Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro

“Thanks Naira,” ucap Ayzel pada rekan sejawatnya yang sudah bersedia menemui kliennya lebih dulu.

“Yups sama-sama Ay, cepat sana sudah ditunggu di ruangan” Naira juga kembali ke ruangannya karena dia juga masih ada sesi temu dengan kliennya.

Ayzel membersihkan luka di tangannya terlebih dahulu, kemudian baru masuk ke ruang konsul. Dia melepaskan jaket terlebih dulu sebelum menaruh tasnya, salah satu kliennya memang sudah duduk di sana sejak lima menit yang lalu.

“Maaf saya terlambat,” Ayzel minta maaf pada kliennya yang sudah datang lima menit lebih dulu darinya.

“Tidak apa-apa kak. Saya baru lima menit datang,” ucap kliennya.

Saat ini Ayzel memang ada sesi konsul dengan kliennya yang mengalami gangguan kecemasan (anxiety), perempuan berusia sekitar 25 tahun. Ini adalah pertemuan ke dua mereka, setelah sebelumnya Ayzel melakukan pendekatan active listening.

“Dayanamiyorum artik (aku benar-benar tidak kuat),” klien Z21 memulai dengan mengungkapkan apa yang menjadi kecemasannya pada Ayzel. *Ayzel menggunakan kode pada setiap kliennya, untuk menjaga privasi dan kenyamanan klien. Hanya Ayzel yang mengetahui data di balik kode-kode yang dia berikan.*

Ayzel memastikan kliennya merasa aman, nyaman dan dia mendengarkan sambil mencatat beberapa point penting yang dia temukan dari setiap luapan emosi kliennya. Untuk pertemuan ke dua dengan Z21 hari ini digunakan Ayzel untuk refleksi dan validasi perasaan kliennya, sebelum dia masuk untuk mengidentifikasi sumber kecemasan Z21.

“Kafam çok karişik,” Z21 mengatakan pikirannya kacau sekali.

Ayzel terus mendengarkan dan sesekali dia menggenggam tangan kliennya, dia mencoba membangun hubungan yang kuat dengan kliennya. Menciptakan ruang aman dan nyaman bagi klien agar Ayzel dapat membantu mereka memahami diri untuk membawa perubahan lebih baik bagi klien.

“Yorgunluk normalidir. Ağla,” Ayzel berpindah duduk di samping kliennya. Mengusap lembut tangan kliennya sambil berkata lelah itu wajar, menangislah.

Ayzel membiarkan kliennya menangis terisak-isak, anggap saja itu adalah bagian stress released kliennya yang sudah merasa lelah dengan kecemasan yang dia alami. Sesi 50 menit dengan Z21 sudah selesai, dari sini Ayzel mulai memahami kondisi kliennya yang mengalami anxiety dalam lingkungan kerja.

“Iyiki varsin,” Ayzel kembali mengusap lembut tangan kliennya. *Iyiki varsin adalah ungkapan penghargaan atas keberadaan seseorang.*

Ayzel ingin mengatakan pada kliennya bahwa setiap makhluk hidup itu berharga, termasuk kliennya tersebut.

“Banyak bahagia yang akan kamu temukan nanti melalui hal-hal kecil, yang mungkin butuh banyak proses. Tapi saya yakin kamu bisa,” ucap Ayzel dengan senyum tulus kemudian memeluk kliennya sebelum Z21 keluar dari ruangannya.

Hari ini Ayzel hanya ada 3 sesi konsul dengan kliennya, dia akan berdiskusi sekaligus evaluasi sebentar dengan pengawas praktiknya sebelum pulang. Dia melihat arlojinya yang sudah menunjukkan jam 4 sore, dia segera melaksanakan ibadah sholat ashar.

“Makan dulu. Aku taruh di meja kerjamu,” Naira mengirim pesan melalui ponselnya, karena saat dia masuk ruangan, Ayzel belum selesai ibadah.

“Okay. Terimakasih rekan terbaik,” balasnya pada Naira di sertai emot love.

