Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea

Ayzel tidak bisa tidur sampai pagi menjelang setelah kejadian malam tadi. Padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul tiga pagi, tapi matanya seolah tak mau terpejam. Entah bagaimana besok saat dia berhadapan dengan Alvaro, ucapan Alvaro masih terngiang di telinganya. Jelas ada rasa takut dalam hati Ayzel, dia takut akan kembali terjebak dalam perasaan berharap yang ternyata hanya semu.

“Ayzel. Besok tidak usah membuatkan pak Alvaro sarapan,” pesan masuk dari pak Kim membuat Ayzel menghela napas.

“Baik pak,” Ayzel megurungkan niatnya untuk bertanya pada pak Kim.

“Kamu punya SIM internasional tidak?” tanya pak Kim tiba-tiba pada Ayzel.

“Ada pak,” entah kenapa pak Kim menanyakan dia punya SIM atau tidak, yang jelas dia saat ini sedang pusing karena tidak bisa tidur.

“Ok,”

Ayzel berusaha untuk memejamkan matanya agar bisa tidur. Namun apa daya, dia tetap kepikiran tentang pesan chat yang di kirimkan asisten Alvaro. Mungkinkan Alvaro marah padanya atas jawaban yang dia berikan padanya.

Flash back on.

“Mari menikah dengan saya,” ucapan Alvaro seketika membuat Ayzel overthingking.

“Pak Alvaro, anda yakin dan serius dengan yang anda ucapkan barusan? Anda belum mengenal sepenuhnya saya pak. Saya dan pak Alvaro berada pada situasi yang berbeda saat ini,” tanya Ayzel pada Alvaro setelah mendengar ucapan Alvaro.

“Berbeda seperti apa maksud kamu?” Alvaro bahkan tidak menjawab pertanyaan pertama Ayzel.

“Pak Alvaro adalah atasan saya, sedangkan saya adalah karyawan magang perusahaan. Seyakin apa pak Alvaro memilih saya dan kenapa harus saya?” Ayzel menanti jawaban Alvaro.

Alvaro bukannya menjawab pertanyaan Ayzel, dia justru mengangkat telepon yang entah dari siapa. Ayzel menunggu sampai Alvaro selesai melakukan panggilan telepon, setelah selesai justru Alvaro pamit pulang.

“Saya pulang dulu Ze. Ada hal sangat mendesak harus saya lakukan,” Alvaro dengan tergesa memakai sepatunya.

“Baiklah. Hati-hati pak,” Alvaro menatap Ayzel sebentar sebelum akhirnya dia menghilang dari balik pintu.

Ayzel sebenarnya ingin mendengarkan jawaban Alvaro, namun Alvaro tiba-tiba pamit untuk pulang. Ayzel menetralkan hati dan pikirannya setelah itu, tidak ingin terlalu ambil pusing. Tidak ingin terbawa perasaan, bagaimanapun Alvaro adalah atasan dan dia adalah karyawan magang. Dia memilih untuk membersihkan diri dan mulai tidur, berharap besok tetap ada hal baik antara mereka berdua.

Flashback off.

Ayzel akhirnya memilih bangun untuk membereskan apartemennya, lagi pula dia juga sudah tidak bisa tidur lagi. Karena hari ini dia tidak perlu membuatkan sarapan untuk atasannya tersebut jadi dia tidak memasak, Ayzel sedang malas untuk sarapan.

Setelah sholat subuh dia merevisi tesisnya sebentar. Ayzel menyempatkan mempelajari kembali salah satu tempat yang akan menjadi tempat untuk praktik klinisnya. Baru setelah itu dia bersiap ke kantor, entah hari ini dia akan berangkat bersama Alvaro atau tidak. Mungkin setelah tadi malam, Alvaro tidak akan lagi menjemputnya. Tapi itu tidak menjadi masalah bagi Ayzel.

“Ayzel silahkan ke bawah, ada supir yang menunggumu di bawah” biasanya Alvaro yang berkata seperti itu, tapi kali ini pak Kim yang mengiriminya pesan.

