Bab 10 Permintaan Mami Amar

Wanita itu pun langsung memeluk Amar. Merasa senang, karna Amar sudah mau datang. Hingga membuat Amar salah tingkah. Karna ia belum terbiasa pada ibu kandungnya sendiri.

" Ayo masuk nak, kami sudah menunggu mu sedari tadi," kata mami. Mengandeng tangan Amar untuk masuk kedalam rumah besar itu. Lalu mereka menuju ruang makan.

Amar pun hanya diam mengikuti langkah maminya. Sembari melihat setiap bagian isi ruangan yang ia lewati.

" Mana Zain mi?" tanya Amar basa basi

" Kami hanya mengundang mu khusus untuk makan siang nak. Zain sedang bekerja di kantornya. Jadi tidak akan ikut makan siang bersama kita. Duduk lah !! biar mami panggilkan papi mu dulu diruang kerja.," kata mami tersenyum.

" Ya mi," kata Amar bersikap sopan. Sambil duduk didepan meja makan. Sepeninggalan mami nya Amar pun memperhatikan semua hidangan di meja itu.

" Ya tuhan, apakah ini ujian atau hanya godaan semata?" kata Amar yang melihat meja di depannya penuh dengan makanan enak. Namun Amar tetap bersikap biasa. Karna sudah biasa baginya makan makanan enak. Saat kedua orang tuanya gajian di awal bulan. Keluarga pak Farhan . Sering mengajak anak anaknya makan diluar. Untuk menyenangkan Amar dan Lisa sesekali

" Amar ...kau sudah datang nak, ayo kita makan sekarang. Amar yang memimpin doanya ya," kata papi yang tersenyum dan duduk di sebelah kiri Amar. Sedangkan maminya di sebelah kanan Amar.

" Ya pi," jawab Amar mengangguk. Lalu Amar pun memimpin doa makan. Setelah itu mereka makan bersama. Papi Zaki pun terlihat senang Amar mau datang dan pulang kerumah mereka. Ada banyak hal yang mereka bahas saat ngobrol. Sampai mami pun memandang lekat wajah Amar.

" Mar, Amar mau kan nak, tinggal disini bersama kami ?" pinta mami. Yang tidak mungkin memaksa Amar. Karena Amar bukan anak kecil lagi. Yang di iming imingi mainan atau pun uang. Karna mami sadar, ia baru bertemu anak kandungnya setelah Amar sudah tumbuh dewasa.

Sejenak Amar terdiam, lalu mengangguk. Karena tidak ingin menolak permintaan kedua orang tua kandungnya.

" Tapi apa boleh Amar pulang sesekali kerumah ayah dan bunda," kata Amar.

" Itu tidak masalah nak, kami juga tidak melarang Zain untuk pulang kerumah ini," kata mami yang tahu Zain juga merasa canggung saat bertemu orang tua kandung nya. Namun Zain lebih cepat beradaptasi. Agar situasinya tidak semakin rumit.

************

Malamnya Lisa duduk membaca di meja belajarnya. Gadis cantik itu terlihat santai dan berpikir. Sambil menatap semua soal soal di lembar kertas. Untuk memahami semua pembahasan dan uraian yang sudah di ajarkan kak Dean.

" Hmm...ade sedang belajar?" kata bunda mengintip dari balik pintu.

" Ya bun, ada apa?" kata Lisa menoleh ke pintu kamar.

" Boleh bunda masuk?" kata bunda

" Masuk saja bun, kenapa harus ijin segala sih?" kata Lisa.

" Ya kan ini kamar ade, apa bang Amar sudah bicara sama ade?" kata bunda berjalan mendekati Lisa.

" Bicara mengenai apa ya bun?" jawab Lisa bingung. Sambil mengernyitkan dahinya. Karna tadi abangnya juga sempat bilang ingin membicarakan sesuatu.

" O.. bukan apa apa nak" jawab bunda lalu terdiam. " Astaga Amar kenapa harus di tunda tunda nak," kata bunda dalam hati. Karna bunda ingin Lisa juga tahu. Siapa Amar dan Zain

" Ada apa sih bun, Kok sepertinya ada sesuatu yang di rahasiakan?" kata Lisa penasaran.

