Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting

“Pak Alvaro bisa minta tolong ipad saya,” Ayzel baru ingat ipadnya dari kemarin masih di bawa Alvaro. Digital plannernya ada di sana, beberapa data kilennya juga dia simpan di ipad.

“Sorry. Ketinggalan di apartemen,” jawab Alvaro dengan santai.

“Saya butuh ipadnya hari ini pak Alvaro,” ucap Ayzel lembut namun penuh dengan penekanan.

“Makan siang dengan saya, setelah itu saya ambilkan” Alvaro tersenyum smirk pada Ayzel.

Sementara Ayzel sedang menimbang-nimbang permintaan bosnya tersebut. Dia pasti terlambat lagi datang ke pusat konsul, hari ini ada lima klien yang akan melakukan konsultasi dengannya.

“Bagaimana, Ze?” tanya Alvaro.

“Mau makan siang apa? Saya pesankan sekalian,” masih sempat untuk Ayzel kalau menemani makan siang atasannya tapi di kantor.

“Kita makan siang di luar. Sebelum jam dua saya pastikan kamu sampai di pusat konsul,” Ayzel terperanjat mendengar ucapan Alvaro yang mengetahui jadwalnya hari ini.

“Saya tidak menerima penolakan,” ucap Ayzel dan Alvaro bersamaan. Ucapan Alvaro seolah seperti mantra yang tersemat di kepala Ayzel.

“Sejak kapan aku punya toddler besar,” gumam Ayzel yang menganggap Alvaro seperti toddler yang tantrum jika kemauannya tidak di turuti. Tanpa sepengetahuan Ayzel, atasannya tersebut keluar dari ruangan dengan tersenyum.

Alvaro menuju ruang meeting bersama pak Kim, mereka hari ini memang akan mengadakan meeting bersama divisi satu dan dua pada jam sembilan pagi. Kali ini Ayzel sengaja tidak ikut, mengingat terakhir kali suasana menjadi tidak kondusif karena perbedaan pendapat. Ayzel punya kompetensi di dua divisi tersebut, dia tidak ingin ikut terlibat jika terjadi perdebatan. Megingat saat ini posisinya adalah sebagai asisten Alvaro, pak Kim dan Alvaro satu pemahaman dengannya.

“Bisa datang ke ruang meeting sekarang?” Alvaro mengirim pesan singkat pad Ayzel.

Ayzel menghela napas. “Ruang meeting atau makan siang. Pak Alvaro pilih salah satu,” Alvaro sekalipun tidak akan dapat menggoyahkan Ayzel saat mode aplha womennya keluar.

“Baiklah. Ruang meeting,” balas Alvaro.

Ayzel membuka pesan singkat Alvaro, balasan yang diinginkan Ayzel berkebalikan dengan Alvaro. Posisi Ayzel serba salah selain karena saat ini dia kembali menjadi asisten Alvaro, dia juga masih di bilang junior di perusahaan tersebut. Lisensinya saja baru dia perjuangkan saat ini.

“Baik,” balas Ayzel dan langsung merapikan mejanya. Mematikan PC sekaligus membawa tasnya, dia akan langsung berangkat begitu meeting selesai.

Ayzel masuk ke dalam ruang meeting dengan ekspresi yang dapat membuat Alvaro memijat kedua pelipisnya. Suasana ruang meeting yang sudah tegang menjadi lebih serius saat Ayzel datang.

“Duduk di sini saja,” titah Kim Roan yang melihat Ayzel hendak duduk di samping Shahnaz.

Ayzel melihat ke arah layar yang ada di depannya, dua tim sedang mempresentasikan konsep data yang berbeda. Namun pada akhirnya akan tetap berguna satu sama lain, mereka hanya perlu menurunkan ego masing-masing.

“Seperti yang tadi saya bilang ke pak Avaro. Konsep ini sebelumnya Ayzel juga membantu mengevaluasi,” divisi satu dan dua mulai beradu argumen.

“Ayzel bisa kamu jelaskan maksud mereka?” Alvaro memintanya untuk memberikan penjelasn. Ayzel memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya memberi beberapa penjelasan singkat.

“Divisi riset harus mempertimbangkan aspek validitas data internal dan eksternal dari klien agar efektiv, mengingat kesehatan mental adalah isu yang sangat pribadi. Kalian harus memperhatikan peraturan privasi untuk membangun kepercayaan klien” Ayzel menjeda kalimat sebelum melanjutkannya.

“Divisi pengembangan harus berkomitmen untuk punya kerjasama dengan psikolog dan psikiater, adanya kolaborasi AI dengan para profesional dapat membantu klien mendapatkan perawatan yang lebih efektiv.”

Riset maupun pengembangan bersikukuh dengan hasil masing-masing, tak ada satupun yang mengalah. Alvaro melirik Ayzel yang sedang memejamkan mata sambil menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk relaksasi.

“Kalau tidak diakhiri sekarang aku bisa terlambat lagi,” batin Ayzel. Dia sengaja menyalakan macbooknya agar tak satupun orang menyadari dia sedang menatap jam yangtertera di sana.

“Punya solusi untuk mengakhiri ini semua dengan cepat?” bisik Alvaro pada Kim Roan yang masih cukup bisa di dengar oleh Ayzel.

“Mereka sama-sama keras kepala,” jawab Kim Roan mulai pusing dengan dua divisi yang ada di hadapannya tersebut.

Alvaro hendak meminta pendapat pada Ayzel, meskipun sebenarnya dia ragu setelah melihat ekspresi asistennya tersebut. Baru dia menoleh ke Ayzel dan belum sempat bertanya, namun Ayzel sudah lebih dulu bersuara.

“Kalian berdua sama-sama tidak pernah bisa menyadari kesalahan masing-masing. Ego kalian terlau tinggi untuk saling menjabat satu sama lain, ini adalah situasi yang bisa di pecahkan dengan mudah. Sayangnya tertutup oleh ego untuk saling menunjukkan siapa yang terbaik.”

Alvaro dan Kim Roan terkejut dengan apa yang diucapkan Ayzel, pasalnya mereka merupakn senior di bandingkan Ayzel. Hati Alvaro berdebar-debar, dia merasa Ayzel sangat mempesona saat bertindak tegas seperti ini.

“Kalian hanya perlu saling bergandengan satu sama lain, kalian harus mendesain aplikasi yang ramah. Memastikan pengguna merasa aman dan nyaman, memantau efektivitas dalam jangka panjang. Melakukan perbaikan dan pemutakhiran menyesuaikan perkembangan yang ada, berkonsultasi dengan tenaga profesional berkala. Kalian tidak bisa berjalan sendiri,” Ayzel berdiri dari duduknya.

“Saya rasa penjelasan ini cukup. Saya mohon undur diri,” ruangan seketika hening. Alvaro lekat menatap Ayzel berjalan keluar, dia melihat kekecewaan tersirat dari raut muka Ayzel yang dia coba sembunyikan.

Alvaro tak tahu kalau Ayzel akan langsung pergi begitu dari ruang meeting, dalam benaknya Ayzel kembali ke ruang kerja.

“Saya sepakat dengan yang diucapkan Ayzel,” Athaya dan Kim Roan mengeluarkan pendapat yang sama. Biar bagaimanapun divisi riset dan pengembangan konsep adalaha satu kesatuan.

“Silahkan di renungkan. Saya harap meeting selanjutnya sudah ada titik terang,” ucap Alvaro sambil beranjak pergi dari sana sebagai tanda meeting selesai.

“Ze ... kita,” Alvaro tidak menemukan Ayzel saat masuk keruangannya. Hanya long coatnya yang tertinggal, sementara mejanya sudah rapi. Beberapa kali Alvaro coba menghubunginya, namun nihil tak satupun panggilannya di jawab.

Ayzel tahu ponselnya berbunyi berkali-kali, tapi dia memilih abai dan berlari keluar dari lift menuju taksi online yang sudah menunggunya. Dia langsung masuk ke dalam taksi, hari ini cuaca cukup berawan dengan suhu berkisar 18 derajat, meskipun masih pada suhu yang nyaman. Namun bukan berarti dia tidak butuh baju hangat, Ayzel baru menyadari long coatnya tertinggal di ruang kerjanya

“Tidak keburu lagi kalau harus naik ambil long coat,” gumam Ayzel pada dirinya sendiri. Dua puluh menit kemudian dia sudah sampai di pusat konseling, bersiap memulai sesi konsulnya dengan klien.

Hari ini dia aka melakukan lima sesi dengan lima klien, tiap klien punya waktu konsul sekitar 50 menit. Ayzel maupun Naira biasanya akan memulai praktik mereka pada jam dua siang, dan akan selesai sekitar jam lima sore. Ditambah sesi 1-2 jam untuk diskusi dengan pengawas mereka.

“Naira. Sudah makan siang?” Ayzel menghampiri rekan sesama profesinya.

“Belum sempat. Sepertinya masih ada waktu,” Naira melihat arlojinya.

“Yuk. Aku juga belum makan, masih ada 20 menit sebelum praktik” ucap Ayzel sambil menarik lengan rekannya tersebut menuju kantin pusat konseling.

Hari sudah gelap saat Ayzel menyelesaikan praktiknya, dia meregangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Mereganggkan ke dua tangannya keatas, sesekai memijat tengkuk lehernya yang sudah mulai pegal. Tepat jam delapan malam dia selesai sesi diskusi dengan pengawasnya, Ayzel merapikan meja praktiknya dan bergegas pulang.

“Humey sudah maakan malam?” pesan singkat dia kirim pada sepupunya.

“Sudah. Kak Ze mampir makan dulu saja! Jangan lupa bawakan camilan,” balas Humey yang selalu ada maunya ketika bersama Ayzel.

“Ok,” Ayzel sudah ada di luar gedung pusat konsul. Naira hari ini hanya ada 3 sesi, jadi dia sudah pulang sejak tadi jam lima.

Ayzel sedang mencari taksi online melalui aplikasinya, sampai terdengar suara deritan mobil yang berhenti tepat di depannya. Seorang pria turun dari samping kemudi mobil, berjalan kearah berlawanan tepat di mana Ayzel berdiri.

“Saya antar kamu pulang,” entah sejak kapan Alvaro sudah ada di pusat konsul.

“Tidak perlu pak. Saya sudah pesan taksi,” kilah Ayzel berusaha menolak Alvaro dengan selembut mungkin. Walaupun sebenarnya dia belum dapat taksi.

“Saya sudah menunggu selama tiga jam di sini. Kamu gak kasian? Saya lapar Ze,” Ayzel mengernyitkan dahinya.

“Ngapain pak Alvaro nungguin saya sampai tiga jam?” Ayzel hanya menggelengkan kepalanya. Kalau di mata orang lain Alvaro adalah sosok yang tegas, dingin, galak dan cuek tapi penuh dengan kharisma. Tentu lain bagi Ayzel, Alvaro adalah toddler yang terjebak dalam tubuh dewasanya.

“Long coatmu tertinggal, jadi sekalian saja kuantar. Meskipun suhu masih 18 derajat, tetap saja kamu butuh baju yang lebih hangat” Alvaro menunjuk long coat yang ada di kursi belakang.

“Terimakasih,” Ayzel membuka pintu belakang mobil Alvaro. Dia mengambil long coatnya.

“Masuk duduk di depan,” titah Alvaro yang terlihat sudah akan pergi.

“Bukankah tadi memilih ruang meeting? Saya tidak menerima makan malam, permisi pak Avaro” tanpa basa basi Ayzel membuat Alvaro terskakmat.

“Saya tidak akan pergi sebelum kamu mau masuk,” di belakang mereka sudah ada beberapa mobil klien yang sudah mulai membunyikan klakson.

Mau tak mau Ayzel masuk ke dalam mobil, Alvaro tersenyum karena lagi-lagi Ayzel tidak bisa menolaknya. Tanpa berpikir lama, Ayzel meminta Alvaro ke sebuah cafe dengan menu makanan khas turki.

“Apa ini bisa di sebut dinner romantis?” goda Alvaro pada Ayzel yang terlihat seperti raga yang nyawanya sedang mengambang alias ngantuk.

“Mana ada dinner romantis di paksa,” ucap Ayzel sekenanya. Dia sudah merasa kantuk mulai menyergapnya.

Saat ini Alvaro sedang menatap lekat Ayzel, entah medan magnet apa yang membuatnya tidak selalu suka menatap wajah Ayzel dalam kondisi apapun. Seperti saat ini Ayzel yang menopang dagunya dengan satu tangan adalah hal menggemaskan bagi Alvaro, belum lagi saat melihat mata Ayzel terpejam karena kantuk.

“Ze makanan sudah datang. Bangun,” meskipun tak tega tapi Alvaro tetap memabngunkannya.

“Eumm ...,” Ayzel hanya melenguh karena masih mengantuk.

“Mau saya suapi Ze?” terang saja ucapan Alvaro membuat Ayzel langsung terpranjat sadar dari tidurnya.

“Saya bisa sendiri,” ucap Ayzel.

Mereka sudah selesai menikmati makan malam romantis kalau kata Alvaro, tapi bagi Ayzel itu bukan aktivitas romantis. Terang saja karena dia tidak dapat menikmati makanan akibat rasa kantuknya.

“Ze sudah sampai,” Alvaro dengan pelan membangunkan Ayzel. Kalau saja mereka sudah halal tak di ragukan lagi Alvaro pasti akan menggendongnya menuju kamar.

“Maaf pak, saya tidur di mobil pak Alvaro” Ayzel sedikit meregangkan kepalanya yang sedikit pusing.

“Setiap haripun tidak masalah,” Alvaro terkekeh melihat ekspresi Ayzel saat mendengar ucapannya.

“Suka-suka pak Alvaro saja,” Ayzel sudah benar-benar mengantuk. Karena itu dia asal menjawab.

“Ze ...,”

“Hmm ... iya pak?”

“Selama satu minggu ke depan saya akan ada di luar negeri. Kamu bisa lebih santai nanti,” Alvaro akan melakukan perjalanan dengan Kim Roan selama satu minggu ke depan.

“Bukannya tidak ada jadwal meeting di luar?” ucap Ayzel penasaran.

“Saya harus mengurus beberapa hal terkait masa depan,” Ayzel mengangguk. Kemudaian dia turun dari mobil Alvaro.

“Terimakasih pak Alvaro. Hati-hati di jalan,” Ayzel masuk ke gedung apartemennya. Sementara Alvaro kembali melajukan mobilnya menuju apartemennya.

 

 

 

 

 

 

 

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3 Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4 Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5 Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6 Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7 Chapter 7. Makan Malam
8 Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9 Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10 Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11 Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12 Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13 Chapter 13. Makan siang berempat
14 Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15 Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16 Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17 Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18 Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19 Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20 Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21 Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22 Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23 Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24 Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25 Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26 Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27 Chapter 27. Indonesia
28 Chapter 28. Cemburu
29 Chapter 29. Rooftop cafe
30 Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31 Chapter 31. Deep talk rooftop
32 Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33 Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34 Chapter 34. Makan malam bersama
35 Chapter 35. My future (Zeze)
36 Chapter 36. Quality Time
37 Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38 Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39 Chapter 39. Menepati Janji
40 Chapter 40. Pelukan pertama
41 Chapter 41. Hubby
42 Chapter 42. Pesan tanpa nama
43 Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44 Chapter 44. Pillow talk
45 Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46 Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47 Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48 Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49 Chapter 49. Ayzel & Klien
50 Chapter 50. Ketahuan Athaya
51 Chapter 51. Merajuk sebentar
52 Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53 Chapter 53. Mulai merasakan luka
54 Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55 Chapter 55. Kamu menyakitiku
56 Chapter 56. Ayzel Sakit
57 Chapter 57. Kemarahan Naira
58 Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59 Chapter 59. Naira lagi
60 Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61 Chapter 61. Blue Sapphire
62 Chapter 62. Alvaro khawatir
63 Chapter 63. Blunt bob tint blue
64 Chapter 64. Tentang Naima
65 Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66 Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67 Chapter 67. Dia istri saya
68 Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69 Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70 Chapter 70. Mantra ketulusan
71 Chapter 71. Jangan bohongi aku
72 Chapter 72. Dia asistenku
73 Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74 Chapter 74. Kembalinya Naima
75 Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76 Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77 Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78 Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79 Chapter 79. Dia di Jerman
80 Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81 Chapter 81. Menemukanmu
82 Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83 Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84 Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85 Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86 Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87 Chapter 87. Aku cemburu
88 Chapter 88. Peluk
89 Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90 Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91 Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92 Chapter 92. Bucin episode baru
93 Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94 Chapter 94. Aku merindukanmu
95 Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96 Chapter 96. Uncle Pororo
97 Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98 Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99 Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100 Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101 Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102 Chapter 102. Duck Syndrom
103 Chapter 103. Anakmu lapar
104 Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105 Chapter 105. Naima salah kira
106 Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107 Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108 Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109 Chapter 109. My wife forever and ever
110 Chapter 110. Peninggalan Grace
111 Chapter 111. Gantungan Couple
112 Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113 Chapter 113. Temani aku kekantor
114 Chapter 114. Gyoza Mandu
115 Ikut meeting
116 Alvaro, so sweet
117 Di satukan Oleh Tuhan
118 Selamatkan bayi
119 Tindakan Operasi
120 Di sini indah, bukan?
121 Dia kembali
122 Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123 Bangun dari koma
124 Karena Zeze takdirku
125 Pulang ke rumah
126 Terima kasih cintaku
127 Kembali ke Istanbul
128 Rujak bebek jadi rujak es krim
129 Suami siaga
130 Baby boy
131 Altezza Hakala Jaziero (End)
132 Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133 Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134 Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3
Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4
Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5
Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6
Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7
Chapter 7. Makan Malam
8
Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9
Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10
Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11
Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12
Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13
Chapter 13. Makan siang berempat
14
Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15
Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16
Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17
Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18
Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19
Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20
Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21
Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22
Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23
Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24
Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25
Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26
Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27
Chapter 27. Indonesia
28
Chapter 28. Cemburu
29
Chapter 29. Rooftop cafe
30
Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31
Chapter 31. Deep talk rooftop
32
Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33
Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34
Chapter 34. Makan malam bersama
35
Chapter 35. My future (Zeze)
36
Chapter 36. Quality Time
37
Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38
Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39
Chapter 39. Menepati Janji
40
Chapter 40. Pelukan pertama
41
Chapter 41. Hubby
42
Chapter 42. Pesan tanpa nama
43
Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44
Chapter 44. Pillow talk
45
Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46
Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47
Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48
Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49
Chapter 49. Ayzel & Klien
50
Chapter 50. Ketahuan Athaya
51
Chapter 51. Merajuk sebentar
52
Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53
Chapter 53. Mulai merasakan luka
54
Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55
Chapter 55. Kamu menyakitiku
56
Chapter 56. Ayzel Sakit
57
Chapter 57. Kemarahan Naira
58
Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59
Chapter 59. Naira lagi
60
Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61
Chapter 61. Blue Sapphire
62
Chapter 62. Alvaro khawatir
63
Chapter 63. Blunt bob tint blue
64
Chapter 64. Tentang Naima
65
Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66
Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67
Chapter 67. Dia istri saya
68
Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69
Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70
Chapter 70. Mantra ketulusan
71
Chapter 71. Jangan bohongi aku
72
Chapter 72. Dia asistenku
73
Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74
Chapter 74. Kembalinya Naima
75
Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76
Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77
Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78
Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79
Chapter 79. Dia di Jerman
80
Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81
Chapter 81. Menemukanmu
82
Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83
Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84
Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85
Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86
Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87
Chapter 87. Aku cemburu
88
Chapter 88. Peluk
89
Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90
Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91
Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92
Chapter 92. Bucin episode baru
93
Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94
Chapter 94. Aku merindukanmu
95
Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96
Chapter 96. Uncle Pororo
97
Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98
Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99
Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100
Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101
Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102
Chapter 102. Duck Syndrom
103
Chapter 103. Anakmu lapar
104
Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105
Chapter 105. Naima salah kira
106
Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107
Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108
Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109
Chapter 109. My wife forever and ever
110
Chapter 110. Peninggalan Grace
111
Chapter 111. Gantungan Couple
112
Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113
Chapter 113. Temani aku kekantor
114
Chapter 114. Gyoza Mandu
115
Ikut meeting
116
Alvaro, so sweet
117
Di satukan Oleh Tuhan
118
Selamatkan bayi
119
Tindakan Operasi
120
Di sini indah, bukan?
121
Dia kembali
122
Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123
Bangun dari koma
124
Karena Zeze takdirku
125
Pulang ke rumah
126
Terima kasih cintaku
127
Kembali ke Istanbul
128
Rujak bebek jadi rujak es krim
129
Suami siaga
130
Baby boy
131
Altezza Hakala Jaziero (End)
132
Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133
Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134
Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!