Ayzel bergegas ke lantai bawah, dia juga sebenarnya sudah siap berangkat. Karena biasanya dia menunggu Alvaro mengabarinya, tapi hari ini sepertinya memang Alvaro tidak menjemputnya. Ayzel merasa tidak enak hati, mungkinkah Alvaro tersinggung sejak semalam tadi.

“Halo pak Kim, ini maksudnya apa?” Ayzel terkejut saat sampai bawah, supir yang di katakan pak Kim tadi bukan untuk menjemput Ayzel. Melainkan mengantarkan mobil untuk Ayzel gunakan ke kantor.

“Mulai hari ini kamu pakai untuk keperluan bekerja. Kedepannya kamu akan lebih sibuk, tidak ada bantahan Ayzel” pak Kim memutuskan sambungan teleponnya.

Ayzel akhirnya menerima kunci mobil beserta dengan kelengkapannya, dia kasihan pada supir yang sudah dari tadi menunggunya. Supir tersebut pergi setelah Ayzel menerima mobil.

“Apakah tidak apa-apa menggunakan mobil ini ke kantor?” Ayzel bermonolog dengan dirinya sendiri.

“Itu fasilitas untukmu sebagai asisten pribadi pak Alvaro, jadi jangan berpikiran macam-macam. Pak Alvaro tidak akan berangkat bersama denganmu lagi mulai hari ini,” pak Kim seolah tahu apa yang sedang Ayzel pikirkan.

“Baik pak, saya akan terima sebagai fasilitas perusahaan. Terimakasih,” Ayzel menghembuskan napasnya kasar. Ayzel masuk ke mobil dan melaju dengan kecepatan aman menuju kantornya, pada dasarnya dia memang bisa menyetir.

“Pagi Shahnaz,” Ayzel menyapa rekan sekantornya saat berpapasan.

“Pagi Ayzel, tumben agak siang?” tanya Shahnaz.

“Bangun kesiangan,” jawab Ayzel sekenanya. Tidak mungkin dia bilang karena menunggu Alvaro yang tidak mengabari bahwa hari ini dia harus berangkat sendiri.

“Oh iya, kamu di tunggu pak Kim di ruangannya.”

“Oke ... selamat bekerja,” Shahnaz kembali ke ruangannya dan Ayzel langsung menuju ruangan pak Kim.

Ayzel memikirkan sesuatu, namun segera dia tepis pemikiran tersebut dari kepalanya. Dia terus berjalan menuju ruangan asisten utama Alvaro.

“Permisi pak Kim,” Ayzel masuk ke dalam ruangan pak Kim.

“Masuk Ayzel, silahkan duduk.” Pak kim meletakkan berkas yang sedang dia baca begitu melihat Ayzel masuk.

“Ayzel ada beberapa tanggung jawab yang harus kamu selesaikan kurang dari dua minggu,” pak Kim memberikan data-data yang harus Ayzel kerjakan. Beberapa MOU untuk beberapa perusahaan harus di buatnya.

“Baik pak,” Ayzel menerima berkas dalam bentuk hard file juga soft file.

“Mulai besok dan beberapa waktu kedepan kamu tidak perlu membuatkan breakfast untuk Alvaro. Dia kembali ke korea semalam,” pak Kim melihat raut terkejut pada Ayzel.

“Baik pak Kim. Kalau begitu saya permisi untuk mengerjakan MOU nya,” Ayzel berusaha menetralkan rasa terkejutnya meskipun tetap terlihat oleh pak Kim. Dia pamit untuk kembali ke ruangannya.

“Setelah selesai kamu bisa kirimkan ke saya,” ucap pak Kim.

Ayzel tiba-tiba kembali dan menaruh kunci mobil yang tadi dia gunakan di meja pak Kim. "Sepertinya saya tidak butuh ini untuk ke kantor pak, lagi pula saya juga tidak lagi harus menyiapkan banyak hal untuk pak Alvaro.”

“Kamu tetap akan membutuhkannya, beberapa waktu ke depan semuanya akan sibuk. Kamu tahu seperti apa Alvaro, dia tidak menerima penolakan” tegas pak Kim.

“Baik kalau begitu untuk sementara akan saya gunakan,” Ayzel keluar dari ruangan pak Kim.

