
109 Bab 109
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Bab 1 Curiga.
2
Bab 2 Pertemuan Dengan Teman Lama.
3
Bab 3 Kenyataan Yang Memilukan.
4
Bab 4 Wajah Sembab Bunda.
5
Bab 5 Teman Amar
6
Bab 6 Kaget
7
Bab 7 Orang Baru
8
Bab 8 Alasan Sudah Nifas
9
Bab 9 Lisa Penasaran
10
Bab 10 Permintaan Mami Amar
11
Bab 11 Bermimpi
12
Bab 12 Melihat Mia
13
Bab 13 Pesona Dean
14
Bab 14 Pesona Dean 2
15
Bab 15 Perasaan Lisa
16
Bab 16 Alasan Amar
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 107
107
Bab 108
108
Bab 108
109
Bab 109

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!