Kedua nya sama-sama melotot saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut papa nya itu . Orang yang penting di dalam rumah -- pemimpin rumah tangga.
Ningsih dulu yang protes , sebelum Kevin . "Mas apa, apaan sih ? Enggak lucu ya bercanda nya . Aku enggak suka ." Ketus Ningsih . Wajah nya yang biasa nya selalu menampilkan senyuman manis dari lesung pipi nya , kini berubah menjadi seram .
Pradipta sebenarnya juga tidak tega , namun keputusan nya sudah bulat , anak nya tidak akan berubah jika selalu di kelilingi oleh orang-orang yang memanjakan nya . Biarkan di sana Kevin banyak belajar .
"Papa enggak bercanda . Apa yang papa katakan benar . Dan keputusan papa sudah bulat . Kamu Kevin , akan langsung masuk ke pasantren besok ." Ucap Pradipta dengan tegas .
"Aku enggak mau pa ! Papa kolot banget sih ? Ngapain coba ada kepikiran buat masukin aku ke pondok pasantren. Aku masih mau main pa , aku enggak mau ya di kekang di sana " jelas protes lah Kevin , dirinya masih mau bebas menikmati masa muda nya , dirinya tidak mau masa muda nya suram .
Sang mama juga menimpali nya, bagaimana pun dirinya mana mau berpisah dengan anak semata wayangnya itu . "Pa , mama juga enggak setuju ya . Kevin anak kita satu-satunya loh , masa papa tega mau masukin dia ke pondok pasantren . Apa lagi sekarang di berita- berita , kan banyak kasus tuh di pondok pasantren . Is mama enggak mau ah , mama enggak mau Kevin kenapa-kenapa . " Ucap Ningsih masih berusaha membujuk suami nya itu .
"Enggak semua pondok pasantren seperti apa yang di beritakan ma . Ada juga kok yang bagus . Seperti yang akan Kevin datangi nanti . " Sahut Pradipta .
"CK, darimana papa tau ? Papa sok tau ih. "
"Tau lah , orang pondok pesantren nya juga kepunyaan Sahabat papa . Kyai Mahmud .. ala udah deh ma , Kevin , enggak usah banyak alasan lagi. Keputusan papa sudah bulat , Kevin akan tetap pindah di pondok pasantren . Besok papa yang akan mengantarkan nya . " Ucap Pradipta dengan tegas ,
"Tapi pa ?"
"Ma , mau sampai kapan Kevin seperti itu terus. Dia sudah besar . Suatu saat dia bakalan mengemban tugas yang berat lagi . Jadi jangan selalu memanjakan nya ma . Sudah lah , papa mau hubungi Kyai Mahmud . " Pradipta bangkit dari duduk nya dan langsung pergi dari sana , tidak mau keputusan nya goyah lagi akibat mendengar rengekan putra dan istri nya itu .
Kevin sudah misuh- misuh tidak jelas, kepala nya sudah membayangkan kehidupan nya yang akan berubah menjadi suram ketika masuk ke tempat itu .
"Ma "
"Kevin "
"Aaaaa Kevin enggak mau ma " rengek Kevin sudah lebay sendiri , bahkan dirinya pura-pura nangis , agar Ningsih menatap nya iba , dan mengadukan nya pada sang suami .
Licik , ya begitulah Kevin , selain tengil , sosok pemuda itu juga licik, memiliki banyak ide yang tidak terduga .
"Mama juga enggak mau jauhan dari kamu sayang ." Ningsih bahkan menangis , tidak rela berpisah dengan putra semata wayangnya itu
"Kalau gitu, mama harus bujuk papa , aku enggak mau masuk pondok pesantren . " Ucap Kevin .
Ningsih mengangguk , lalu bangkit dan mengejar sang suami . .
•
Kevin pikir mama nya akan berhasil membujuk papa nya . Biasa nya dengan mudah Pradipta itu selalu mengiyakan semua permintaan istri tercinta nya , walaupun permintaan itu sedikit nyeleneh . Tapi kali ini Kevin harus menahan kekesalan nya , karena ternyata papa nya sama sekali tidak mengubah keputusan nya .