Ayzel sudah ada di ruangannya, ruangan itu sepi karena Alvaro ternyata kembali ke korea. Ayzel berpikir mungkinkah Alvaro kembali ke korea karena kejadian semalam, bahkan tidak ada satupun pesan yang di kirimkan Alvaro padanya.

“Ah ... sudahlah, mungkin ini memang yang terbaik. Lebih baik aku fokus untuk semua jadwalku,” meskipun dia tetap merasa sedikit bersalah dengan kejadian semalam.

Ayzel merasa jika perkataannya mungkin menyinggung Alvaro, tapi apakah sampai harus kembali ke korea. Bahkan dia tidak pamit padanya, Ayzel menarik napas panjang. Merelaksasikan dirinya agar lebih tenang dan nyaman, mungkin akan ada perbedaan setelah ini.

“Mari kembali kerutinitas semula,” ucap Ayzel pada dirinya sendiri yang mulai mengerjakan tugas-tugasnya.

Biar bagaimanapun Ayzel sudah terbiasa dengan segala tingkah random atasannya tersebut. Ayzel bukan tidak peka, tapi dia membentengi dirinya untuk tidak lagi mudah terbawa perasaan terhadap laki-laki.

“Ayzel,” bu Athaya masuk dan mencarinya.

“Iya bu,” dia menghentikan aktivitasnya untuk mendengarkan apa yang akan di katakan Athaya.

“Untuk beberapa waktu kedepan tidak perlu menghubungi pak Alvaro. Segala hal yang berkaitan dengan MOU dan lain-lain bisa langsung di email ke pak Kim,” Athaya memberi Ayzel coklat sambil tersenyum.

“Ada lagi bu?” tanya Ayzel yang sudah mulai jengah seolah Alvaro sedang tantrum, padahal tidak ada wujudnya di sana.

“Tidak ada, semangat! Ayzel,” ucapan Athaya disambut senyum simpul dari Ayzel.

Hari ini Ayzel benar-benar sibuk, beruntung kuliahnya sudah selasai. Revisi tesisnya juga sudah sempurna, dia hanya tinggal menunggu jadwal untuk ujian tesis. Tapi baru kali ini dia lembur, bukan karena di minta. Melainkan karena dia ingin segera menyelesaikan semua tugas yang di bebankan padanya saat ini.

“Kak Ze. Jemput aku besok pagi di bandara,” dia sepupu Ayzel yang bernama Orin Humaira Zekai.

“Hah? Bandara mana maksud kamu, Humey?” Ayzel baru saja selesai mandi saat menerima pesan chat tersebut.

“Bandara Istanbul, sebentar lagi aku meluncur ke sana. jangan terlambat jemput aku,” titah sepupu Ayzel.

“Iya ... iya, aku istirahat dulu. Besok pagi aku jemput,” Ayzel memang sudah sangat lelah hari ini. Dia mengatur alarm sebelum tidur agar tidak terlambat menjemput sepupunya di bandara.

...***...

“Humey. Hari ini aku akan sangat sibuk, jangan jalan jauh-jauh. Kalau ada apa-apa lagsung telelepon kakak, ya?” Ayzel sudah siap berangkat ke kantor, sementara Humey masih bersembunyi dalam selimutnya.

“Hemm ... iya kak, beres” terhitung sudah dua minggu sepupu Ayzel berada di Istanbul. Ayzel merasa bersalah karena tidak punya waktu untuk menemaninya jalan-jalan.

Dua minggu sejak kembalinya Alvaro ke korea, Ayzel benar-benar sibuk. Terlebih jadwal ujian tesisnya sudah keluar, dia juga sudah memilih akan melakukan praktik klinisnya di mana. Minggu ini adalah jadwal ujian tesisnya, bahkan akhir-akhir ini dia mengemudi dengan kecepatan lebih dari 70 km/jam. Ayzel mengejar semua jadwal untuk selesai dengan baik.

“Hallo Shahnaz? Pak Kim sudah ada di kantor?” Ayzel menghubungi rekannya, memastikan bahwa asisten utama Alvaro sudah ada di kantor.

“Sudah. Cepat kalau mau bertemu, sepertinya mau pergi bertemu klien” ujar Shahnaz.

Ayzel mengakhiri panggilan dengan Shahnaz, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas 80km/jam saat ini.

“Pak Kim,” Ayzel yang baru sampai langsung menghampiri pak Kim.

“Sudah selesai?” Ayzel yang terengah-engah karena lari dari parkiran menuju loby kantor hanya menjawab pertanyaan pak Kim dengan anggukan.

“Ini pak,” dia menyerahkan semua MOU pada pak Kim.

“Good job Ayzel. Terimakasih,” pak Kim kemudian pergi dengan beberapa staffnya untuk bertemu klien-klien penting hari ini.

Ayzel masuk lift masih dengan sedikit terengah-engah, hari ini dia harus menyelesaikaan semua pekerjaan sebelum jam dua belas. Dia harus ke kampus untuk mengurus kelengakapan ujian tesisnya lusa.

“Ayzel bisa ke ruangan saya?” Athaya memanggilnya begitu melihat Ayzel keuar dari lift.

“Baik bu,” dia langsung mengikuti Athaya tanpa menaruh tasnya lebih dulu.

“Begini Ayzel. Emm ... itu,” Athaya sedikit ragu mengatakannya.

“Bagaimana bu Athaya?” Ayzel menyamankan duduknya, karena dia tahu Athaya akan berbicara serius.

“Ayzel pak Alvaro memintamu untuk membantu divisi satu dan dua,” ada keraguan dalam ucapan Athaya.

“Deg ...” Ayzel diam sejenak untuk mencerna perkataan Athaya.

“Saya sudah menawarkan orang lain, tapi pak Alvaro tetap meminta harus kamu” raut muka Athaya seolah memohon pada Ayzel.

“Tidak boleh ada penolakan bukan bu?” selama satu bulan menjadi asisten Alvaro tentu dia paham akan hal itu.

“Iya,” Athaya melihat mimik muka Ayzel berubah dari yang santai menjadi sedikit memerah. Bukan karena malu tapi sedikit menahan amarah, bukan pada Athaya melainkan pada Alvaro.

“Pak Alvaro harus memilih. Divisi satu atau dua, karena status saya masih karyawan magang. Salah satu atau tidak sama sekali bu,” kali ini Ayzel merasa seolah di permainkan oleh Alvaro.

“Baiklah, akan saya sampaikan pada pak Alvaro. Saya tahu akhir-akhir ini kamu bekerja keras, tapi kamu juga pasti tahu bagaimana posisi kita” dari awal Ayzel menjadi karyawan magang, Athaya sudah menyukai Ayzel karena ketekunan dan kerja kerasnya.

“Saya paham bu Athaya,” Ayzel tersenyum pada pimpinan HRDnya tersebut.

“Saya hubungi pak Alvaro. Untuk Ayzel tentu harus diusahakan,” Athaya tersenyum dan memberi kode pada Ayzel untuk diam selama dia sedang melakukan panggilan telepon dengan atasannya.

Ayzel masih menahan amarahnya bahkan setelah keluar dari ruangan Athaya, meskipun akhirnya Athaya berhasil membujuk Alvaro. Ayzel akan membantu divisi dua untuk memperkuat konsep aplikasi yang akan perusahaan mereka buat.

“Jadi seperti inikah tantrumnya seorang Alvaro jika tidak berhasil mendapatkan sesuatu? Ngambeknya gak lucu,” Ayzel sangat kesal.

Dia menidurkan kepalanya di meja, sejenak berusaha untuk menenangkan diri. Mengembalikan suasana hatinya, dia adalah calon psikolog yang tahu bagaimana harus bersikap.

Ayzel memutuskan untuk merapikan barang-barangnya, dia memilih untuk kembali pindah ke ruangan divisi dua. Biar bagaimanapun akan lebih mudah baginya untuk berkoordinasi dengan rekan lainnya, perihal pekerjaannya sebagai asisten Alvaro dia bisa mengerjakannya di ruang divisi dua.

“Ze. Bisa kamu angkat telepon saya sebentar?” Ayzel memeriksa ponselnya, memastikan siapa yang mengiriminya pesan.

Alvaro ternyata meneleponnya berkali-kali, Ayzel menyalakan mode senyap. Karena itulah dia tidak tahu ada panggilan telepon dari Alvaro. Namun dia memilih abai pada pesan maupun panggilan Alvaro, dia mematikan ponselnya.

