Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul

Ayzel dan Humey sampai diapartemen, mereka sudah sangat lelah terutama Ayzel. Energinya terkuras habis hari ini, ingin segera merebahkan tubuh diatas kasur. Tapi Ayzel tidak bisa langsung istirahat, karena besok dia sudah harus memulai praktik klinisnya untuk mendapat lisensi.

“Gak capek kak?” tanya Humey yang melihat Ayzel membuka macbook dengan berkas yang ada di tangannya.

“Capek, tapi mau gimana lagi. Aku harus membaca beberapa CV klienku, besok sudah mulai harus praktik klinis” ucap Ayzel sambil menghela napas.

Beruntungnya dia akan satu tempat praktik dengan Naira, mereka melakukan praktik klinis di sebuah klinik swasta dan pusat konseling karena mereka akan mengembangkan praktik mandiri nantinya.

Mulai besok baik Ayzel maupun Naira akan memulai praktiknya di Istanbul Counseling Center (Istanbul Danismanlik Merkezi).

“Aku mandi duluan kak,” Humey masuk ke kamar mandi, sedang Ayzel masih membaca berkas kliennya.

Humey sudah selesai mandi, dia sedang rebahan pada karpet yang terletak di lantai, dia melihat beberapa kali ponsel kakaknya berbunyi. Ayzel masih di kamar mandi dan Humey tidak berani mengangkatnya.

“Kak ponsel bunyi terus tuh?” ujar Humey saat melihat Ayzel keluar dari kamar mandi.

“Asisten pak Alvaro,” ucap Ayzel yang melihat notifikasi ponselnya.

“Udah kayak drama CEO ngejar anak magang hahaha,” Humey menggoda kakaknya.

“Humey,” Ayzel melirik malas.

“Aku angkat lho nanti,” goda Humey.

“Boleh sayang, angkat saja. Biar penasaranmu hilang,” Ayzel dan Humey terkekeh.

Ayzel kembali fokus dengan berkas-berkasnya, Humey tampak asik dengan ponselnya. Sudah tentu dia sedang berkirim pesan dengan Malvin, berkali-kali Ayzel mengingatkan agar tidak terlalu memakai hati. Mereka baru saja berkenalan, Humey juga sedang proses khitbah meskipun dia belum menyetujuinya.

"Jangan terlalu terbawa perasaan, ingat papa dan mama menunggu jawabanmu” ucap Ayzel mengingatkan Humey.

“Euung ... kak,” dengan mata berkaca-kaca dia meminta bantuan Ayzel.

“Huft ... aku akan mendukungmu selama itu terbaik menurut Allah Humey,” Ayzel kembali membaca berkasnya, sementara Humey kembali sibuk dengan ponselnya.

“Siapa sih? Udah tahu gak diangkat masih saja telepon,” Humey penasaran dan melihat siapa yang melakukan panggilan telepon.

Ayzel selalu membuat ponselnya mode getar akhir-akhir ini, bisa jadi karena ponselnya selalu berdering tak kenal waktu. Humey tahu kakaknya pasti sangat kelelahan dengan aktivitasnya yang sangat padat.

Seperti saat ini dia tertidur masih dengan hijab lengkap dengan tangan memegang berkas dan macbook yang masih menyala. Padahal beberapa menit lalu dia masih sibuk zoom meeting dengan Naira, Ayzel sudah tertidur padahal baru sebentar Humey tinggal mengambil minum untuk dia sendiri dan kakaknya.

“Drrrttt ... drrrttt,” Humey melihat lagi ponsel kakaknya bergetar. Kali ini adalah panggilan VC grup dari nomor yang sama. Karena kesal akhirnya dia mengangkat VC yang tertuliskan pak Kim dan Alvaro.

“Ze ... akhirnya,” belum sempat Alvaro melanjutkan ucapannya. Dia terkejut saat melihat wajah yang melakukan voice call dengannya bukan Ayzel, pak Kim tidak ikut VC dia hanya melakukan panggilan grup untuk Alvaro. Sementara dia menjauhkan diri dari ponselnya.