" Oh ngak ada de, itu hanya masalah abang mu saja. Biar nanti dia yang menjelaskan semuanya," kata bunda. Yang sudah berjanji pada Amar.

" O..gitu,.Lisa pikir ada apa" kata Lisa. Sembari mengetuk getuk jarinya di atas meja. Berpikir ada apa sebenarnya yang terjadi dengan abangnya itu.

" Ya sudah, lanjutkan belajarnya ya de. Bunda ke ruang tengah dulu. Menemani ayah dan Zain ngobrol," kata bunda yang berbalik badan untuk keluar dari kamar Lisa

" Ya bun," kata Lisa terdiam sejenak. Lalu matanya melihat kearah jam dinding. Angka sudah menunjukan jam 9 malam. Namun abangnya belum pulang.

" Ada apa dengan bang Amar?" batin Lisa bertanya tanya. Karna merasa ada sesuatu dengan abangnya yang sedikit berubah akhir akhir ini. Yang membuat Lisa merenung sampai ia tertidur di atas meja belajarnya.

Sedangkan Amar yang baru memasuki halaman rumah. Berniat pulang untuk mengambil sebagian pakaiannya. Amar pun duduk sebentar di kursi depan teras. Karna mulai besok ia akan pindah ke rumah kedua orang tuanya.Namun ia bingung bagaimana cara mengatakannya pada Lisa

" Apa yang harus aku katakan pada ade, jika ia bertanya?" kata Amar bingung. Yang tidak biasa berbohong pada Lisa.

" Ya tuhan, kenapa semuanya jadi begini. Aku belum sanggup meninggalkan ade dan bunda," guman Amar lirih. Lalu mengetuk pintu rumah. Dan tak lama pintu pun terbuka.

" Amar " kata bunda

" Maaf bun, abang pulang malam. Karna tadi Amar...."

" Bunda tahu, masuklah. Apa abang sudah makan?" tanya bunda lembut. Sebab itulah yang membuat Amar belum bisa berpisah dari bunda dan adiknya. Karna sikap lembut dan perhatian kedua wanita itu sangat ia rindukan.

" Belum bu, Amar baru dari bengkel tadi," kata Amar.

" Ya sudah bunda siapkan ya, sana bersih bersih dulu," kata bunda.

" Ya bun," kata Amar. Melangkah masuk menuju kamarnya. Sembari melihat ruang tengah yang masih terang. Karna disana terlihat ayahnya dan Zain sedang membicarakan sesuatu.

" Huh...aku mandi dulu," kata Amar yang lalu masuk kekamarnya. Dan membersihkan diri nya dengan cepat. Lalu Amar pun memakai pakaian rumahan. Setelah itu ia langsung pergi kedapur untuk makan malam.

" Maaf merepotkan bunda" kata Amar. Saat bunda menyiapkan makanan di meja untuknya.

" Tidak nak, abang pasti lapar, makan lah !! Apa di bengkel sangat ramai ?" tanya bunda.

" Lumayan bun, apa ade sudah tidur?" Amar pun duduk sambil mengambil piring. Lalu mengisinya. Sejenak Amar pun berdoa dan mulai makan.

" Ade mu sedang belajar, buat ulangan besok katanya," kata bunda. Duduk di depan Amar. Sambil tangannya menuangkan air putih ke dalam gelas.

" Ya ini sudah hampir ujian bun. Ade harus rajin belajar. Untuk mengerjakan soal soal yang sulit. Mereka juga harus menambah nilai harian dengan ulangan bertahap," kata Amar sembari menyuap makanannya.

" Ya bang, ade mu itu sangat ingin dapat nilai bagus. Agar bisa dapat kampus bagus seperti abang," kata bunda.

" Ade juga pintar bun, Amar yakin ade bisa dapat kampus yang bagus. Asal ia rajin dan tekun belajar," kata Amar.

