Kevin sudah bergelantungan tak jelas di atas ranjang sana , dengan kaki nya yang ada di atas ranjang , serta tubuh nya di bawah lantai. Kevin tidur di ranjang yang paling bawah , Rahul di seberang ranjang Kevin sana.
Di dalam bilik itu hanya ada Rahul dan Kevin saja , yang lain masih mengikuti acara tadarusan bersama , kalau Kevin sama Rahul tadi memiliki seribu alasan, dan ustadz yang malam ini berjaga percaya- percaya saja . Beruntung ustadz yang berjaga juga tidak galak, mereka membiarkan kedua santri nya yang kata nya sedang terkena diare itu .
Rahul juga sama , entah kenapa dirinya malah mau-mau saja di ajak berbohong oleh Kevin .
Kevin menghela nafas nya kasar . Biasanya Jan segini dirinya sudah ada di arena balapan , biasanya Kevin hari gini nongkrong di cafe bersama dengan teman-temannya , tapi kini Kevin harus terperangkap di tempat ini. CK menyebalkan sekali . Kalau saja tidak ingat tujuan awal nya , mungkin Kevin tidak mau berada di sini.
CK, mengingat senyum malu-malu dan ekspresi galak dari Ustadzah nya tadi , membuat senyuman Kevin terus terukir , entahlah , bayang-bayang Nadzira selalu saja memenuhi kepala nya .
CK, emang cantik banget, dan Kevin enggak bisa mengalihkan nya dari yang lain .
"Hul, besok di kelas kita Ustadzah Zira masuk enggak ?" Tanya Kevin pada Rahul .
"Hm" Rahul hanya membalas nya dengan dekheman saja .
"Hul, Ustadzah Zira kan cantik ? Emang enggak ada ya , yang naksir sama dia ! Ya walaupun galak sih ?! Tapi kayak yang Lo bilang tadi, walaupun Ustadzah Zira galak, tapi dia baik . "
"Saya enggak tau " itu yang di jawab oleh Rahul .
"Gue yakin tuh, pasti banyak yang suka sama Ustadzah Zira ! Gue enggak percaya kalau Ustadzah se-perfect bidadari itu enggak ada yang naksir ! CK , atau jangan-jangan elo sendiri naksir sama Ustadzah Zira ! Ngaku Lo Hul, awas aja kalau elo berani deketin gebetan gue ! Gue hajar elo" ancam Kevin yang pastinya tak main-main . Jika menyangkut semua tentang Nadzira , maka Kevin akan melakukan apapun itu untuk mendapatkan gadis cantik itu .
Rahul menggeleng , mata nya masih menatap susunan ranjang di atas nya . "Enggak ! Saya enggak punya perasaan sama Ustadzah Zira ." Sahut Rahul .
Kening Kevin berlipat mendengar nya , lalu Kevin bangkit dari posisi nya , dan langsung menoleh ke arah Rahul yang tampak kayak lagi mikirin sesuatu . Enggak kayak biasanya , pemuda itu pasti akan menjawab perkataan Kevin dengan banyak sekali jawaban. Tapi kali ini Rahul terkesan pendiam , apa lagi saat tadi dirinya ajak berbohong pada ustadz di masjid , pemuda itu hanya mengangguk-angguk saja , tidak cerewet seperti biasanya .
Kevin penasaran ! Sungguh ! Mana bisa tahan dia kalau teman cerewet nya berubah menjadi pendiam .
Kevin langsung berjalan menghampiri Rahul, dan tangan nya langsung menggeplak kepala Rahul,
Gerakan secara spontan itu membuat Rahul terkejut dan langsung meringis , merasakan sakit di kepala nya .
"Kamu apa - apaan sih Vin ?" Seru Rahul dengan kesal , tangan nya mengelus kepala nya yang di pukul oleh Kevin .
Kevin mencibir ,"gue dari tadi ngomong kenapa elo jawab nya singkat banget ! Kayak enggak ada tenaga hidup elo tau enggak ! " Sungut Kevin kesal.
Rahul menghela nafas nya kasar . "Saya kan sudah jawab. "
"Tapi jawaban elo enggak kayak biasanya ! "
Lagi , Rahul menghembuskan nafas nya kasar . "Saya lagi kesel Kevin "
Kevin menyemburkan tawa nya. "Bisa kesel juga elo rupa nya . "
Rahul berdecak . "Ya bisa , saya juga manusia kalau kamu lupa. "
Kevin manggut-manggut . "Iya iya ,gue tau elo manusia ! Terus elo kesel karena apa ? Karena gue ?" Tanya Kevin .
Rahul menggeleng kan kepala nya , dengan sentaan nafas kasar ."bukan ."
Alis Kevin terangkat sebelah "terus ?"
Rahul duduk , lalu menatap lurus ke depan . "Saya kesel sama Abang saya !"
