Chapter 20. Masuk Rumah Sakit

Siang ini tidak Alvaro tidak ada jadwal meeting atau temu klien, jadi Ayzel bisa ke pusat konsul lebih awal.

“Pak Alvaro sebaiknya pulang untuk istirahat,” saran ayzel pada Alvaro saat dia hendak berangkat ke pusat konsul.

“Sebentar lagi Ze,” Alvaro masih menyandarkan kepalaya pada kursi.

“Kalau begitu saya permisi dulu,” pamit Ayzel yang hanya di jawab anggukan kepala dari Alvaro.

Alvaro mengikuti saran Ayzel untuk pulang dan istirahat, kepalanya sangat pusing. Sesampainya diapartemen dia langsung merebahkan dirinya di ranjang tanpa berganti baju lebih dulu.

“Pak Alvaro sudah pulang?” sementara Ayzel yang sudah ada di klinik pusat konsul mengirimkan pesan pada atasannya. Dia khawatir karena sampai terakhir mereka bertemu, Alvaro masih terlihat pucat.

“Sudah,” Alvaro hanya membalas singkat.

Ayzel meneruskan pekerjaannya, hari ini dia kembali ada sesi dengan klien Z21nya. Pertemuan kali ini akan dia gunakan untuk mengidentifikasi sumber kecemasan yang dialami Z21. Ayzel menggunakan metode open-ended question (menggali faktor pemicu dengan pertanyaan terbuka untuk memberi ruang pada klien). Dia berusaha membuat kliennya merasa aman dan nyaman lebih dulu, agar dapat terbuka dengan Ayzel.

Dua sesi pertemuan konsul dengan klien sudah selasai, Ayzel dan Naira juga sudah melakukan diskusi bersama dengan pengawas mereka. Ayzel bergegas pulang setelah semua sesi diskusi selesai, dia punya janji pada Humey untuk jalan bersama.

“Berhenti di sana ya pak,” ucap Ayzel pada supir taksi. Dia memilih menggunakan taksi agar sampai lebih cepat diapartemen.

Ayzel sempat mampir dulu untuk membeli desert, dia tahu suasana hati Humey memang sedang tidak baik. Hampir setiap hari Ayzel akan mampir membeli desert untuk Humey dengan menu yang berbeda-beda.

“Ceklek” Ayzel membuka pintu, setelah melepas sepatu dan berganti dengan sandal rumah dia bergegas mencari keberadaan adik sepupunya.

“Humey. Kamu sakit?” tanya Ayzel yang melihat adiknya bersembunyi di bawah selimut.

“Eumm ... sepertinya aku demam kak,” ucapnya pada Ayzel.

Ayzel mendekat dan menyentuh kening Humey, memang terasa lebih hangat dari pada keningnya. Ayzel mencari thermometer di laci, meminta Humey untuk menaruhnya di bawah ketiak.

“37 derajat,” khawatir Ayzel yang melihat suhu badan Humey. Dia bergegas mencari obat penurun deman di kotak P3K nya, Ayzel juga menempelkan plester penurun demam pada kening Humey.

“Minum dulu. Kalau dalam 4 jam masih belum turun kita ke dokter,” Ayzel memberikan obat penurun demam pada Humey. Di biarkannya Humey istirahat, sementara Ayzel membuatkan bubur.

Tidak berselang lama ponsel Ayzel berbunyi, Kim Roan melakukan panggilan pada Ayzel.

“Hallo Ayzel. Bisa keapartemen Alvaro sekarang?” suara Kim Roan terlihat panik saat menelpon.

“Kenapa pak Kim?”

“Alvaro demam. Saya sampai Istanbul masih besok, Alvaro hanya sendirian diapartemen. saya khawatir dengannya,” Ayzel tahu pak Kim sedang serius saat ini. Tapi dia tidak mungkin meninggalkan Humey yang juga sedang sakit.