Ayzel sedang menikmati makan siang yang sudah kesorean itu, setelah ini baru dia akan menemui pengawasnya untuk berdiskusi. Ponselnya berdering beberapa kali, membuatnya merasa terganggu.

“Hallo. Iya Shahnaz, ada apa?” Ayzel mengangkat panggilan rekannya tersebut masih sambil mengunyah makanan.

“Ay, lama banget angkatnya” protes Shahnaz.

Tanpa Ayzel tahu Shahnaz mengubah mode panggilan menggunakan pengeras suara atas permintaan Alvaro.

“Baru makan siang Naz, kenapa?” Ayzel masih sambil menyuapkan makanan kemulutnya.

“Jam segini bukan makan siang tapi makan sore,” protes Shahnaz lagi. Shahnaz lupa kalau dia masih di ruang meeting dengan Alvaro yang meliriknya tajam.

“Bisa langsung? Aku masih ada sesi konsultasi, kamu sedang mengganggu makan siangku” Ayzel protes dan cukup membuat Shahnaz tidak enak hati. Sebenarnya yang memintanya menelpon Ayzel adalah Alvaro.

“Itu anu Ay,” Shahnaz di buat kaget Alvaro yang meraih ponselnya untuk bicara dengan Ayzel.

“Ze. Ini saya Alvaro,”

“Uhuk ... uhuk,” Ayzel tersedak makanan karena terkejut mendengar suara Alvaro. Dia bergegas minum untuk mengurangi sakit akibat tersedak.

“Ze, kamu baik-baik saja?” Alvaro khawatir karena tiba-tiba mendengar Ayzel yang terbatuk sesaat setelah dia berbicara, sementara yang lain saling bertukar pandang melihat ekspresi atasan mereka.

“Pak Alvaro mau buat saya mati tersedak karena kaget?” protes Ayzel dengan sedikit menaikkan tone suaranya.

“Bukan begitu Ze. Ada yang ingin saya bicarakan,” Alvaro sebenarnya ingin bilang agar Ayzel membuka blokirannya, tapi urung dia lakukan karena masih ada beberapa karyawannya.

“Masih ada besok pak, saya tidak menghilang tanpa kabar. Pak Alvaro tidak perlu khawatir,” ucapan Ayzel mampu membuat Alvaro merasa makin tidak enak.

“Deg,” Alvaro merasa Ayzel sedang menyindirnya.

“Ini tentang aplikasi care clinic. Ada beberapa hal kamu yang harus menjelaskan,”ucap Alvaro sedikit ragu.

Ayzel mengubah pembicaraannya dengan Alvaro yang semula menggunakan bahasa Turki menjadi berbahasa Indonesia.

“Saya rasa mereka bisa menjelaskan dengan baik pak Alvaro. Aplikasi tersebut mereka yang membuat konsep, saya hanya membantu mengevaluasi. Ketua tim mereka lebih dari paham dengan konsep care clinic,” ucapan Ayzel lembut namun tegas penuh penekanan.

“Penjelasan kamu lebih mudah di mengerti dari pada mereka,” sanggah Alvaro agar Ayzel tetap mau berbicara dengannya. Sebenarnya itu hanya akal-akalan Alvaro.

“Ayzel Zekai, keruangan saya kita diskusi dan evaluasi sekarang!” ucap pengawas Ayzel terdengar oleh Alvaro dari ujung telepon.

“Baik. Saya kesana,” jawab Ayzel.

“Pak Alvaro anda sudah paham care clinic. Bukankah kita pernah membahasnya?”

Alavro merasa di skakmat Ayzel. “Ah ya, soal itu.”

“Mohon undur diri, saya sudah ditunggu” Ayzel mematikan panggilan telepon mereka.

Pak Kim yang paham dengan ekspresi Alvaro hanya bisa menahan tawa, sudah pasti Ayzel yang mengakhiri lebih dulu panggilan telepon mereka. Meeting hari itu berakhir setelah Ayzel mengakhiri panggilan telepon.