Semakin dalam kening Kevin berlipat. "Elo punya Abang ? CK gue enggak tau . Terus dimana Abang elo ? Kayak elo juga enggak sih ? Kalau iya , bisa lah gue ajak join kayak elo . " Ucap Kevin santai . Kevin kembali ke kasur nya dan langsung duduk di sana.
Rahul menggeleng. "Abang saya itu pinter , baik, lulusan Kairo , enggak mungkin mau join sama kita. Orang jumpa aja langsung berantem sama kamu. " Sahut Rahul .
Kevin langsung menatap ke arah Rahul . "Maksud elo ?"
Rahul menghela nafas nya kasar "yang tadi itu, ustadz Malik , Abang saya. "
"Hah ?! "
"Iya Kevin , "
Kevin masih loading , namun beberapa menit kemudian , kepala nya langsung terkoneksi. "Jadi yang tadi hampir gue tonjok itu Abang elo ? Elo kok punya Abang songong banget sih ? Sok pula , lagian enggak cocok juga dia jadi ustadz ! Ustadz gila . Apa pula dia lulusan Kairo . " Sentak Kevin kesal sendiri mengingat pemuda tadi.
Rahul menghela nafas nya . "Yang gila itu saya Kevin. Dia mah baik, hebat . Bukti nya usia nya baru dua puluh lima, dia udah lulusan Kairo , sedangkan saya ? Saya hanya bisa semampu kepala saya saja . Bahkan nilai saya saja selalu buruk . Saya tidak cocok jadi anak pemilik pondok pesantren . " Ucap Rahul .
"Hul, elo enggak deket sama Abang elo ?"
Rahul menggeleng. "Abang saya itu selalu seperti itu dengan saya . Selalu meremehkan saya. Padahal saya sudah berusaha keras untuk menjadi yang terbaik buat Abi dan Abang saya. Saya juga sudah menunjukkan nya , tapi saya hanya mampu sebisa saya Kevin. Saya tidak mampu jadi lebih. Bukannya saya tidak mau berusaha . Tapi saya sudah melakukan nya , dan saya selalu berakhir gagal. " Rahul bercerita pada Kevin, entahlah tapi dirinya merasa Kevin pemuda yang baik , Rahul tidak segan bercerita pada teman baru nya itu. Sebelum nya , Rahul tidak akan pernah seperti ini.
Kevin berdecak mendengar nya . Dirinya paham bagaimana harus di tuntut menjadi yang terbaik. Bahkan orang hanya mampu menginginkan seseorang lebih dari itu, tapi tidak peduli dengan keadaan maupun keterbatasan seseorang itu .
"Jadi dia selalu rendahil elo ?" Tanya Kevin .
Rahul mengangguk , tidak menampik jika Malik selalu bersikap seperti itu pada nya. Terlebih kata-kata nya yang sangat pedas jika bertemu dengan dirinya . Kadang Rahul kesal , tapi hanya bisa membatin nya saja , dirinya tidak mampu menunjukkan kekesalan nya pada Abang nya itu .
Kemarin , Rahul sempat bahagia saat Abang nya pergi lagi , dirinya bahkan tinggal di rumah yang ada di dalam pondok , bersama sang Abi . Tapi sekarang Abang nya sudah kembali , Rahul tidak mau , cukup sudah hati nya di sakiti terus dengan kata-kata Abang nya itu .
Dan Rahul tersentak saat mengingat sesuatu, Rahul langsung menoleh ke arah Kevin . Karena dirinya tidak mau membuat Kevin sakit hati nantinya. "Vin kamu harus tau , kalau Abang Malik itu, emmm tunangan nya ustadz Zira . "
Deg
Kevin terkejut mendengar nya . "Lo serius ?"
Rahul mengangguk kan kepala nya. "Baru beberapa hari kemarin Abi lamar Ustadzah Zira buat bang Malik . Itu juga bang Malik yang ngebet banget minta di lamarin . Kevin, sebelum perasaan kamu terlalu dalam , sebaiknya kamu melupakan Ustadzah Zira . "
Kevin terdiam sejenak .
"Saya tidak mau kamu sakit hati Kevin . "
Namun di luar dugaan Kevin malah tersenyum miring . Dan hal itu membuat Rahul mengangkat alis nya bingung .
"Kamu kenapa ?"
"Gue ? Gue di suruh lupain Ustadzah Zira ? Mana bisa !" Ya Kevin mana peduli, baru tunangan kan ?
"Kevin , kamu --"
"Ssst , elo diem aja ! Selama ijab kabul belum di ucapkan sama Abang sialan elo itu , gue enggak bakalan mau di suruh lupain Ustadzah cantik itu. "
"Kevin , nanti --"
"Elo bawel banget. " Sentak Kevin , lalu berjalan ke arah Rahul , dan menarik tangan pemuda itu, membuat Rahul terkejut.
"Kamu mau bawa saya kemana ?" Tanya Rahul saat Kevin menarik tangan nya .
"Tunjukin gue rumah Ustadzah Zira . "
"Hah ?" Rahul melongo mendengar nya .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments