Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro

“Kamu berulah apalagi Al?” tanya pak Kim melalui penggilan telepon dengan Alvaro.

“Aku tidak melakukan apa-apa. Dua divisi itu butuh bantuannya,” Alvaro menjelaskan pada pak Kim kenapa dia meminta Ayzel untuk membantu divisi satu (tim riset) dan divisi dua (tim konsep).

“Kamu menghubunginya langsung?”

“Aku minta Athaya untuk mengatakannya,” Alvaro masih belum paham kesalahan apa yang dia buat.

“Pantas saja,” Alvaro itu cerdas. Tapi kalau masalah perempuan, kecerdasannya tidak berguna.

“Hah?” Alvaro semakin bingung.

“Ayzel mungkin tersinggung. Bukannya mengatakan sendiri padanya, tapi malah meminta Athaya yang bilang. Alvaro ... Alvaro, kamu bahkan pergi tanpa pamit. Alih-alih memberikan penjelasan, malah memberikan setumpuk tugas.” Pak Kim tertawa mengejek atasannya yang sudah seperti adiknya sendiri.

Alvaro mencoba menghubungi Ayzel berkali-kali, tapi tidak diangkat. Pesan yang di kirimnya juga tidak di respon Ayzel, akhirnya dia menyerah dan meminta tolong pak Kim.

“Athaya bisa minta tolong sambungkan saya dengan Ayzel,” Alvaro sudah kehabisan akal karena usahanya minta tolong pak Kim juga tidak mempan.

“Baik pak,” Athaya menuju ruang divisi dua untuk menyambungkan Alvaro dengan Ayzel.

Namun saat sampai di sana Ayzel sudah tidak ada di tempat, dia sudah menyelesaikan beberapa MOU nya. Rancangan konsep aplikasi terbaru juga sudah di cetaknya, beberapa bahkan sudah dievaluasi.

“Shahnaz. Dimana Ayzel?” Athaya bertanya pada Shahnaz yang baru kembali dari pantry.

“Sepertinya sudah ke kampus, pekerjaannya sudah selesai” ucap Shahnaz.

Athaya memberitahu Alvaro bahwa Ayzel sudah tidak ada di kantor, hari ini memang dia sudah bilang akan ke kampus.

Sebenarnya Ayzel masih di kantor, hanya saja mereka tidak tahu karena Ayzel sedang di ruangan Alvaro. Dia mengambil beberapa barang yang masih tertinggal di laci mejanya, karena Ayzel pikir dia tidak akan lagi berada di ruangan itu.

Ayzel berjalan menuju meja Alvaro, dia menaruh kotak kecil di mejanya. Bukan berisi hadiah atau apa, melainkan berisi kunci mobil beserta dengan kelengkapannya.

“Terimakasih untuk pinjaman mobilnya. Tapi aku tidak memerlukan itu,” Ayzel bergumam pada dirinya sendiri. Dia keluar dengan membawa semua barang-barang miliknya untuk di bawa pulang.

“Kak pulang jam berapa?” Humey mengirimi Ayzel pesan singkat.

“Sekitaran jam tiga. Kenapa?” balas Ayzel.

“Susul ke cafe biasa ya? Temani menjelajah Bosphorus,” pinta Humey pada kakaknya.

“Boleh, aku ke sana setelah selesai keperluanku dulu,” Ayzel sudah di kampus sedang mengurus kelengkapan ujian tesisnya lusa.

Dia di bantu Naira untuk mempersiapkan semuanya, rekan sekampusnya itu sudah lebih dulu selesai ujian tesis kemarin. Jadi dia memberikan beberapa tips untuk Ayzel, beruntung Ayzel memiliki rekan yang juga warga negara Indonesia.

“Sudah semua lengkap, tenang saja. Kamu pasti bisa,” Naira menyemangati Ayzel.

“Tetap saja deg-degan Nai,” meskipun masih lusa tapi Ayzel sudah mulai grogi.

“Gimana sama atasanmu? Kayaknya udah lama kamu gak cerita tentang tingkah randomnya,” Naira mencoba mengalihkan perhatian Ayzel agar lebih santai.

“Dia sudah kembali ke korea, tidak tahu nanti balik lagi atau tidak. Nai menurutmu aku harus melepas kerja magangku atau tidak?” Ayzel meminta pendapat Naira yang juga kerja magang seperti dia.

“Tergantung sesibuk apa kamu Ay. Praktik profesi kita sebenarnya lebih penting kan?” Naira mencoba mencari celah diantara dilema mereka.

“Kamu benar, kita harus mendapatkan lisensi lebih dulu. Bagaimana denganmu?”  tanya Ayzel.

“Aku harus merelakan salah satu,” ujar Naira.

“Sepertinya kita memang tidak boleh serakah,” Naira mengangguk tanda setuju atas ucapan Ayzel. Kemudian mereka berdua tertawa memikirkan hal itu.

Akhir-akhir ini Ayzel memikirkan tentang kelanjutan magang kerjanya di perusahaan Alvaro, bekerja di sana sangat menyenangkan baginya. Selain itu Jaziero Tech Startup merupakan salah satu perusahaan yang juga memberikan upah untuk karyawan magang, megingat tidak semua karyawan magang di Turki akan mendapat upah. Tapi Ayzel tidak bisa egois, dia tidak mungkin bekerja di dua tempat dalam satu waktu.

“Nai, mau ikut jalan-jalan ke Bosphorus?” Ayzel mengajak Naira, mungkin saja dia juga mau ikut.

“No ... aku mau rebahan saja. Jangan terlalu lelah Ay, lusa kamu ujian. Sebelum ujian kamu juga masih ke kantor kan?” Naira mengingatkan Ayzel, dia butuh kondisi yang prima untuk ujian tesis.

“Euumm ... terimakasih sudah mengingatkan,” mereka berdua saling berpelukan sebelum berpisah untuk urusan masing-masing.

Ayzel bergegas menuju restoran dukkan galata menggunakan taksi, Humey sudah menunggunya di sana. Dia sudah janji akan menemani sepupunya itu menjelajah sekitar selat Bosphorus, Ayzel tidak mungkin membiarkan sepupunya jalan hanya berdua dengan pria Indonesia yang baru di kenalnya selama di Istanbul.

“Humey,” Ayzel menyapa sepupunya yang terlihat duduk dengan seseorang yang Ayzel yakin dia adalah pria yang selama dua minggu ini di bicarakan Humey.

“Hai. Kak,” Humey melambaikan tangan pada Ayzel. Mereka pergi menuju Bridge Galata untuk naik Bosphorus Cruise setelah sebelumnya Ayzel melaksanakn sholat ashar dulu.

Butuh waktu sekitar 15 menit berjalan dari restoran dukkan galata menuju bridge galata. Ayzel menyarankan rute singkat mengelilingi Bosphorus bagian utara menggunakan Bosphorus Cruise, dengan lama perjalanan 1.5-2 jam.

“Kak, perkenalkan Malvin” Humey memperkenalkan pria yang akhir-akhir ini selalu menemaninya di Istanbul.

“Ayzel. Sepupu Humey,”  Ayzel tersenyum dengan sedikit membungkukkan badannya sebagai pertanda perkenalan.

“Malvin,” pria tersebut juga tersenyum melakukan hal yang sama dengan Ayzel.

Bosphorus Cruise berangkat dari Bridge Galata pada jam empat sore, mereka akan turun di Beksitas setelah mengelilingi selat Bosphorus bagian utara.

“Kakakmu sedang patah hati?” Malvin yang melihat Ayzel beberapa kali menghela napas dan melamun.

“Haa? Bagaimana patah hati kalau jatuh cinta saja tidak berani,” jawab Humey.

Humey menceritakan pada Malvin tentang Ze, kakak sepupunya yang pernah menunggu dan mencintai seseorang selama 13 tahun. Namun pria itu akhirnya menikah dengan wanita lain, dia juga pernah beberapa kali ta’aruf dan berakhir tidak berjodoh. Ayzel mengabadikan kisah 13 tahunnya dalam sebuah buku antologi.

“Salah satu alasannya ada di sini karena hal tersebut?” Malvin melihat kearah Humey.

“Eumm ... salah satunya, selebihnya karena dia ingin mengupgrade dirinya. Sejak hari itu sepertinya kak Ze mengunci hatinya,” Humey berkaca-kaca jika bercerita tentang kakaknya.

“Sorry,” Malvin melihat Humey menahan air matanya agar tidak jatuh.

“Tidak apa-apa. Semoga Tuhan mempertemukan kak Ze dengan teman hidup yang memperlakukannya seperti ratu,” Malvin dan Humey mengucapkan aamiin.

Sementara orang yang di bicarakan sedang berdiri melihat perairan selat Bosphorus, terlihat beberapa kali menghela napas. Sesekali melamun dengan pandangan yang menerawang jauh.

“Bazi yaralar görünmez, ama en çok onlar acitir. Çünkü o, kalbinde iz birakti” beberapa luka tak terlihat, tapi merekalah yang paling menyakitkan. Karena dia telah meninggalkan jejak di hatimu. Ayzel berteriak dengan lantang sebagai stress released.

Humey dan Malvin saling berpandangan melihat Ayzel, mereka tak terlalu paham perkataan apa yang di teriakkanya. Mereka berdua tidak terlalu lancar juga tentang bahasa Turki.

“Hallo Ayzel, dimana?” Ayzel baru saja ikut duduk menikmati udara bersama Humey dan Malvin saat panggilan telepon dari Shahnaz masuk.

“Ada apa?” Ayzel mendengar suara Shahnaz yang sedikit melengking.

“Sumpah Ay, pak Alvaro nyariin kamu. Hampir semua di telepon,” Ayzel sebenarnya sedang tidak mau membahas tentang Alvaro. Ayzel memang sedikit kecewa pada atasannya tersebut.

"Semua pekerjaan yang berhubungan dengannya sudah aku selesaikan,” Ayzel masih dengan tone suara yang lembut meskipun dia sedang marah.

“Mana mau tahu dia Ay,” jawab Shahnaz.

“Aku selesaikan nanti dengan beliau, kamu tenang tidak usah panik” Ayzel dan Shahnaz mengakhiri panggilan telepon.

Humey dan Malvin menkmati pemandangan senja di selat Bosphorus, sementara Ayzel hanya termenung. Dia sudah sangat sibuk akhir-akhir ini, ditambah Alvaro yang membuat suasana hatinya semakin buruk.

“Ngambeknya benar-benar keterlaluan,” batin Ayzel saat melihat ponselnya penuh dengan notifikasi panggilan tak terjawab dari Alvaro.

Room chatnya juga penuh notif dari Alvaro, ponselnya tak henti-hentinya berbunyi. Entah itu notifikasi pesan masuk, ataupun notifikasi panggilan tak terjawab. Ayzel langsung memblokir Alvaro dari kontaknya, dia benar-benar punya nyali melakukan itu.

“Kenapa di matikan?” Humey menyadari kakaknya mematikan daya posel miliknya.

“Sudah hampir turun,” Ayzel mengalihkan jawaban dan menunjuk mereka sudah sampai di Beksitas.

Malvin pamit untuk pergi lebih dulu karena dia ada urusan, sebenarnya dia ke Turki untuk urusan pekerjaan. Ayzel dan Humey memutuskan untuk langsun pulang, Humey menyadari suasana hati kakaknya sedang buruk.

“Mau cerita?” Humey memberanikan diri bertanya pada Ayzel yang sedang melihat jalanan dari balik kaca taksi.

“Nanti saja kalau di rumah. Energiku serasa habis,” Ayzel memijat pelipisnya.

Mereka sudah sampai di rumah, Humey leih dulu mandi baru setelah itu Ayzel. Ayzel akhirnya menceritakan semua pada adik sepupunya, tentang dia yang tiba-tiba jadi asisten Alvaro. Dia menceritakan dengan detail semua tentang Alvaro, sampai dengan kejadian hari ini.

“Dia pergi karena tersinggung atau urusan lain? Kak Ze sudah memastikan?” Humey mencoba melihat dari sisi yang lain.

“Kakak tidak tahu Humey. Dia pergi karena tersinggung atau memang ada urusan mendesak,” Ayzel tidak ingin memperburuk suasana hatinya. Dia harus mengakaji ulang materi tesisnya sebelum presentasi dan ujian lusa.

Mereka berdua akhirnya terlelap tidur setelah melakukan deep talk sebentar, lelah dan berat itu yang Ayzel rasakan akhir-akhir ini. Dia tidak ingin mengacaukan semua hasil kerja kerasnya, jadi dia berusaha untuk melakukan yang terbaik.

Hari ujian tesis tiba, pagi ini Ayzel sudah siap dengan semua yang harus dia bawa. Dia harus kekantor sebentar untuk absen, dia sudah bilang pada Athaya tentang jari ujiannya. Hanya Athaya yang tahu, Ayzel tidak memberitahu yang lain agar konsentrasinya tidak terpecah.

“Kamu langsung ke kampus saja, ya? Di sana sudah ada Naira,” Pinta Ayzel pada Humey. Hari ini Ayzel tetap ke kantor dulu, baru akan ke kampus sekitar jam 10.

“Oke ... biar aku bawa semua ke kampus,” untungnya Humey ada di Istanbul saat Ayzel ujian tesis, jadi cukup terbantu.

Ayzel berangkat lebih pagi dari biasanya, dia masih punya pekerjaan yang harus di selesaikan lebih dulu. Deadline hari ini adalah satu MOU dan evaluasi konsep, untunglah selama dua hari kemarin dia sudah mengevaluasi beberapa konsep.

“Shahnaz bawa rancangannya ke mejaku,” Ayzel terlihat sangat sibuk. Bahkan Athaya tak bisa menganggunya, sekalipun pak Kim sudah memintanya untuk bicara tentang Alvaro.

“Oke ... beberapa sudah aku taruh di meja,” Shahnaz pun ikut larut dalam kesibukan itu.

Ayzel mengevaluasi rancangan yang sudah setengah jadi, melihat apakah ada yang harus diperbaiki atau bisa lanjut untuk masuk tahap selanjutnya. Athaya sudah mondar mandir di depan ruangan divisi 1, Ayzel benar-benar fokus dan tidak bisa di sela oleh siapapun.

“Pak Kim. Sebaiknya anda sendiri yang bicara dengan Ayzel,” Athaya mengirimkan pesan pada asisten Alvaro. Athaya paham kenapa Ayzel sangat sibuk, namun tidak dengan karyawan lain.

“Baiklah saya ke sana,” pak Kim menuju ruangan divisi 1. Dia bahkan penasaran kenapa tidak ada satu orangpun yang bisa mengalihkan fokus Ayzel untuk menerima panggilan Alvaro.

Pak Kim sudah berada dalam ruangan divis 1, memang di sana terlihat sangat sibuk. Tak ada satupun orang di sana berdiam diri. Terlihat Ayzel yang sangat fokus dengan semua rancangan, mejanya terlihat sangat penuh. Pak Kim mendekat ke meja Ayzel, dia duduk di kursi yang ada di depan mejanya.

“Ayzel, bisa kita bicara sebentar?” Ayzel sama sekali tidak bergeming dari fokusnya, namun dia mendengar apa yang asisten utama Alvaro itu ucapkan.

“Urungkan niat pak Kim jika apa yang akan anda bicarakan di luar konteks yang berkaitan dengan rancangan divisi 1. Saya tidak ada waktu sampai lusa,” Ayzel berkata dengan lembut namun cukup penuh penekanan.

“Baiklah kita bicara lusa saja,” pak Kim sekarang paham dengan yang di maksud Athaya tentang Ayzel yang menjadi kesayangannya.

Saat fokus Ayzel akan mengesampingkan semua hal yang tidak berkaitan dengan apa yang saat itu dia kerjakan. Bahkan menyebut nama atasannya sebagai dalihpun tidak akan membuatnya bergeming.

“Bicara sendiri saja. Aku tidak bisa membantu,” ucap pak Kim pada Avaro yang sedang menelpon dirinya.

“Dia memblokirku,” ucapan Alvaro mampu membuat pak Kim tertawa keras.

“Seorang Alvaro CEO muda yang sangat sukses di blokir seorang karyawan magang? Sebaiknya kamu cepat kembali ke sini,” titah pak Kim pada Avaro.

“Minggu depan aku kembali ke Istanbul,” pak Kim masih terkekeh mengingat Ayzel yang memblokir nomor Alvaro.

Sementara itu Ayzel sudah ada di kampus, mempersiapkan semua usaha terbaiknya hari ini di hadapan para penguji. Humey dan Naira menunggu di luar ruang sidang dengan harap-harap cemas, terlebih Naira. Karena dia tahu judul tesis Ayzel termasuk rumit.

“Ceklek” pintu ruang sidang terbuka dari dalam, Ayzel keluar dengan menghela napas panjang. Humey dan Naira bersamaan bertanya padanya bagaimana hasil akhirnya.

“Lulus,” Ayzel tersenyum dan mereka bertiga berpelukan.

Mereka bertiga mampir makan malam dulu sebelum pulang. Setelah ini Ayzel mungkin akan lebih sibuk dari biasanya, karena akan mulai praktik klinis sebagai psikolog.

 

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

keren ihh ceritanya, tapi ko sepi yaaa🤔🤔

2025-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3 Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4 Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5 Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6 Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7 Chapter 7. Makan Malam
8 Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9 Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10 Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11 Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12 Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13 Chapter 13. Makan siang berempat
14 Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15 Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16 Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17 Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18 Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19 Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20 Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21 Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22 Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23 Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24 Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25 Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26 Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27 Chapter 27. Indonesia
28 Chapter 28. Cemburu
29 Chapter 29. Rooftop cafe
30 Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31 Chapter 31. Deep talk rooftop
32 Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33 Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34 Chapter 34. Makan malam bersama
35 Chapter 35. My future (Zeze)
36 Chapter 36. Quality Time
37 Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38 Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39 Chapter 39. Menepati Janji
40 Chapter 40. Pelukan pertama
41 Chapter 41. Hubby
42 Chapter 42. Pesan tanpa nama
43 Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44 Chapter 44. Pillow talk
45 Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46 Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47 Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48 Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49 Chapter 49. Ayzel & Klien
50 Chapter 50. Ketahuan Athaya
51 Chapter 51. Merajuk sebentar
52 Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53 Chapter 53. Mulai merasakan luka
54 Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55 Chapter 55. Kamu menyakitiku
56 Chapter 56. Ayzel Sakit
57 Chapter 57. Kemarahan Naira
58 Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59 Chapter 59. Naira lagi
60 Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61 Chapter 61. Blue Sapphire
62 Chapter 62. Alvaro khawatir
63 Chapter 63. Blunt bob tint blue
64 Chapter 64. Tentang Naima
65 Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66 Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67 Chapter 67. Dia istri saya
68 Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69 Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70 Chapter 70. Mantra ketulusan
71 Chapter 71. Jangan bohongi aku
72 Chapter 72. Dia asistenku
73 Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74 Chapter 74. Kembalinya Naima
75 Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76 Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77 Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78 Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79 Chapter 79. Dia di Jerman
80 Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81 Chapter 81. Menemukanmu
82 Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83 Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84 Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85 Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86 Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87 Chapter 87. Aku cemburu
88 Chapter 88. Peluk
89 Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90 Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91 Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92 Chapter 92. Bucin episode baru
93 Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94 Chapter 94. Aku merindukanmu
95 Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96 Chapter 96. Uncle Pororo
97 Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98 Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99 Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100 Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101 Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102 Chapter 102. Duck Syndrom
103 Chapter 103. Anakmu lapar
104 Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105 Chapter 105. Naima salah kira
106 Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107 Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108 Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109 Chapter 109. My wife forever and ever
110 Chapter 110. Peninggalan Grace
111 Chapter 111. Gantungan Couple
112 Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113 Chapter 113. Temani aku kekantor
114 Chapter 114. Gyoza Mandu
115 Ikut meeting
116 Alvaro, so sweet
117 Di satukan Oleh Tuhan
118 Selamatkan bayi
119 Tindakan Operasi
120 Di sini indah, bukan?
121 Dia kembali
122 Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123 Bangun dari koma
124 Karena Zeze takdirku
125 Pulang ke rumah
126 Terima kasih cintaku
127 Kembali ke Istanbul
128 Rujak bebek jadi rujak es krim
129 Suami siaga
130 Baby boy
131 Altezza Hakala Jaziero (End)
132 Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133 Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134 Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3
Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4
Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5
Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6
Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7
Chapter 7. Makan Malam
8
Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9
Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10
Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11
Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12
Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13
Chapter 13. Makan siang berempat
14
Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15
Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16
Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17
Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18
Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19
Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20
Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21
Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22
Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23
Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24
Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25
Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26
Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27
Chapter 27. Indonesia
28
Chapter 28. Cemburu
29
Chapter 29. Rooftop cafe
30
Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31
Chapter 31. Deep talk rooftop
32
Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33
Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34
Chapter 34. Makan malam bersama
35
Chapter 35. My future (Zeze)
36
Chapter 36. Quality Time
37
Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38
Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39
Chapter 39. Menepati Janji
40
Chapter 40. Pelukan pertama
41
Chapter 41. Hubby
42
Chapter 42. Pesan tanpa nama
43
Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44
Chapter 44. Pillow talk
45
Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46
Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47
Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48
Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49
Chapter 49. Ayzel & Klien
50
Chapter 50. Ketahuan Athaya
51
Chapter 51. Merajuk sebentar
52
Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53
Chapter 53. Mulai merasakan luka
54
Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55
Chapter 55. Kamu menyakitiku
56
Chapter 56. Ayzel Sakit
57
Chapter 57. Kemarahan Naira
58
Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59
Chapter 59. Naira lagi
60
Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61
Chapter 61. Blue Sapphire
62
Chapter 62. Alvaro khawatir
63
Chapter 63. Blunt bob tint blue
64
Chapter 64. Tentang Naima
65
Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66
Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67
Chapter 67. Dia istri saya
68
Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69
Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70
Chapter 70. Mantra ketulusan
71
Chapter 71. Jangan bohongi aku
72
Chapter 72. Dia asistenku
73
Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74
Chapter 74. Kembalinya Naima
75
Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76
Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77
Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78
Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79
Chapter 79. Dia di Jerman
80
Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81
Chapter 81. Menemukanmu
82
Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83
Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84
Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85
Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86
Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87
Chapter 87. Aku cemburu
88
Chapter 88. Peluk
89
Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90
Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91
Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92
Chapter 92. Bucin episode baru
93
Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94
Chapter 94. Aku merindukanmu
95
Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96
Chapter 96. Uncle Pororo
97
Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98
Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99
Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100
Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101
Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102
Chapter 102. Duck Syndrom
103
Chapter 103. Anakmu lapar
104
Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105
Chapter 105. Naima salah kira
106
Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107
Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108
Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109
Chapter 109. My wife forever and ever
110
Chapter 110. Peninggalan Grace
111
Chapter 111. Gantungan Couple
112
Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113
Chapter 113. Temani aku kekantor
114
Chapter 114. Gyoza Mandu
115
Ikut meeting
116
Alvaro, so sweet
117
Di satukan Oleh Tuhan
118
Selamatkan bayi
119
Tindakan Operasi
120
Di sini indah, bukan?
121
Dia kembali
122
Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123
Bangun dari koma
124
Karena Zeze takdirku
125
Pulang ke rumah
126
Terima kasih cintaku
127
Kembali ke Istanbul
128
Rujak bebek jadi rujak es krim
129
Suami siaga
130
Baby boy
131
Altezza Hakala Jaziero (End)
132
Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133
Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134
Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!