“Pak Alvaro, pak Kim. Bisa saya bicara dengan anda berdua?” Athaya harus segera memberitahu mereka tentang Ayzel yang berniat mengakhiri kontrak magangnya.

“Penting Athaya?” tanya pak Kim.

“Tentang Ayzel,” Alvaro dan pak Kim saling bertukar pandang saat Athaya menyebut nama Ayzel.

“Kita bicara di ruangan pak Kim saja,” ucap Alvaro yang berjalan keluar dari ruang meeting menuju ruang asisten utama Alvaro.

“Silahkan Athaya. Apa yang ingin kamu bicarakan,” mereka bertiga duduk di sofa yang ada di ruang kerja pak Kim.

Athaya menghela napas panjang sebelum memulai bicara, hal tersebut membuat Alvaro dan pak Kim mengerti. Sepertinya apa yang akan di katakan Athaya adalah hal serius.

“Ini tentang Ayzel. Pak Alvaro bisa membacanya sendiri,” Athaya menyerahkan map yang tadi pagi di serahkan Ayzel padanya.

“Kenapa?” pak Kim semakin penasaran melihat ekspresi Alvaro setelah membaca map yang di berikan Athaya padanya.

“Tidak bisa. Apapun alasannya saya tidak akan menyetujui dia mengundurkan diri,” ucap Alvaro pada Athaya dengan ekspresi kesal tapi juga resah.

Sementara itu pak Kim hanya tersenyum melihat ekspresi Alvaro, Athaya menggelengkan kepalanya. Athaya juga tidak ingin Ayzel keluar, tapi dialah yang mungkin paling tahu alasan di balik pengunduran dirinya. Bagaimanapun Athaya mempunyai background pendidikan yang sama dengan Ayzel.

“Aku sudah bilang, cepat kembali. Sekarang kejadian,” ujar pak Kim yang selalu mengingatkan Alvaro.

“Sebaiknya besok pak Alvaro bicara dengan Ayzel. Bicara dari hati ke hati,” ucap Athaya pada atasannya tersebut yang sontak membuat Alvaro dan pak Kim terperanjat.

“Apa sangat terlihat?” ucap pak Kim sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Pak Kim lupa? Saya dan Ayzel mempunyai background pendidikan yang hampir sama,” Athaya juga adalah lulusan undergraduated psikologi. Bedanya dia tidak mengambil pasca sarjana.

“Ah benar juga,” pak Kim sedikit tertawa karena dia tidak ingat hal tersebut.

“Lalu apa yang harus saya lakukan?” Alvaro bertanya pada Athaya, hal tersebut nenbuat Athaya merasa lucu. Hanya karena Ayzel dia bisa melihat ekspresi berbeda dari atasannya tersebut.

“Pak Alvaro bicaralah dengan Ayzel. Anda akan mengerti bagaimana dia, saya tidak bisa membantu banyak. Anda sudah menyiramkan minyak pada api kecil,” Athaya kemudian pamit karena saat ini sudah jam enam sore.

“Tapi apa maksud ucapan kamu tadi Athaya?” Alvaro benar-benar belum paham.

“Bicaralah dengan tulus jika berhadapan dengannya. Maka kamu akan mengetahui ucapan tadi,” Athaya berlalu meninggalkan atasannya yang masih bingung.

Setelah perbincangan mereka bertiga, Alvaro memilih pergi ke ruangannya sebentar sebelum pulang. Dari tadi sampai memang dia langsung meeting, dia bahkan belum sempat melihat ruang kerja yang sudah satu bulan itu dia tinggalkan.

“Kenapa kosong?” Alvaro bergumam saat melihat meja Ayzel yang sudah kosong, tak ada satu barangpun di sana.

Alvaro kemudian berjalan menuju mejanya, ada kotak kecil yang menarik atensinya. Dia buka kotak kecil tersebut, ternyata berisi kunci mobil beserta surat-suratnya. Ada note kecil yang berbunyi “Terimakasih untuk fasilitas mobilnya, saya kembalikan karena saya rasa tidak membutuhkannya.”

“Sial,” ucap Alvaro sambil mengepalkan ke dua tangannya. Rupanya dia baru menyadari telah menyinggung Ayzel.

...***...

Keesokan harinya Alvaro sampai kantor sengaja lebih pagi dari Ayzel, dia meminta OB untuk memindahkan semua barang-barang Ayzel dari divisi dua ke ruangan Alvaro. Hanya cara itu yang bisa dia lakukan, karen jika Ayzel sudah sampai pasti dia akan menolak dengan berbagia alasan.

“Pagi kak Ray. Pagi Shahnaz,” sapa Ayzel pada dua orang rekannya. Karena yang lain belum sampai.

“Pagi Ay,” jawab mereka berdua.

“Naz. Mejaku kenapa kosong? Berkas dan beberapa barangku di mana?” tanya Ayzel dengan bingung.

“Cepat ke ruangan pak Alvaro deh. Dia minta OB untuk memindahkan semua barangmu kembali ke ruangannya,” ucap Ray.

“Sepertinya dia marah Ay,” ujar Shahnaz.

“Baiklah. Aku ke sana dulu,” Ayzel tersenyum pada mereka berdua sebelum berlalu menuju ruang Alvaro.

Ayzel berjalan dengan cukup tenang menuju ruangan Alvaro, atasan yang sudah sebulan ini tidak dia jumpai. Ayzel juga memblokir nomor teleponnya, mungkin dia adalah satu-satunya karyawan yang berani memblokir nomor CEO perusahaan.

“Tok ... tok,” Ayzel mengetuk pintu ruangan Alvaro. Kalau sebulan lalu dia bisa langsung masuk karena menjadi asistennya, tapi kali ini dia tidak lagi bisa masuk dengan sembarang. Setidaknya itulah pemikiran Ayzel.

“Masuk,” sesuai dugaan Alvaro. Ayzel pasti akan langsung ke ruangannya setelah semua barangnya di pindahkan lagi ke meja yang ada dalam ruangan Alvaro.

“Pagi pak Alvaro,” Ayzel dengan cukup tenang menyapa Alvaro. Tanpa ada sedikitpun rasa canggung, profesional itulah Ayzel.

“Pagi Ze,” Alvaro tersenyum melihat Ayzel. Dia kira Ayzel akan duduk di meja kerjanya kembali, ternyata pemikiran Alvaro salah.

“Saya mau mengambil ini,” Ayzel menunjuk barang-barangnya yang tadi di pindahkan OB dari ruang divisi dua ke ruang Alvaro.

Alvaro terbengong-bengong, prediksinya salah. Bahkan Ayzel terlihat benar-benar tenang, tidak seperti terakhir kali mereka saling bicara dan membahas tentang aplikasi. Dalam satu bulan banyak sekali perubahan Ayzel yang hari ini di jumpai Alvaro, padahal ini masih pagi.

“Mau kemana?” tanya Alvaro.

“Ke ruang divisi dua,” Ayzel mengangkat kotak berisikan barang miliknya menuju pintu ke luar.

“Tunggu,” Alvaro dengan sigap berlari kearah pintu keluar untuk menghadang Ayzel.

“Ada apa pak Alvaro?” Alvaro menyadari tatapan tegas Ayzel padanya.

“Kamu masih asisten saya. Jadi kamu harus tetap di ruangan ini,” ucap Alvaro.

“Bukankah pak Alvaro sudah memindahkan saya ke divisi dua?” Ayzel masih cukup tenang dan santai dalam menjawab.

“Kamu tetap asisten saya Ze,” Alvaro merebut kotak yang di bawa Ayzel tadi. Alvaro tidak menaruhnya di meja Ayzel, tapi dia menaruh di bawah meja Alvaro. Alvaro duduk di kursinya dengan penuh kemenangan, karena tidak mungkin Ayzel akan berani  mengambil kotak tersebut di sana.

“Pilihannya hanya satu pak Alvaro. Divisi dua atau asisten! Atau tidak dua-duanya,” ucap Ayzel lebut namun tegas dan penuh penekanan.

Alvaro terlihat berpikir dengan serius, sedikit menimbang ucapan Ayzel padanya. Perempuan itu menjadi lebih tegas dari terakhir kali mereka berjumpa, Alvaro juga tidak melihat emosi atau kemarahan terpancar dari sorot matanya.

“Kamu kembali jadi asisten saya,” Alvaro menyetujui permintaan Ayzel. Untuk saat ini menuruti Ayzel mungkin lebih baik asal bisa membuatnya tidak jadi mengundurkan diri.

“Ok ... mulai hari ini sampai dua minggu ke depan saya kembali jadi asistes anda,” ucapan Ayzel sontak membuat Alvaro terkejut.

“Kenapa hanya dua minggu?” Alvaro menuntut penjelasan.

“Saya sudah menyerahkan surat pengunduran diri saya,” Ayzel melihat ekspresi Alvaro yang mencebik padanya.

“Tidak boleh,” Ayzel menatap tajam Alvaro. Seketika Alvaro ingat ucapan Athaya, untuk bicara dengan tulus pada Ayzel.

“Ma ... maksudnya beri saya waktu tiga bulan Ze, untuk mencari asisten baru. Tidak mungkin pak Kim mengurus semuanya sendirian,” Alvaro menatap lekat Ayzel yang berdiri tak jauh darinya.

“Mana barang-barang saya,” Ayzel menghampiri Alvaro meminta kotak berisi barang-barangnya.

“Ze ... saya mohon,” Ayzel terkejut dengan ucapan Alvaro.

“Bagaimana saya bisa bekerja di sana kalau barang saya ada di anda,” Ayzel menunjuk meja di ujung dekat sofa biasa dia bekerja. Alvaro tersenyum lega, dia juga mengerti maksud dari Athaya tentang berbicara tulus dengan Ayzel.