“Kamu siapa? Kenapa kamu yang mengangkat ponselnya Ze?”

“Justru anda yang siapa? Melakukan panggilan di jam-jam malam,” Humey belum pernah melihat wajah Alvaro sebelumnya. Meskipun kakaknya bercerita tentang dia, Humey tidak tahu jika dia Alvaro karena yang melakukan panggilan VC adalah pak Kim.

“Saya Alvaro atasan Ayzel. Ada hal yang mendesak harus saya bicarakan dengannya sekarang,” Alvaro berharap dengan dia berkata seperti itu akan membuat Humey menyerahkan ponsel pada Ayzel.

“Ooo ... pak Alvaro, saya Humey sepupu kak Ze. Tapi dia sedang tidak bisa menerima panggilan dari anda,” ucap Humey santai.

Sepertinya Ayzel benar-benar kelelahan, lihat saja dia bahkan tidak terusik dengan suara vidio call Humey dengan Alvaro.

“Saya minta tolong Humey,” Alvaro memintanya untuk memberikan ponselnya pada Ayzel.

“Ih ... dibilangin kakak gak bisa nerima panggilan vidio call bapak, ngeyel” kesal Humey yang akhirnya membuat mode kamera belakang dan menunjukkan Ayzel yang tertidur meringkuk sambil memegang berkas.

“Menggemaskan,” Humey langsung mematikan panggilan Alvaro setelah mendengar pria itu berkata sesuatu.

“Ya ampun sorry kak, untung kamu pake jilbab. Besok aku minta maaf deh,” kesal Humey pada dirinya sendiri. Dia akhirnya juga ikut tidur di sebelah kakaknya setelah lebih dulu menyelimuti Ayzel.

Sementara Alvaro merasa kesal juga karena tiba-tiba Humey mematikan panggilan voice callnya. Alvaro sempat mengambil screen shot Ayzel yang tertidur tanpa Humey tahu, Alvaro senyum-senyum melihat foto Ayzel yang meringkuk tertidur.

“Bagaimana?” tanya pak Kim pada Alvaro yang mendapati vidio callnya sudah berhenti.

“Sepupunya yang mengangkat. Ze sudah tidur,” kesal Alvaro menjawab pertanyaan asisten utamanya itu.

“Sudah kubilang cepat kembali ke sini. Tahu rasa nanti kalau dia sudah gak mau jadi asistenmu lagi,” goda pak Kim pada Alvaro.

“Sebentar. Masih ada yang harus aku selesaikan,” ucap Alvaro dan mereka mengakhir panggilan telepon.

Keesokan harinya Humey bilang pada Ayzel, semalam Alvaro melakukan panggilan grup menggunakan nomor pak Kim. Humey minta maaf karena mengangkatnya, dia juga minta maaf pada kakaknya karena menunjukkan dirinya yang sedang terlelap tidur pada Alvaro.

“Sorry kak,” Humey mengatakan pada Ayzel dengan pupy eyes.

“Sudah terlajur juga kan? Lain kali jangan diulangi,” Ayzel tidak mungkin marah kalau itu adalah Humey.

“Hari ini ke kantor?” tanya Humey.

“Aku ambil cuti dua hari. Aku dan Naira hari ini harus ke pusat konseling Istanbul,” hari ini dan besok memang rencananya mereka akan full di pusat konseling.

“Ok ... kita ketemu di restoran biasanya saja,” sudah hampir sebulan tapi Humey tidak bosan tiap hari datang ke restoran dukkan galata.

“Ingat jaga diri Humey,” kali ini Ayzel tidak ingin membahas lebih jauh soale Humey yang harus segera pulang. Dia tidak ingin merusak suasana pagi sepupunya.

...***

...

Dua minggu sudah Ayzel bolak balik dari Jaziero tech ke pusat konseling, jarak dari kantor Alvaro menuju pusat konseling 4-6 kilometer. Jika tidak mendesak dia akan naik bus dengan waktu tempuh 15-30 menit, jika mendesak dia biasanya akan naik taksi untuk mempersingkat waktu 10-15 menit. Dia akan mulai sesi konsultasi dari jam satu siang sampai jam 6 sore, setelahnya dia akan menyempatkan untuk berdiskusi dengan pengawasnya yang berlisensi mengenai kasus yang dia tangani.

“Humey aku berangkat dulu. Sarapan sudah ada di meja,” Ayzel pamit pada Humey yang masih terlelap. Cuaca pagi hari di musim gugur memang nyaman untuk bermalas-malasan, tapi tidak berlaku untuk Ayzel.

“Eumm ...,” seperti biasa Humey hanya akan meregangkan badannya dan kembali tidur. Ayzel hanya menggelengkan kepalanya.

Hari ini jadwal Ayzel sangat padat, divisi dua akan ada meeting siang nanti jam satu. Jadi dia berangkat lebih pagi dari biasanya agar dapat menyelesaikan tanggung jawabnya. Setidaknya sebelum jam dua belas dia sudah harus selesai, untuk langsung pergi ke pusat konseling.

“Ayzel tolong lihat ulang konsep yang ini,” pinta salah satu tim divisi dua.

“Baik. Kak,” berusaha dengan teliti membaca dan melihat ulang rancangan yang akan di presentasikan dalam meeting nanti.

“Ay, tolong ini bagaimana?” Shahnaz masih sedikit bingung dengan konsep care clinic.

“Tolong kasih ini dulu ke dia, setelah itu kamu duduk situ. Aku jelasin,” Ayzel meminta Shahnaz menyerahkan konsep yang sudah dia cek ulang pada Ray.

Shahnaz sudah duduk di tempat yang Ayzel maksud, Ayzel mulai menjelaskan secara singkat agar lebih mudah untuk di pahami Shahnaz.

“Sudah mengerti?” tanya Ayzel pada rekannya tersebut.

“Hemm ... penjelasanmu lebih mudah di pahami. Eh Ay, sepertinya hari ini pak Alvaro ikut meeting” Shahnaz memberitahu Ayzel, megingat selama beberapa waktu ini atasan mereka itu selalu mencari Ayzel.

“Bagus dong. Konsep kalian sudah jauh lebih matang dari meeting bulan lalu, pak Alvaro pasti setuju” ucapan Shahnaz tak membuat Ayzel goyah dan tetap fokus.

“Lah ... tanggapanmu biasa saja? Kamu kan asistennya Ay?” Shahnaz berusaha mengulik tentang gosip anatara Alvaro dan Ayzel satu bulan lalu, sebelum atasan mereka kembali ke korea.

“Itu satu bulan lalu kan? Kalau sekarang tidak tahu masih asisten atau bukan. Lagi pula aku di minta kembali ke divisi kalian,” Ayzel bangkit dari duduknya meninggalkan Shahnaz.

“Mau kemana?” Shahnaz yang bingung di tinggal Ayzel.

“Ketemu bu Athaya. Lagian kamu sudahlebih paham tentang konsepnya, kan?” ayzel terus berjalan ke luar ruangan sampai dia menghilang dari pandangan Shahnaz.

Ayzel tahu Shahnaz ingin mencari tahu tentang gosip dirinya yang satu bulan lalu berangkat selalu satu mobil dengan Alvaro. Juga tentang dia yang tiba-tiba mendapatkan fasilitas mobil, padahal Ayzel hanya karyawan magang. Untungnya dia sudah tidak menggunakan mobil tersebut, sampai saat ini mungkin mobil Alvaro masih di parkiran gedung perusahaan.

“Tok ... tok,” Ayzel mengetk pintu ruangan Athaya.

“Masuk,” Athaya mempersilahkan masuk.

“Pagi bu Athaya,” Ayzel disambut dengan senyum manis Athaya.

“Pagi-pagi sudah kemari? Bukan karena pak Alvaro yang akan datang hari ini, kan?” ujar Athaya, padahal Ayzel saja tidak tahu kalau hari ini Alvaro kembali ke Istanbul.

“Tentu saja bukan. Saya bahkan tidak tahu kalau pak Alvaro datang hari ini,” tentu saja Ayzel tidak tahu. Sampai sekarang dia masih meblokir nomor Alvaro, tak ada alasan juga kenapa dia harus tahu.

“Baiklah ada apa?”Athaya mulai serius saat melihat sebuah map yang di bawa Ayzel.

“Sebelumnya mohon maaf dan terimakasih bu Athaya. Sepertinya bulan ini adalah terakhir saya magang di sini,” Ayzel menyerahkan map pada Athaya yang berisi pengunduran diri sebagai karyawan magang.

“Hah. Kenapa Ay? Ada yang membuatmu tidak nyaman atau bagaimana?” Athaya tentu terkejut dengan keputusan Ayzel, terlebih dia sangat menyukai Ayzel.

“Semua yang saya dapat di sini lebih dari menyenangkan bu. Saya akan fokus pada praktik klinis untuk segera mendapat lisensi,” jelas Ayzel pada Athaya.

“Kapan kamu akan pergi Ay?”

“Paling lambat satu bulan dari sekarang. Paling cepat dua minggu lagi,” Ayzel juga sebenarnya berat. Tapi bisa jadi itu yang terbaik untuknya, atau mungkin juga untuk atasannya.

“Saya akan bicarakan dengan manajemen dulu. Terutama dengan pak Alvaro dan pak Kim," Athaya berat melepaskan salah satu karyawan ke sayangannya itu.

“Terimakasih bu Athaya cantik. Saya permisi kembali ke ruangan,” Ayzel merasa lebih lega setelah menyerahan map tersebut.

“Hari ini kamu ikut meeting?” tanya Athaya sebelum Ayzel keluar dari ruangannya.

“Sepertinya tidak. Saya harus ke pusat konseling, ada janji dengan klien” jawab Ayzel.

“Baiklah,” Athaya mempersilahkan Ayzel pergi.

Ayzel terlalu fokus pada pekerjaannya, dia bahkan lupa melihat jam. Sampai salah satu rekannya mengingatkan.

“Ayzel, sudah jam sebelas. Kamu bukannya harus pergi,” Ray mengingatkan Ayzel.

“Hah? Jam sebelas,” dia langsung melihat jam. Dengan buru-buru dia merapikan merapikan meja kerjanya.

Ayzel segera memasukkan barang-barangnya, dia langsung memesan taksi dari aplikasi ponselnya. Dia pergi meninggalkan ruang kerja setelah berpamitan dengan rekan-rekannya yang mulai sibuk menyiapkan bahan meeting nanti.

“Bisa-bisanya aku lupa waktu,” Ayzel menekan tombol lift turun sambil bergumam. Dia masuk lift dan turun menuju loby perusahaan.

Taksinya juga sudah menunggu, begitu pintu lift terbuka dia bergegas keluar dari lift sambil menelpon Naira.

“Hallo Nai. Bisa minta tolong temui klienku dulu? Aku masih dalam perjalanan,” Ayzel sedikit berlari. Bahkan karena tergesa-gesa dia tidak memperhatikan sekeliling.

“Bruukk ... prannkk,” Ayzel yang sibuk menelpon tiba-tiba menabrak seseorang sampai jatuh dan dia sendiri terhuyung sampai menabrak papan yang ada di loby.

“Sshhh ah ... maaf pak,” Ayzel minta maaf karena sudah membuat pria tersebut jatuh.

Ayzel tahu pria yang di tabraknya adalah Alvaro, dia benar-benar tidak sengaja karena terlalu fokus menelpon Naira. Alvaro kemudian berdiri menghampiri Ayzel yang terlihat mencari ipadnya.

“Ah sudahlah,” ucap Ayzel yang mendapati screen layar ipadnya sudah retak. Alvaro sudah berdiri tepat di hadapannya saat Ayzel berbalik dari tempat dia mengambil ipadnya.

“Bapak tidak apa-apa, kan? Sekali lagi saya mohon maaf pak,” Ayzel membungkukkan badannya pada Alvaro kemudian dia meuju taksi yang sudah menunggunya. Namun Alvaro mencekal tangannya.

“Ze ... bisa kita bicara?” Alvaro memegang tangan Ayzel dan melihat pergelangan tangannya mengeluarkan darah, mungkin terluka saat dia terhuyung menabra papan.

“Maaf pak, saya buru-buru.” Ayzel melepaskan tangan Alvaro yang mencekal tangannya, dia berlari menuju taksi tanpa memperdulikan Alvaro yang masih berdiri di sana.

Alvaro tertegun melihat sikap Ayzel padanya setelah kurang lebih satu bulan tidak bertemu, entah sikap apa yang Alvaro rasakan. Lebih jelasnya Ayzel tidak seramah dulu ketika berjumpa dengan Alvaro.

“Ternyata diabaikan secara langsung lebih sakit dari pada di blokir,” batin Alvaro.

“Ayzel urusan nanti. Sekarang kamu harus fokus dulu meeting,” pak Kim menepuk pundak Alvaro.

Ayzel tidak bermaksud mengabaikan Alvaro, tapi memang dia sangat buru-buru. Ada klien yang sangat butuh dia saat ini, Ayzel tidak berhak marah atas apapun terkait Alvaro. Dia hanya sedikit kecewa karena merasa di permainkan saja saat itu, tentang pekerjaanya. Maupun tentang permintaan Alvaro padanya untuk menikah, namun di tinggal pergi setelahnya.