“Apa tidak ada orang lain selain saya? Masalahnya Humey juga sedang demam, tidak mungkin saya meninggalkan dia sendiri diapartemen” Ayzel benar-benar bingung.

“Tidak ada. Satu-satunya yang Alvaro kenal di sini hanya saya dan kamu, saya mohon Ayzel. Alvaro sudah tidak menjawab telepon saya,” Ayzel menimbang-nimbang.

“Baiklah. Kirimkan alamatnya pada saya,” ucap Ayzel yang setelahnya menutup panggilan telepon.

Ayzel mencerna situasi yang terjadi saat ini, sampai akhirnya dia menghubungi seseorang.

“Naira bisa minta tolong?” Ayzel menghubungi sahabatnya untuk meminta bantuan.

“Ada apa?” Naira sedang makan malam diapartemennya ketika Ayzel menelpon.

“Tolong keapartemenku. Aku minta tolong jaga Humey sebentar, dia demam. Aku harus keapartemen pak Alvaro, dia juga demam dan tidak ada orang di sana” ucapnya sambil menghela napas.

“Ok ... aku ke sana sekarang,” mereka mengakhiri panggilan telepon.

Ayzel sudah mengganti bajunya lagi, dia melihat kondisi Humey lebih dulu sebelum pergi.

“Humey. Aku harus ke tempat pak Alvaro, dia butuh bantuan. Kamu di jaga Naira dulu, ya?” Ayzel mengusap lembut puncak kepala Humey.

“Euumm,” Humey mengangguk dengan mata yang masih terpejam.

Tak berapa lama Naira datang. “Hati-hati Ay. Biar aku yang jagain Humey,” Naira mengantar Ayzel sampai depan pintu apartemennya.

Taksi online yang di pesan Ayzel sudah menunggu di bawah, Ayzel memberitahu supir untuk mengantarnya kealamat yang tadi di kirim oleh pak Kim.

“Semoga saja pak Alvaro hanya demam biasa,” gumam Ayzel.

Setelah perjalanan kurang lebih dua puluh menit, Ayzel sampai di sebuah apartemen mewah. Bisa dipastikan biaya sewa di sana bisa empat kali lipat dari sewa apartemennya. Ayzel turun setelah sebelumnya membayar taksi, sekarang dia bingung bagaimana bisa ke lantai 10 karena bukan penghuni apartemen.

“Pak Kim. Saya sudah di loby apartemen pak Alvaro,” pesan singkat dia kirim ke asisten utama Alvaro.

“Tunggu di sana sebentar. Nanti ada yang kasih kamu kartu akses masuk, kamu masuk saja langsung keapartemen Alvaro” pak Kim memberikan pasword apartemen Alvaro. Jaga-jaga kalau Alvaro tidak segera membuka pintu.

“Ok,” jawabnya dan tak berapa lama seorang penjaga paruh baya datang menghampiri Ayzel dan menyerahkan kartu akses apartemen.

Ayzel langsung masuk lift menuju lantai 10 tempat apartemen Alvaro. Ayzel keluar dari lift dan mencari no apartemen 608, dia langsung memasukkan pasword yang di berikan pak Kim. Kim Roan bilang Alvaro tidak mengangkat teleponnya, dia takut terjadi sesuatu. Alvaro tidak pernah meninggalkan poselnya kecuali saat sedang ibadah, mandi dan ketoilet.

“Pak Alvaro ... pak Alvaro,” Ayzel bingung harus mencari bosnya kearah mana dulu, apartemen Alvaro terlalu luas.

“Pak Alvaro ... pak Avaro,” setelah beberapa kali barulah Alvaro keluar dari kamarnya dengan wajah yang lebih pucat dari tadi siang.

“Berisik sekali,” ucap Alvaro merasa terganggu. Sebenarnya dia tidak bermaksud melontarkan perkataan seperti itu, selain tidak tahu kalau Ayzel yang datang juga karena kepalanya terasa berat karena pusing.

“Sepertinya pak Alvaro baik-baik saja. Kalau begitu saya pamit,” Ayzel sedikit kesal dengan ucapan Alvaro. Bukan apa-apa, dia bahkan meninggalkan Humey yang juga sedang sakit karena permintaan Kim Roan yang khawatir terjadi sesuatu pada Alvaro.

“Ze ... sorry,” kesadarannya sedikit pulih saat mendengar jelas suara yang tadi memanggilnya adalah Ayzel.

Alvaro tadi sudah sempat mengganti kemeja kerjanya yang basah karena keringat dingin, dia sudah berganti dengan baju rumah. Meskipun wajahnya terlihat pucat, Alvaro tetap terlihat tampan. Lagi-lagi Ayzel tidak membantah itu, benar jika rekan-rekannya selalu memuja bosnya tersebut.

“Pak Alvaro istirahat saja. Kotak P3Knya ada di mana?” tanya Ayzel.

“Ada di lemari atas dekat dapur,” Alvaro menunjuk dapurnya.

“Tidur di kamar atau saya pulang,” titah Ayzel tegas saat melihat Alvaro hendak berjalan kearahnya.

“Saya mau tiduran di sana Ze. Tempat tidur saya basah karena kringat dingin,” Alvaro menunjuk sofa besar.

Setelah memastikan Alvaro tiduran di sofa, barulah Ayzel mencari kotak P3K di dapur.

“Bagaimana aku mengambilnya kalau setinggi ini,” keluh Ayzel yang tidak dapat menjangkau lemari paling atas tempat P3K.

Ayzel sudah menaikkan satu kakinya keatas kursi untuk mengambil kotak P3K, tiba-tiba Alvaro sudah berdiri di belakangnya. Sontak hal tersebut membuat Ayzel terkejut.

“Bukan salah lemarinya yang tinggi. Itu karena kamu,” Alvaro tidak melanjutkan ucapannya karena Ayzel yang terkejut dan terpeleset.

“Pak Alvaroooo!!!” Ayzel terpleset dari kursi, Alvaro reflek memegangi tangan Ayzel agar tidak jatuh. Secara tidak sengaja tangan mereka saling bersentuhan, Ayzel merasakan tangan Alvaro yang sangat panas.

“Pak Alvaro balik ke sofa. Tidur!!!” Ayzel sedikit membentak Alvaro.

“Nyonya Alvaro jangan galak-galak. Calon suami lagi sakit,” bisik Alvaro dengan sebelah tangan yang sudah mengambil kotak P3Knya. Ayzel tidak menanggapi ucapan Alvaro, karena tahu saat ini dia sedang sakit.

“Kembali ke sana atau saya pulang?” ucapan Ayzel membuat Alvaro langsung segera merebahkan kembali tubuhnya di sofa setelah memberikan kotak P3K pada Ayzel.

Ayzel membuka kulkas Alvaro, mencari sesuatu untuk di makan. Bukan untuknya tapi untuk Alvaro. Dia harus makan dulu sebelum minum obat, namun di kulkas hanya ada roti dan makanan ringan dengan berbagai air minum kemasan.

“Pak Alvaro makan roti gak apa-apa ya? Setelah itu minum obatnya, saya buatkan bubur setelah ini.” Ayzel memberikan roti juga obat dan air mineral pada Alvaro.

“Terimakasih Ze,” ucapan Alvaro yang selalu di jawab Ayzel dengan seutas senyum penuh tatapan hangat. Hal tersebut yang selalu membuat hati Alvaro merasa hangat dan berdebar-debar.

Ayzel mencari-cari plester penurun demam di kotak obat, karena tidak menemukannya jadilah dia mengompres kening Alvaro dengan air biasa.

“Pak Alvaro?” panggil Ayzel memastikan Alvaro tetap terjaga meskipun matanya terpejam.

“Hmm ... saya tidak pingsan,” ucapnya lirih.

“Jika dalam tiga atau empat jam pak Alvaro masih merasa pusing dan demamnya masih tinggi, saya bawa anda ke rumah sakit” ucap Ayzel yang diikuti anggukan kepala dari Alvaro.

Ayel menyelimuti atasannya tersebut, setelah tadi dia bertanya letak selimut dan minta ijin pada Alvaro untuk mengambilnya.

“Pak Alvaro taruh  dulu thermometernya,” Alvaro menaruhnya di bawah ketiak untuk yang ke dua kalinya. Alvaro memberikan pada Ayzel setelah thermometer berbunyi.

“Pak Alvaro kuat jalan? Kita kerumah sakit ya?” bersamaan dengan itu Naira menelpon Ayzel. Dia membantu Alvaro untuk duduk baru mengangak telepon dari Naira.

“Iya Nai gimana?”

“Ay demam Humey gak turun-turun. Humey menggigil,” untunglah Naira dan Ayzel adalah sama-sama calon psikolog. Mereka tahu bagaimana agar tidak panik.

“Kita ketemu di rumah sakit saja Nai. Pak Alvaro demamnya juga gak turun-turun,” mereka sepakat untuk bertemu di salah satu rumah sakit terdekat yang bisa mereka jangkau.

Naira membawa Humey dengan taksi, setelah sebelumya meminta bantuan pada petugas apartemen yang berjaga malam di loby untuk mencarikan taksi. Bersyukurnya Humey masih kuat berjalan, jadi Naira cukup memapahnya saja tanpa harus minta tolong orang lain.

“Pak bisa minta tolong?” Ayzel dengan terengah-engah lari keluar lift, dia minta tolong pada petugas jaga apartemen untuk membawa Alvaro masuk ke dalam taksi yang sudah menunggunya di luar loby apartemen.

Ayzel berterimakasih pada dua penjanga tersebut karena telah membantunya. Dia tidak mungkin membawa Alvaro turun sendirian, mengingat tinggi badan Alvaro 181 cm. Sementara Ayzel sekitar 160an cm.

“Pak Alvaro saya mohon jangan tidur,” Ayzel memanggil-mangil Alvaro agar dia tetap terjaga.

Baik Ayzel maupun Naira sampai di rumah sakit bersamaan, mereka bertemu di IGD rumah sakit. Humey dan Alvaro terbaring pada brankar yang bersebelahan, Ayzel sengaja meminta pada nakes untuk menaruh mereka bersebelahan  agar lebih mudah untuknya menjaga Humey maupun Alvaro.

Tidak lama setelah itu Ayzel menyesal karena meminta nakes menaruh brankar mereka bersebelahan sebelum mendapat kamar.

“Kak Ze jangan tinggalin aku,” Humey meracau antara sadar dan tidak. Ayzel menggenggam tangannya agar adik sepupunya tersebut lebih tenang.

“Ze ... please tetap di sini,” Alvaro yang sedikit masih punya kesadaran menarik baju Ayzel untuk di pegangnya. Alvaro bahkan tak mau melepaskannya pegangannya dari lengan baju Ayzel.

“Nai tolong cari kontak pak Kim di ponselku,” Ayzel tidak bisa berkutik diantara Humey yang mengenggam tangan kiri Ayzel. Sedangan Alvaro yang menggenggam kuat lengan baju tangan kanannya.

“Aku harus bicara apa?” tanya Naira pada Ayzel.

“Bilang saja pak Alvaro masuk rumah sakit,” ucap Ayzel yang sekarang duduk di tengah2 brankar Alvaro dan Humey.

Naira sudah memberitahu Kim Roan tentang kondisi Alvaro, Kim Roan ternyata sudah dalam perjalanan sejak tadi siang Alvaro mengeluh sakit. Besok pagi harusnya dia sudah sampai Istanbul jika tidak ada gangguan cuaca.

“Terimakasih Nai. Maaf ya jadi merepotkanmu,”

“Gak masalah. Sudah selayaknya kita saling bantu di negeri orang,” Naira sambil terkekeh melihat Ayzel saat ini. Dia iseng memotret Ayzel yang seperti itu, di kirimkannya foto tadi pada asisten Alvaro dengan ponsel Ayzel yang masih dia pegang.

“Anda dan pak Alvaro harus memperlakukan sahabat saya satu ini dengan baik,” Naira menambahkan satu pesan singkat setelah mengirim foto Ayzel yang tak berkutik karena Alvaro dan Humey.

“Siap nona Naira,” jawab Kim Roan.

Alvaro sesekali berusaha membuka matanya, dia melihat Ayzel meregangkan kepalanya ke kanan da ke kiri.

“Tidur atau lepaskan lengan baju saya,” titah Ayzel yang mendapati Alvaro meliriknya.

“Tidak mau,” Alvaro justru berpindah memegang tangan dan menggengam tangan Ayzel seperti Humey menggenggamnya.

“Bisa di lepasin gak genggamannya? Kita bukan,” Ayzel menghentikan ucapannya setelah melihat Alvaro yang sudah kembali tidur.

Baik Humey maupun Alvaro sudah mulai terlelap setelah mendapatkan cairan infus dan obat yang di injek melalui cairan infus.

“Hebat kan Nai? Aku punya dua toddler besar saat ini,” ucap Ayzel yang membuat dirinya dan Naira terkekeh pelan.

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

🤣🤣🤣

2025-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3 Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4 Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5 Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6 Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7 Chapter 7. Makan Malam
8 Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9 Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10 Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11 Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12 Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13 Chapter 13. Makan siang berempat
14 Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15 Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16 Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17 Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18 Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19 Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20 Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21 Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22 Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23 Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24 Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25 Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26 Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27 Chapter 27. Indonesia
28 Chapter 28. Cemburu
29 Chapter 29. Rooftop cafe
30 Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31 Chapter 31. Deep talk rooftop
32 Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33 Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34 Chapter 34. Makan malam bersama
35 Chapter 35. My future (Zeze)
36 Chapter 36. Quality Time
37 Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38 Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39 Chapter 39. Menepati Janji
40 Chapter 40. Pelukan pertama
41 Chapter 41. Hubby
42 Chapter 42. Pesan tanpa nama
43 Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44 Chapter 44. Pillow talk
45 Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46 Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47 Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48 Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49 Chapter 49. Ayzel & Klien
50 Chapter 50. Ketahuan Athaya
51 Chapter 51. Merajuk sebentar
52 Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53 Chapter 53. Mulai merasakan luka
54 Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55 Chapter 55. Kamu menyakitiku
56 Chapter 56. Ayzel Sakit
57 Chapter 57. Kemarahan Naira
58 Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59 Chapter 59. Naira lagi
60 Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61 Chapter 61. Blue Sapphire
62 Chapter 62. Alvaro khawatir
63 Chapter 63. Blunt bob tint blue
64 Chapter 64. Tentang Naima
65 Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66 Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67 Chapter 67. Dia istri saya
68 Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69 Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70 Chapter 70. Mantra ketulusan
71 Chapter 71. Jangan bohongi aku
72 Chapter 72. Dia asistenku
73 Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74 Chapter 74. Kembalinya Naima
75 Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76 Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77 Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78 Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79 Chapter 79. Dia di Jerman
80 Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81 Chapter 81. Menemukanmu
82 Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83 Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84 Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85 Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86 Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87 Chapter 87. Aku cemburu
88 Chapter 88. Peluk
89 Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90 Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91 Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92 Chapter 92. Bucin episode baru
93 Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94 Chapter 94. Aku merindukanmu
95 Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96 Chapter 96. Uncle Pororo
97 Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98 Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99 Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100 Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101 Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102 Chapter 102. Duck Syndrom
103 Chapter 103. Anakmu lapar
104 Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105 Chapter 105. Naima salah kira
106 Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107 Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108 Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109 Chapter 109. My wife forever and ever
110 Chapter 110. Peninggalan Grace
111 Chapter 111. Gantungan Couple
112 Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113 Chapter 113. Temani aku kekantor
114 Chapter 114. Gyoza Mandu
115 Ikut meeting
116 Alvaro, so sweet
117 Di satukan Oleh Tuhan
118 Selamatkan bayi
119 Tindakan Operasi
120 Di sini indah, bukan?
121 Dia kembali
122 Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123 Bangun dari koma
124 Karena Zeze takdirku
125 Pulang ke rumah
126 Terima kasih cintaku
127 Kembali ke Istanbul
128 Rujak bebek jadi rujak es krim
129 Suami siaga
130 Baby boy
131 Altezza Hakala Jaziero (End)
132 Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133 Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134 Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3
Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4
Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5
Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6
Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7
Chapter 7. Makan Malam
8
Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9
Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10
Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11
Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12
Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13
Chapter 13. Makan siang berempat
14
Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15
Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16
Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17
Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18
Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19
Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20
Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21
Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22
Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23
Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24
Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25
Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26
Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27
Chapter 27. Indonesia
28
Chapter 28. Cemburu
29
Chapter 29. Rooftop cafe
30
Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31
Chapter 31. Deep talk rooftop
32
Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33
Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34
Chapter 34. Makan malam bersama
35
Chapter 35. My future (Zeze)
36
Chapter 36. Quality Time
37
Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38
Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39
Chapter 39. Menepati Janji
40
Chapter 40. Pelukan pertama
41
Chapter 41. Hubby
42
Chapter 42. Pesan tanpa nama
43
Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44
Chapter 44. Pillow talk
45
Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46
Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47
Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48
Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49
Chapter 49. Ayzel & Klien
50
Chapter 50. Ketahuan Athaya
51
Chapter 51. Merajuk sebentar
52
Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53
Chapter 53. Mulai merasakan luka
54
Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55
Chapter 55. Kamu menyakitiku
56
Chapter 56. Ayzel Sakit
57
Chapter 57. Kemarahan Naira
58
Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59
Chapter 59. Naira lagi
60
Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61
Chapter 61. Blue Sapphire
62
Chapter 62. Alvaro khawatir
63
Chapter 63. Blunt bob tint blue
64
Chapter 64. Tentang Naima
65
Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66
Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67
Chapter 67. Dia istri saya
68
Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69
Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70
Chapter 70. Mantra ketulusan
71
Chapter 71. Jangan bohongi aku
72
Chapter 72. Dia asistenku
73
Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74
Chapter 74. Kembalinya Naima
75
Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76
Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77
Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78
Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79
Chapter 79. Dia di Jerman
80
Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81
Chapter 81. Menemukanmu
82
Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83
Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84
Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85
Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86
Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87
Chapter 87. Aku cemburu
88
Chapter 88. Peluk
89
Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90
Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91
Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92
Chapter 92. Bucin episode baru
93
Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94
Chapter 94. Aku merindukanmu
95
Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96
Chapter 96. Uncle Pororo
97
Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98
Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99
Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100
Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101
Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102
Chapter 102. Duck Syndrom
103
Chapter 103. Anakmu lapar
104
Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105
Chapter 105. Naima salah kira
106
Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107
Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108
Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109
Chapter 109. My wife forever and ever
110
Chapter 110. Peninggalan Grace
111
Chapter 111. Gantungan Couple
112
Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113
Chapter 113. Temani aku kekantor
114
Chapter 114. Gyoza Mandu
115
Ikut meeting
116
Alvaro, so sweet
117
Di satukan Oleh Tuhan
118
Selamatkan bayi
119
Tindakan Operasi
120
Di sini indah, bukan?
121
Dia kembali
122
Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123
Bangun dari koma
124
Karena Zeze takdirku
125
Pulang ke rumah
126
Terima kasih cintaku
127
Kembali ke Istanbul
128
Rujak bebek jadi rujak es krim
129
Suami siaga
130
Baby boy
131
Altezza Hakala Jaziero (End)
132
Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133
Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134
Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!