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3 Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4 Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5 Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6 Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7 Chapter 7. Makan Malam
8 Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9 Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10 Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11 Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12 Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13 Chapter 13. Makan siang berempat
14 Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15 Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16 Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17 Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18 Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19 Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20 Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21 Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22 Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23 Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24 Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25 Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26 Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27 Chapter 27. Indonesia
28 Chapter 28. Cemburu
29 Chapter 29. Rooftop cafe
30 Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31 Chapter 31. Deep talk rooftop
32 Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33 Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34 Chapter 34. Makan malam bersama
35 Chapter 35. My future (Zeze)
36 Chapter 36. Quality Time
37 Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38 Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39 Chapter 39. Menepati Janji
40 Chapter 40. Pelukan pertama
41 Chapter 41. Hubby
42 Chapter 42. Pesan tanpa nama
43 Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44 Chapter 44. Pillow talk
45 Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46 Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47 Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48 Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49 Chapter 49. Ayzel & Klien
50 Chapter 50. Ketahuan Athaya
51 Chapter 51. Merajuk sebentar
52 Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53 Chapter 53. Mulai merasakan luka
54 Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55 Chapter 55. Kamu menyakitiku
56 Chapter 56. Ayzel Sakit
57 Chapter 57. Kemarahan Naira
58 Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59 Chapter 59. Naira lagi
60 Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61 Chapter 61. Blue Sapphire
62 Chapter 62. Alvaro khawatir
63 Chapter 63. Blunt bob tint blue
64 Chapter 64. Tentang Naima
65 Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66 Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67 Chapter 67. Dia istri saya
68 Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69 Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70 Chapter 70. Mantra ketulusan
71 Chapter 71. Jangan bohongi aku
72 Chapter 72. Dia asistenku
73 Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74 Chapter 74. Kembalinya Naima
75 Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76 Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77 Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78 Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79 Chapter 79. Dia di Jerman
80 Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81 Chapter 81. Menemukanmu
82 Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83 Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84 Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85 Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86 Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87 Chapter 87. Aku cemburu
88 Chapter 88. Peluk
89 Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90 Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91 Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92 Chapter 92. Bucin episode baru
93 Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94 Chapter 94. Aku merindukanmu
95 Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96 Chapter 96. Uncle Pororo
97 Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98 Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99 Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100 Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101 Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102 Chapter 102. Duck Syndrom
103 Chapter 103. Anakmu lapar
104 Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105 Chapter 105. Naima salah kira
106 Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107 Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108 Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109 Chapter 109. My wife forever and ever
110 Chapter 110. Peninggalan Grace
111 Chapter 111. Gantungan Couple
112 Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113 Chapter 113. Temani aku kekantor
114 Chapter 114. Gyoza Mandu
115 Ikut meeting
116 Alvaro, so sweet
117 Di satukan Oleh Tuhan
118 Selamatkan bayi
119 Tindakan Operasi
120 Di sini indah, bukan?
121 Dia kembali
122 Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123 Bangun dari koma
124 Karena Zeze takdirku
125 Pulang ke rumah
126 Terima kasih cintaku
127 Kembali ke Istanbul
128 Rujak bebek jadi rujak es krim
129 Suami siaga
130 Baby boy
131 Altezza Hakala Jaziero (End)
132 Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133 Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134 Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3
Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4
Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5
Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6
Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7
Chapter 7. Makan Malam
8
Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9
Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10
Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11
Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12
Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13
Chapter 13. Makan siang berempat
14
Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15
Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16
Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17
Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18
Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19
Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20
Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21
Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22
Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23
Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24
Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25
Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26
Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27
Chapter 27. Indonesia
28
Chapter 28. Cemburu
29
Chapter 29. Rooftop cafe
30
Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31
Chapter 31. Deep talk rooftop
32
Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33
Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34
Chapter 34. Makan malam bersama
35
Chapter 35. My future (Zeze)
36
Chapter 36. Quality Time
37
Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38
Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39
Chapter 39. Menepati Janji
40
Chapter 40. Pelukan pertama
41
Chapter 41. Hubby
42
Chapter 42. Pesan tanpa nama
43
Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44
Chapter 44. Pillow talk
45
Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46
Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47
Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48
Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49
Chapter 49. Ayzel & Klien
50
Chapter 50. Ketahuan Athaya
51
Chapter 51. Merajuk sebentar
52
Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53
Chapter 53. Mulai merasakan luka
54
Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55
Chapter 55. Kamu menyakitiku
56
Chapter 56. Ayzel Sakit
57
Chapter 57. Kemarahan Naira
58
Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59
Chapter 59. Naira lagi
60
Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61
Chapter 61. Blue Sapphire
62
Chapter 62. Alvaro khawatir
63
Chapter 63. Blunt bob tint blue
64
Chapter 64. Tentang Naima
65
Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66
Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67
Chapter 67. Dia istri saya
68
Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69
Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70
Chapter 70. Mantra ketulusan
71
Chapter 71. Jangan bohongi aku
72
Chapter 72. Dia asistenku
73
Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74
Chapter 74. Kembalinya Naima
75
Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76
Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77
Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78
Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79
Chapter 79. Dia di Jerman
80
Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81
Chapter 81. Menemukanmu
82
Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83
Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84
Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85
Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86
Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87
Chapter 87. Aku cemburu
88
Chapter 88. Peluk
89
Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90
Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91
Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92
Chapter 92. Bucin episode baru
93
Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94
Chapter 94. Aku merindukanmu
95
Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96
Chapter 96. Uncle Pororo
97
Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98
Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99
Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100
Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101
Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102
Chapter 102. Duck Syndrom
103
Chapter 103. Anakmu lapar
104
Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105
Chapter 105. Naima salah kira
106
Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107
Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108
Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109
Chapter 109. My wife forever and ever
110
Chapter 110. Peninggalan Grace
111
Chapter 111. Gantungan Couple
112
Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113
Chapter 113. Temani aku kekantor
114
Chapter 114. Gyoza Mandu
115
Ikut meeting
116
Alvaro, so sweet
117
Di satukan Oleh Tuhan
118
Selamatkan bayi
119
Tindakan Operasi
120
Di sini indah, bukan?
121
Dia kembali
122
Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123
Bangun dari koma
124
Karena Zeze takdirku
125
Pulang ke rumah
126
Terima kasih cintaku
127
Kembali ke Istanbul
128
Rujak bebek jadi rujak es krim
129
Suami siaga
130
Baby boy
131
Altezza Hakala Jaziero (End)
132
Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133
Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134
Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!