" Ya nak, ya sudah bunda tinggal dulu ya. Ibu mau menyetrika baju dulu untuk besok pagi, sebelum tidur" kata bunda.

" Ya bun," jawab Amar mengangguk.

Bunda pun lalu beranjak dari kursinya. Dan meninggalkan Amar di meja makan sendiri. Amar pun cepat menghabiskan makanannya. Setelah itu ia langsung mencuci piring dan merapikan meja makan. Tidak lupa Amar memasukan sayur dan lauk kedalam lemari pendingin. Agar tidak basi untuk sarapan pagi besok.

Setelah selesai ia pun melangkah menuju kamarnya. Amar berniat untuk menyicil pakaiannya untuk dibawa besok. Namun saat teringat Lisa, ia pun melangkah ke pintu kamar adiknya . Untuk menyapa Lisa sebentar.

Tok...tok...tok...

" De apa abang boleh masuk?" kata Amar pelan. Sembari mendorong pintu perlahan

" Astaga ...." kata Amar. Yang melihat kepala Lisa tertunduk di meja belajarnya. Lalu Amar mendekatinya dan menepuk pundak Lisa perlahan. Namun Lisa tak bergeming.

" De..." kata Amar lembut

" Ya Allah dia tertidur, apa tidak sakit de," kata Amar. Yang lalu menarik bahu Lisa pelan pelan. Lalu mengangkat tubuh Lisa ke tempat tidur.

" Bang Amar ...."lenguh Lisa. Saat Amar membaringkan tubuh kurus itu pelan pelan. Agar Lisa tidak terbangun.

" Ya ini abang," kata Amar. Sembari menyingkirkan anak rambut di dahi Lisa. Hingga wajah putih cantik itu terlihat jelas. Dan sangat manis saat tertidur pulas.

" Ya Allah, apa kau tahu de. Abang mu ini bukan abang kandung mu lagi" kata Amar pelan mengambil selimut, untuk menyelimuti tubuh Lisa. Lalu terdiam menatap wajah polos adiknya.

" Bang.. " kata Lisa mengigau.

" Ya ," kata Amar tersenyum. Lalu ia pun mendekati Lisa. Ingin mencium kening Lisa. Berharap ia besok bisa pergi dengan tenang Namun tiba tiba ...

Cup ......

Amar pun terpaku. Saat bibirnya tak sengaja menempel di bibir Lisa. Yang juga membuat Lisa terbangun.

Episodes
1 Bab 1 Curiga.
2 Bab 2 Pertemuan Dengan Teman Lama.
3 Bab 3 Kenyataan Yang Memilukan.
4 Bab 4 Wajah Sembab Bunda.
5 Bab 5 Teman Amar
6 Bab 6 Kaget
7 Bab 7 Orang Baru
8 Bab 8 Alasan Sudah Nifas
9 Bab 9 Lisa Penasaran
10 Bab 10 Permintaan Mami Amar
11 Bab 11 Bermimpi
12 Bab 12 Melihat Mia
13 Bab 13 Pesona Dean
14 Bab 14 Pesona Dean 2
15 Bab 15 Perasaan Lisa
16 Bab 16 Alasan Amar
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 107
107 Bab 108
108 Bab 108
109 Bab 109
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Bab 1 Curiga.
2
Bab 2 Pertemuan Dengan Teman Lama.
3
Bab 3 Kenyataan Yang Memilukan.
4
Bab 4 Wajah Sembab Bunda.
5
Bab 5 Teman Amar
6
Bab 6 Kaget
7
Bab 7 Orang Baru
8
Bab 8 Alasan Sudah Nifas
9
Bab 9 Lisa Penasaran
10
Bab 10 Permintaan Mami Amar
11
Bab 11 Bermimpi
12
Bab 12 Melihat Mia
13
Bab 13 Pesona Dean
14
Bab 14 Pesona Dean 2
15
Bab 15 Perasaan Lisa
16
Bab 16 Alasan Amar
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 107
107
Bab 108
108
Bab 108
109
Bab 109

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!