"Ayo Kevin . Kamu mau papa coret dari daftar pewaris satu-satunya keluarga Pradipta huh ?"
Kevin dengan misuh- misuh langsung masuk ke dalam mobil saat mendengar ancaman yang menyebalkan di telinga nya itu . Mana mungkin dirinya mau di coret dari daftar pewaris . Lagian papa nya aneh , kalau bukan dia jadi siapa lagi yang bakalan jadi pewaris keluarga Pradipta .
"Kalau coret juga papa yang bingung, orang aku cuman tunggal kok , enggak ada yang lain . Mau siapa yang pegang harta papa yang banyak itu . " Selalu saja ada jawaban dari mulut si tengil Kevin itu.
Pradipta tersenyum tipis mendengar nya . "Gampang kok . Tinggal angkat anak aja , terus kasih semua harta nya ke anak angkat papa itu . Beres kan " sahut Pradipta santai .
Kevin melotot mendengar nya . "Terus ? Kevin hidup nya gimana ?"
"Ya itu pilihan kamu, orang kamu yang mau kok . Kamu bisa jadi gelandangan . "
"CK , papa ." Kevin kesal sendiri dengan jawaban tak terduga papa nya itu . Biasa nya papa nya akan kalah telak , jika berdebat dengan dirinya , tapi ini apa , diri nya malah kalah berdebat dengan papa nya itu .
Sedangkan Pradipta sudah mengulum senyum nya , melihat ekspresi kesal anak satu-satunya itu .
Ningsih yang baru masuk ke dalam mobil dan melihat wajah bete' sang anak , langsung menatap tajam sang suami .
"Dasar suami nyebelin . Kesel banget aku . " Omel Ningsih , dirinya bahkan memilih duduk di samping Kevin saja daripada di samping Pradipta, Ningsih mengibarkan bendera perang pada pria itu .
Pradipta hanya diam saja , dirinya membiarkan saja , toh istri cantik nya itu mudah luluh , jika ini marah , nanti dirinya rayu dan ajak jalan-jalan pasti akan langsung luluh .
Ningsih menatap ke arah anak semata wayangnya itu. "Kevin sayang ,maaf ya ... Mama enggak bisa ngebujuk papa . Maaf banget ya sayang . " Ucap Ningsih merasa sangat bersalah pada anak semata wayangnya itu .
Kevin cemberut ,"biasanya juga mama minta apa aja di turuti sama papa . Ini kok enggak ya ." Gerutu Kevin .
Ningsih menghela nafas nya kasar , tangan nya terulur mengelus kepala anak nya itu dengan kasih sayang . "Maaf ya sayang ,mama juga enggak tau , kenapa papa kali ini susah banget di bujuk . Tapi Kevin tenang saja ya , mama janji, mama bakalan pantau dan sering kunjungi Kevin di sana . Udah ya , anak ganteng mama jangan cemberut gitu dong . " Bujuk Ningsih, rasa nya sedih sekali melihat wajah cemberut anak nya itu .
Pradipta yang ada di depan kemudi , dan mendengar percakapan itu sudah ingin menyemburkan tawa nya , namun buru-buru dirinya menetralisir nya .
Sudah di katakan bukan ,kali ini Pradipta tidak akan tergoda dengan bujuk rayu istri cantik nya itu . Diri nya dengan tegas , akan tetap membawa Kevin masuk ke dalam pondok pesantren .
Itu semua demi kebaikan Kevin .
Kevin harus dewasa .
•
Setengah jam berlalu , mobil SUV berwarna hitam itu masuk ke dalam gerbang tinggi yang baru saja di buka oleh seorang pria berpakaian batik. Mereka tidak mengenal nya , tapi pria paruh baya yang usia nya lebih tua dari Pradipta itu membungkuk kan sedikit badan nya menyambut kedatangan mereka .
Dan saat turun dari mobil, rupa nya Pradipta dan keluarga nya sudah di sambut oleh Kyai Mahmud dan keluarga nya yang berdiri di sana .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments