Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya

Ayzel akhirnya mengikuti saran Alvaro, mereka tidak ikut Humey dan Malvin untuk naik sampai atas Menara Galata. Ayzel dan Alvaro keluar dari menara galata, Alvaro membawa Ayzel untuk mencari tempat yang lebih teduh untuk mereka bisa istirahat sambil menunggu Humey dan Malvin selesai menjelajah.

Alvaro akhirnya membawa Ayzel ke kedai kopi Karakoy Gulluoglu, yang hanya berjarak beberapa langkah dari menara. Ayzel duduk bersandar pada salah satu kursi pelanggan yang ada di sana, sebenarnya kantuk sudah menyergapnya.

“Minum ini dulu,” Alvaro memberikan es americano pada Ayzel. Sementara dia memesan espresso.

“Terimakasih,” ucap Ayzel yang mulai meminum americanonya.

Alvaro menatap lekat perempuan yang sedang menikmati kopinya untuk menghilangkan kantuk. Lelah di wajahnya tak dapat di tutupi lagi, Alvaro bertanya-tanya sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan Ayzel akhir-akhir ini.

“Selelah itukah?” Alvaro akhirnya bertanya juga pada Ayzel.

“Ya?” Ayzel menatap bingung maksud Alvaro.

“Menjadi asistenku,” ucap Alvaro. Pasalnya dari semenjak mereka bertemu kembali, sikap Ayzel terlihat lebih waspada dari sebelumnya.

“Saya hanya kurang tidur. Tidak ada hubungannya dengan menjadi asisten pak Alvaro,” apa yang di katakan Ayzel memang sebuah kenyataan, dia kurag tidur karena praktiknya di pusat konseling. Karena hal itulah yang menjadi alasan dia mengajukan pengunduran diri, namun sepertinya Alvaro salah paham dengan maksud Ayzel.

“Sudah  terlihat. Kantung mata yang sebentar lagi berubah jadi mata panda,” Alvaro mengarahkan kembali kaca ke hadapanAyzel.

“Tidak seperti ini juga pak Alvaro,” Ayzel menyingkirkan cermin yang di pegang Alvaro.

“Ze. Kalau per ...” Ayzel mendapat telepon sebelum Alvaro sempat melanjutkan ucapannya.

Panggilan tersebut dari Naira, dia mengatakan bahwa a32 yang tak lain klien Ayzel datang dengan kondisi yang berantakan. Dia hanya mau bertemu dengan Ayzel, a32 mengalami serangan kecemasan yang sudah mengkhawatirkan.

“Baik Nai. Aku segera ke sana, tolong tetap buat suasana senyaman mungkin. Atau bawa dia ke ruanganku,” Ayzel menutup panggilan dari Naira.

“Pak Alvaro. Saya harus ke pusat konseling, tolong sampaikan pada Humey. Saya akan pulang mungkin sedikit larut,” Ayzel beranjak dari tempat duduknya bergegas untuk segera pergi dari sana.

“Tunggu. Saya antar kamu Ze,” cekal Alvaro saat Ayzel sudah mau pergi.

“Tapi Malvin dan Humey masih diatas.”

“Mereka sudah dewasa Ze, lagi pula ada Malvin. Bukankah dia calon suaminya Humey? Kamu lebih butuh bantuanku dari pada mereka,” Alvaro kekeh ingin mengantar Ayzel.

“Baiklah. Boleh sekarang kita berangkat?” tanya Ayzel pada Alvaro, karena dia harus segera sampai ke klinik dan pusat koseling Istanbul.

Mereka menuju mobi Alvaro yang tadi di parkir di dekat restoran, Ayzel sedikit berlari sambil melihat arlojinya. Alvaro belum sempat bertanya sebenarnya ada apa, karena mimik wajah Ayzel berubuah seketika setelah mendapatkan telepon yang entah dari siapa.

"Pake sabuk pengamanmu," titah Alvaro pada Ayzel yang sedang terengah-engah setelah berlari dari menara Galata menuju mobil Alvaro.

“Iya ... terimakasih,” Ayzel memasang sabuk pengamannya, Alvaro melajukan mobil dengan kecepatan yang lumayang tinggi. Mengingat perempuan yang sedang duduk di samping kemudinya itu beberapa kali melihat arlojinya dengan raut khawatir.

Alvaro tidak bertanya lebih jauh, hanya hening yang terjadi selama perjalanan menuju pusat konseling.

“Malvin. Aku minta tolong antar Humey sampai apartemen, bilang padanya aku harus ke pusat konseling. Ada klien yang tiba-tiba kambuh, aku diantar pak Alvaro” Ayzel lebih memilih mengirimkan pesan pada Malvin agar Humey tidak panik atau khawatir padanya.

"Ok. Tidak perlu khawatir, kuberi tahu Humey setelah ini” balas Malvin.

Mereka sudah sampai di pusat konseling, Alvaro memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Ayzel sebenarnya bisa pulang sendiri nanti, seperti biasa Alvaro kekeh ingin ikut. Baginya tidak ada penolakan, mau tidak mau Ayzel mebiarkannya.

“Nai,” panggil Ayzel saat melihat Naira.

“Akhirnya kamu sampai juga,” Naira segera meminta Ayzel mengikutinya. Kehadiran Alvaro di sana tak ternotice karena Naira yang juga terlihat panik.

“Bagaimana kondisinya?” Ayzel mencari ipadnya di tas. Dia lupa kalau tadi ipadnya sempat dipinjam Alvaro dan belum di kembalikan.

“Sepertinya lebih parah dari kondisi konsul terakhirnya. Menurut rekannya hari ini dia melihat tunangannya bersama rekan kerjanya berpegangan tangan,” jelas Naira pada Ayzel.

“Sebentar Nai,” Ayzel melirik Alvaro.

“Ipad saya masih ada di pak Alvaro?” dia baru ingat kalau tadi pagi ipadnya di pinjam Alvaro.

“Iya ... kenapa?” Alvaro memang sengaja meminta ipad Ayzel, karena dia ingin mengganti ipad itu dengan yang baru.

Ayzel menggelengkan kepala dan kembali bicara dengan Naira.

“Hampir setiap malam dia menghubungiku Nai. Aku tidak bisa abai karena takut dia bisa bertindak nekat,” keluh Ayzel pada salah satu rekannya itu. Alvaro yang mendengarkan akhirnya mengerti penyebab di balik kantung mata Ayzel.

“Dari yang aku lihat dia merasa sangat gelisah Ay. Mondar mandir tidak jelas selama dalam ruang pemantauan,” a32 adalah klien mereka berdua. Baik Ayzel maupun Naira melakukan kerja sama untuk membuatnya lebih baik.

Mereka bertiga sudah ada di depan ruangan dimana a32 menunggu, dari kaca yang mereka mengamati sejenak a32.

“Nai. Aku masuk, kalau ada apa-apa langsung segera cari bantuan. Segera panggil dokter kalau aku beri kode,” Ayzel menenangkan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum menemui a32. Biar bagaimanapun Ayzel belum mendapatkan lisensinya, dia masih butuh seniornya. Begitupun dengan Naira, jadi mereka tetap harus melakukan tindakan atas persetujuan pengawas mereka yang sudah berlisensi.

“Ze. Saya boleh ikut masuk?” Alvaro khawatir dengan Ayzel.

“Tidak. Hanya yang berkepentingan yang bisa masuk,” Ayzel tersenyum pada Alvaro.

Seolah enggan membiarkan Ayzel masuk, Alvaro mencekal tangan Ayzel. Dengan tatapan yang tak dapat Ayzel sendiri artikan, Alvaro tidak melepaskan cekalannya dari tangan Ayzel.

“Saya akan baik-baik saja. Ini adalah tugas saya sehari-hari pak Alvaro, tidak perlu khawatir. Saya tidak perlu takut karena ada pak Alvaro di sini,” Ayzel melepaskan diri dari cekalan Alvaro. Dia masuk dengan senyuman indah, dari sorot matanya seolah mengatakan  dia baik-bai saja.

Tatapan Ayzel memang selalu dapat menghipnotis Alvaro, dia melepaskan cekalan tangannya. Membiarkan Ayzel melakukan apa yag harus dia lakukan sebagai calon psikolog.

“Bagaimana kabarmu hari a32?” Ayzel masuk dengan pelan dan tenang agar kliennya menjadi lebih tenang.

“Aku takut dia pergi meninggalkanku. Bagaimana kalau akhirnya dia tidak memilihku?” racau a32 saat dia bertemu dengan Ayzel. Perempuan berusia 30 tahun itu mengeluarkan semua kegelisahannya pada Ayzel.

Kurang lebih selama satu jam Ayzel berada di dalam, mendengarkan semua kegelisahan kliennya. Sementara Naira berada dalam ruang pemantau untuk menganalisa perkembangan kondisi a32, Alvaro juga ada di sana.

“Apa setiap hari kalian menghadapi hal seperti ini?” tiba-tiba Alvaro bertanya pada Naira.

“Kamu siapa? Sejak kapan ada di situ?” Naira yang kaget melihat seorang pria yang tidak di kenalnya.

“Saya datang bersama dia,” Alvaro menunjuk Ayzel yang masih di dalam bersama kliennya.

“Oh ... tidak semua klien kami mengalami hal seperti yang kamu lihat. Setiap klien punya masalah yang berbeda dengan penanganan yang berbeda pula,” jelas Naira pada Alvaro.

Sudah satu jam lebih Ayzel berada di dalam, saat sesi hampir selesai a32 mendadak mengalami serangan panik. Dia menjadi tegang dan merasa dalam bahaya, Ayzel bahkan terdorong sampai jatuh tersungkur saat mendekat untuk menenangkannya.  Pelipisnya sedikit tergores karena terbentur meja, Naira langsung memanggil dokter dan beberapa staff.

Alvaro berlari menuju ruangan tersebut saat melihat Ayzel jatuh tersungkur, dia menerobos masuk tanpa perduli dengan peraturan yang ada di sana.

“Pak Alvaro, kenapa kemari?” tanpa perduli Ayzel bertanya padanya, Alvaro langsung menghampiri dan membantu Ayzel berdiri.

“Kamu tidak apa-apa Ze?” Alvaro memutar ke kanan dan ke kiri tubuh Ayzel, memastikan dia tidak terlukan kecuali pelipisnya yang tergores dan berdarah.

“Saya baik-baik saja. Pak Alvaro keluar dulu,” dengan lembut dia meminta Alvaro keluara. Di sisi lain Ayzel juga tetap memperhatikan kliennya yang duduk meringkuk sambil menutup kedua telinganya.

“Saya tetap di sini,” Alvaro kekeh.

“Masih ingin saya jadi asisten pak Alvaro, kan? Tolog keluar dulu,” Alvaro sebenarnya ragu, tapi dia tetap keluar menuruti permintaan Ayzel. Meskipun Alvaro tahu ucapan Ayzel bukan ancaman untuknya, dia mengalah karena tak mau semakin memperburuk hubungannya dengan Ayzel.

“Good job Alvaro Jaziero,” ucapan Ayzel mempu membuat hati Alvaro berdenyut-denyut seperti ada kupu-kupu yang memutarinya.

Ayzel bukan tidak berterimakasih karena Alvaro menolongnya atau perhatian, namun dia harus tetap menjaga kode etik seorang psikolog. Apapun yang terjadi, dia harus memastikan kerahasiaan biodata kliennya.

Ayzel memutar musik relaksasi, agar kliennya menjadi lebih tenang dan itu berhasil. Klienya mulai lebih tenang, Ayzel hanya memperhatikan dan memastikan kliennya merasa lebih nyaman. Setelah terkondisikan barulah Naira membawa dokter masuk untuk memberikan obat penenang.

“Thanks Nai. Aku pamit dulu,” Ayzel pamit setelah hampir sekitar tiga jam mereka berjuang untuk klien a32. Dia akhirnya bersedia di rawat selama beberapa hari untuk mendapat pantauan dari tim  pusat konseling.

“Istirahat yang cukup Ay. Jangan lupa besok crita,” Naira menunjuk samar kearah Alvaro. Siapapun akan mengira bahwa Alvaro adalah kekasih Ayzel, setelah melihatnya panik karena Ayzel terluka.

“Sampai jumpa,” mereka berdua berpisah pulang ke tempat masing-masing.

Alvaro dengan muka masam berdiri di dekat mobilnya, menanti Ayzel datang menghampirinya.

“Mau di sini terus? Masih ada kamar tu di sana pak,” celetuk Ayzel sambil menunjuk klinik pusat konseling. Dia tahu Alvaro masih ngambek saat tadi di suruh keluar.

“Saya punya rumah Ze,” jawabnya sedikit kesal dan hanya ditanggapi senyum oleh Ayzel.

Kalau itu bukan Ayzel mungkin Alvaro akan langsung memeluknya, karena dia Ayzel maka Alvaro tidak berani pada perempuan yang semakin cantik dengan hijab warna nude.

“Pak Alvaro mau makan malam apa?” tanya Ayzel, dia tahu kalau Alvaro sedikit kesal padanya. Tapi Ayzel berusaha mentralkan dirinya, baginya Alvaro saat ini adalah atasannya. Ayzel mungkin terlalu takut untuk kembali menaruh harap jika itu berhubungan dengan perasaan yang bernama cinta.

“Masakanmu,” celetuk Alvaro dengan mata yang berbinar menatap Ayzel.

“Tidak bisa. Ada Humey di rumah,” tegas Ayzel yang membuat Alvaro mencebik.

Akhirnya mereka hanya membeli kebab dan minuman dingin, Alvaro sudah kehilangan moodnya. Ayzel menahan perasaannya untuk tidak tertawa melihat tingkah random atasannya.

“Ze. Kalau saya serius dengan ucapan saat itu, apa jawabanmu?” Alvaro memecah suasana hening diantara mereka.

“Hmm? Ucapan yang mana?” Ayzel tahu maksud Alvaro. Namun dia benar-benar merasa takut untuk berharap. Tidak ingin lagi jatuh cinta sendiri, tidak ingin berjuang sendiri dan tidak ingin menggebu-gebu yang berakhir dengan luka yang cukup perih.

“Mejadi istriku,” Alvaro mencari tempat untuk menghentikan mobilnya. Ayzel melihat kearah Alvaro, saat ini mereka berdua saling menatap.

“Saya tahu mungkin lukamu belum sembuh. Tapi saya bukan Nathan,” ucapan Alvaro mampu membuat Ayzel hampir meneteskan air mata. Bagaimana Alvaro tahu tentang Nathan, kenapa dia harus menyebut nama itu. Batin Ayzel.

“Saya sudah baca bukumu Ze,” Ayzel terpaku. Alvaro benar-benar di luar bayangannya.

“Mintalah pada keluarga saya, jika mereka menerima pak Alvaro” Ayzel menjeda kalimatnya. Alvaro menatap Ayzel, menanti perkataan selanjutnya.

“Kapanpun itu saya akan bersedia,”  Ayzel menatap jalanan. Dia takut untuk melihat mata Alvaro, pada dasarnya dia takut menemukan ke raguan dari sorot matanya.

Senyum Alvaro mengembang mendengar jawaban Ayzel.

Ayzel tidak ingin terlalu banyak berharap, entah Alvaro serius atau hanya menggodanya, dia tidak pernah tahu masa depannya seperti apa. Satu hal yang dia tahu, jika Alvaro adalah rumah masa depannya. Sejauh apapun Ayzel menjauh, mereka akan tetap bertemu.

“Jangan lupa obati lukamu. Istirahat,” mereka sudah berada di depan apartemen Ayzel.

“Terimakasih pak Alvaro. Hati-hati di jalan,” Ayzel turun dari mobil Alvaro dan masuk menuju apartemennya. Ayzel sudah ingin merebahkan badannya di kasur, karena hari ini sangat melelahkan untuknya.

Sementara Alvaro pulang keapartemennya.

“Hallo. Kim Roan lusa kita berangkat. Misi berhasil,” Alvaro megirimkan pesan pada asisten utamanya.

“Siap bos,” balas Kim Roan.

 

 

 

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3 Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4 Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5 Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6 Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7 Chapter 7. Makan Malam
8 Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9 Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10 Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11 Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12 Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13 Chapter 13. Makan siang berempat
14 Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15 Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16 Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17 Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18 Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19 Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20 Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21 Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22 Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23 Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24 Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25 Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26 Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27 Chapter 27. Indonesia
28 Chapter 28. Cemburu
29 Chapter 29. Rooftop cafe
30 Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31 Chapter 31. Deep talk rooftop
32 Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33 Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34 Chapter 34. Makan malam bersama
35 Chapter 35. My future (Zeze)
36 Chapter 36. Quality Time
37 Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38 Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39 Chapter 39. Menepati Janji
40 Chapter 40. Pelukan pertama
41 Chapter 41. Hubby
42 Chapter 42. Pesan tanpa nama
43 Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44 Chapter 44. Pillow talk
45 Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46 Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47 Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48 Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49 Chapter 49. Ayzel & Klien
50 Chapter 50. Ketahuan Athaya
51 Chapter 51. Merajuk sebentar
52 Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53 Chapter 53. Mulai merasakan luka
54 Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55 Chapter 55. Kamu menyakitiku
56 Chapter 56. Ayzel Sakit
57 Chapter 57. Kemarahan Naira
58 Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59 Chapter 59. Naira lagi
60 Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61 Chapter 61. Blue Sapphire
62 Chapter 62. Alvaro khawatir
63 Chapter 63. Blunt bob tint blue
64 Chapter 64. Tentang Naima
65 Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66 Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67 Chapter 67. Dia istri saya
68 Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69 Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70 Chapter 70. Mantra ketulusan
71 Chapter 71. Jangan bohongi aku
72 Chapter 72. Dia asistenku
73 Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74 Chapter 74. Kembalinya Naima
75 Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76 Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77 Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78 Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79 Chapter 79. Dia di Jerman
80 Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81 Chapter 81. Menemukanmu
82 Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83 Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84 Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85 Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86 Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87 Chapter 87. Aku cemburu
88 Chapter 88. Peluk
89 Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90 Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91 Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92 Chapter 92. Bucin episode baru
93 Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94 Chapter 94. Aku merindukanmu
95 Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96 Chapter 96. Uncle Pororo
97 Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98 Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99 Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100 Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101 Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102 Chapter 102. Duck Syndrom
103 Chapter 103. Anakmu lapar
104 Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105 Chapter 105. Naima salah kira
106 Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107 Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108 Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109 Chapter 109. My wife forever and ever
110 Chapter 110. Peninggalan Grace
111 Chapter 111. Gantungan Couple
112 Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113 Chapter 113. Temani aku kekantor
114 Chapter 114. Gyoza Mandu
115 Ikut meeting
116 Alvaro, so sweet
117 Di satukan Oleh Tuhan
118 Selamatkan bayi
119 Tindakan Operasi
120 Di sini indah, bukan?
121 Dia kembali
122 Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123 Bangun dari koma
124 Karena Zeze takdirku
125 Pulang ke rumah
126 Terima kasih cintaku
127 Kembali ke Istanbul
128 Rujak bebek jadi rujak es krim
129 Suami siaga
130 Baby boy
131 Altezza Hakala Jaziero (End)
132 Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133 Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134 Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3
Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4
Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5
Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6
Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7
Chapter 7. Makan Malam
8
Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9
Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10
Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11
Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12
Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13
Chapter 13. Makan siang berempat
14
Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15
Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16
Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17
Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18
Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19
Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20
Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21
Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22
Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23
Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24
Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25
Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26
Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27
Chapter 27. Indonesia
28
Chapter 28. Cemburu
29
Chapter 29. Rooftop cafe
30
Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31
Chapter 31. Deep talk rooftop
32
Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33
Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34
Chapter 34. Makan malam bersama
35
Chapter 35. My future (Zeze)
36
Chapter 36. Quality Time
37
Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38
Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39
Chapter 39. Menepati Janji
40
Chapter 40. Pelukan pertama
41
Chapter 41. Hubby
42
Chapter 42. Pesan tanpa nama
43
Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44
Chapter 44. Pillow talk
45
Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46
Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47
Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48
Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49
Chapter 49. Ayzel & Klien
50
Chapter 50. Ketahuan Athaya
51
Chapter 51. Merajuk sebentar
52
Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53
Chapter 53. Mulai merasakan luka
54
Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55
Chapter 55. Kamu menyakitiku
56
Chapter 56. Ayzel Sakit
57
Chapter 57. Kemarahan Naira
58
Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59
Chapter 59. Naira lagi
60
Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61
Chapter 61. Blue Sapphire
62
Chapter 62. Alvaro khawatir
63
Chapter 63. Blunt bob tint blue
64
Chapter 64. Tentang Naima
65
Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66
Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67
Chapter 67. Dia istri saya
68
Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69
Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70
Chapter 70. Mantra ketulusan
71
Chapter 71. Jangan bohongi aku
72
Chapter 72. Dia asistenku
73
Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74
Chapter 74. Kembalinya Naima
75
Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76
Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77
Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78
Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79
Chapter 79. Dia di Jerman
80
Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81
Chapter 81. Menemukanmu
82
Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83
Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84
Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85
Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86
Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87
Chapter 87. Aku cemburu
88
Chapter 88. Peluk
89
Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90
Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91
Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92
Chapter 92. Bucin episode baru
93
Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94
Chapter 94. Aku merindukanmu
95
Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96
Chapter 96. Uncle Pororo
97
Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98
Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99
Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100
Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101
Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102
Chapter 102. Duck Syndrom
103
Chapter 103. Anakmu lapar
104
Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105
Chapter 105. Naima salah kira
106
Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107
Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108
Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109
Chapter 109. My wife forever and ever
110
Chapter 110. Peninggalan Grace
111
Chapter 111. Gantungan Couple
112
Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113
Chapter 113. Temani aku kekantor
114
Chapter 114. Gyoza Mandu
115
Ikut meeting
116
Alvaro, so sweet
117
Di satukan Oleh Tuhan
118
Selamatkan bayi
119
Tindakan Operasi
120
Di sini indah, bukan?
121
Dia kembali
122
Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123
Bangun dari koma
124
Karena Zeze takdirku
125
Pulang ke rumah
126
Terima kasih cintaku
127
Kembali ke Istanbul
128
Rujak bebek jadi rujak es krim
129
Suami siaga
130
Baby boy
131
Altezza Hakala Jaziero (End)
132
Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133
Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134
Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!