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3 Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4 Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5 Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6 Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7 Chapter 7. Makan Malam
8 Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9 Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10 Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11 Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12 Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13 Chapter 13. Makan siang berempat
14 Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15 Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16 Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17 Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18 Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19 Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20 Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21 Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22 Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23 Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24 Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25 Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26 Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27 Chapter 27. Indonesia
28 Chapter 28. Cemburu
29 Chapter 29. Rooftop cafe
30 Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31 Chapter 31. Deep talk rooftop
32 Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33 Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34 Chapter 34. Makan malam bersama
35 Chapter 35. My future (Zeze)
36 Chapter 36. Quality Time
37 Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38 Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39 Chapter 39. Menepati Janji
40 Chapter 40. Pelukan pertama
41 Chapter 41. Hubby
42 Chapter 42. Pesan tanpa nama
43 Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44 Chapter 44. Pillow talk
45 Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46 Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47 Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48 Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49 Chapter 49. Ayzel & Klien
50 Chapter 50. Ketahuan Athaya
51 Chapter 51. Merajuk sebentar
52 Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53 Chapter 53. Mulai merasakan luka
54 Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55 Chapter 55. Kamu menyakitiku
56 Chapter 56. Ayzel Sakit
57 Chapter 57. Kemarahan Naira
58 Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59 Chapter 59. Naira lagi
60 Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61 Chapter 61. Blue Sapphire
62 Chapter 62. Alvaro khawatir
63 Chapter 63. Blunt bob tint blue
64 Chapter 64. Tentang Naima
65 Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66 Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67 Chapter 67. Dia istri saya
68 Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69 Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70 Chapter 70. Mantra ketulusan
71 Chapter 71. Jangan bohongi aku
72 Chapter 72. Dia asistenku
73 Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74 Chapter 74. Kembalinya Naima
75 Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76 Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77 Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78 Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79 Chapter 79. Dia di Jerman
80 Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81 Chapter 81. Menemukanmu
82 Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83 Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84 Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85 Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86 Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87 Chapter 87. Aku cemburu
88 Chapter 88. Peluk
89 Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90 Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91 Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92 Chapter 92. Bucin episode baru
93 Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94 Chapter 94. Aku merindukanmu
95 Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96 Chapter 96. Uncle Pororo
97 Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98 Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99 Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100 Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101 Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102 Chapter 102. Duck Syndrom
103 Chapter 103. Anakmu lapar
104 Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105 Chapter 105. Naima salah kira
106 Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107 Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108 Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109 Chapter 109. My wife forever and ever
110 Chapter 110. Peninggalan Grace
111 Chapter 111. Gantungan Couple
112 Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113 Chapter 113. Temani aku kekantor
114 Chapter 114. Gyoza Mandu
115 Ikut meeting
116 Alvaro, so sweet
117 Di satukan Oleh Tuhan
118 Selamatkan bayi
119 Tindakan Operasi
120 Di sini indah, bukan?
121 Dia kembali
122 Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123 Bangun dari koma
124 Karena Zeze takdirku
125 Pulang ke rumah
126 Terima kasih cintaku
127 Kembali ke Istanbul
128 Rujak bebek jadi rujak es krim
129 Suami siaga
130 Baby boy
131 Altezza Hakala Jaziero (End)
132 Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133 Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134 Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3
Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4
Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5
Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6
Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7
Chapter 7. Makan Malam
8
Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9
Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10
Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11
Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12
Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13
Chapter 13. Makan siang berempat
14
Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15
Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16
Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17
Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18
Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19
Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20
Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21
Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22
Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23
Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24
Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25
Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26
Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27
Chapter 27. Indonesia
28
Chapter 28. Cemburu
29
Chapter 29. Rooftop cafe
30
Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31
Chapter 31. Deep talk rooftop
32
Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33
Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34
Chapter 34. Makan malam bersama
35
Chapter 35. My future (Zeze)
36
Chapter 36. Quality Time
37
Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38
Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39
Chapter 39. Menepati Janji
40
Chapter 40. Pelukan pertama
41
Chapter 41. Hubby
42
Chapter 42. Pesan tanpa nama
43
Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44
Chapter 44. Pillow talk
45
Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46
Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47
Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48
Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49
Chapter 49. Ayzel & Klien
50
Chapter 50. Ketahuan Athaya
51
Chapter 51. Merajuk sebentar
52
Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53
Chapter 53. Mulai merasakan luka
54
Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55
Chapter 55. Kamu menyakitiku
56
Chapter 56. Ayzel Sakit
57
Chapter 57. Kemarahan Naira
58
Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59
Chapter 59. Naira lagi
60
Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61
Chapter 61. Blue Sapphire
62
Chapter 62. Alvaro khawatir
63
Chapter 63. Blunt bob tint blue
64
Chapter 64. Tentang Naima
65
Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66
Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67
Chapter 67. Dia istri saya
68
Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69
Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70
Chapter 70. Mantra ketulusan
71
Chapter 71. Jangan bohongi aku
72
Chapter 72. Dia asistenku
73
Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74
Chapter 74. Kembalinya Naima
75
Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76
Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77
Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78
Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79
Chapter 79. Dia di Jerman
80
Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81
Chapter 81. Menemukanmu
82
Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83
Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84
Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85
Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86
Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87
Chapter 87. Aku cemburu
88
Chapter 88. Peluk
89
Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90
Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91
Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92
Chapter 92. Bucin episode baru
93
Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94
Chapter 94. Aku merindukanmu
95
Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96
Chapter 96. Uncle Pororo
97
Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98
Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99
Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100
Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101
Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102
Chapter 102. Duck Syndrom
103
Chapter 103. Anakmu lapar
104
Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105
Chapter 105. Naima salah kira
106
Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107
Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108
Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109
Chapter 109. My wife forever and ever
110
Chapter 110. Peninggalan Grace
111
Chapter 111. Gantungan Couple
112
Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113
Chapter 113. Temani aku kekantor
114
Chapter 114. Gyoza Mandu
115
Ikut meeting
116
Alvaro, so sweet
117
Di satukan Oleh Tuhan
118
Selamatkan bayi
119
Tindakan Operasi
120
Di sini indah, bukan?
121
Dia kembali
122
Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123
Bangun dari koma
124
Karena Zeze takdirku
125
Pulang ke rumah
126
Terima kasih cintaku
127
Kembali ke Istanbul
128
Rujak bebek jadi rujak es krim
129
Suami siaga
130
Baby boy
131
Altezza Hakala Jaziero (End)
132
Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133
Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134
Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!