“Shahnaz kemarikan konsepnya,” Shahnaz tentu sangat senang Ayzel kembali bekerja dengan divisi dua.

Pak Kim turun tangan setelah Alvaro mengatakan bahwa panggilan telepon dan pesannya tidak di respon Ayzel, bahkan saat ini ponselnya tidak aktif. Kali ini sekelas pak Kim bahkan tidak mempan meluluhkan Ayzel, Athaya sampai mengirimkan vidio Ayzel yang sangat sibuk pada pak Kim.

Ayzel dia sangat sibuk, bahkan mengabaikan semua hal yang berpotensi merusak jadwal yang sudah dia atur sedemikian rupa. Sekalipun dia harus berhadapan dengan kemarahan Alvaro nantinya, dia tidak perduli selama semua selesai dengan baik.

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3 Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4 Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5 Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6 Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7 Chapter 7. Makan Malam
8 Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9 Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10 Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11 Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12 Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13 Chapter 13. Makan siang berempat
14 Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15 Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16 Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17 Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18 Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19 Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20 Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21 Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22 Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23 Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24 Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25 Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26 Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27 Chapter 27. Indonesia
28 Chapter 28. Cemburu
29 Chapter 29. Rooftop cafe
30 Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31 Chapter 31. Deep talk rooftop
32 Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33 Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34 Chapter 34. Makan malam bersama
35 Chapter 35. My future (Zeze)
36 Chapter 36. Quality Time
37 Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38 Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39 Chapter 39. Menepati Janji
40 Chapter 40. Pelukan pertama
41 Chapter 41. Hubby
42 Chapter 42. Pesan tanpa nama
43 Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44 Chapter 44. Pillow talk
45 Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46 Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47 Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48 Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49 Chapter 49. Ayzel & Klien
50 Chapter 50. Ketahuan Athaya
51 Chapter 51. Merajuk sebentar
52 Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53 Chapter 53. Mulai merasakan luka
54 Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55 Chapter 55. Kamu menyakitiku
56 Chapter 56. Ayzel Sakit
57 Chapter 57. Kemarahan Naira
58 Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59 Chapter 59. Naira lagi
60 Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61 Chapter 61. Blue Sapphire
62 Chapter 62. Alvaro khawatir
63 Chapter 63. Blunt bob tint blue
64 Chapter 64. Tentang Naima
65 Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66 Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67 Chapter 67. Dia istri saya
68 Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69 Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70 Chapter 70. Mantra ketulusan
71 Chapter 71. Jangan bohongi aku
72 Chapter 72. Dia asistenku
73 Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74 Chapter 74. Kembalinya Naima
75 Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76 Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77 Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78 Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79 Chapter 79. Dia di Jerman
80 Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81 Chapter 81. Menemukanmu
82 Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83 Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84 Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85 Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86 Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87 Chapter 87. Aku cemburu
88 Chapter 88. Peluk
89 Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90 Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91 Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92 Chapter 92. Bucin episode baru
93 Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94 Chapter 94. Aku merindukanmu
95 Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96 Chapter 96. Uncle Pororo
97 Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98 Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99 Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100 Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101 Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102 Chapter 102. Duck Syndrom
103 Chapter 103. Anakmu lapar
104 Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105 Chapter 105. Naima salah kira
106 Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107 Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108 Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109 Chapter 109. My wife forever and ever
110 Chapter 110. Peninggalan Grace
111 Chapter 111. Gantungan Couple
112 Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113 Chapter 113. Temani aku kekantor
114 Chapter 114. Gyoza Mandu
115 Ikut meeting
116 Alvaro, so sweet
117 Di satukan Oleh Tuhan
118 Selamatkan bayi
119 Tindakan Operasi
120 Di sini indah, bukan?
121 Dia kembali
122 Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123 Bangun dari koma
124 Karena Zeze takdirku
125 Pulang ke rumah
126 Terima kasih cintaku
127 Kembali ke Istanbul
128 Rujak bebek jadi rujak es krim
129 Suami siaga
130 Baby boy
131 Altezza Hakala Jaziero (End)
132 Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133 Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134 Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3
Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4
Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5
Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6
Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7
Chapter 7. Makan Malam
8
Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9
Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10
Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11
Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12
Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13
Chapter 13. Makan siang berempat
14
Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15
Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16
Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17
Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18
Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19
Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20
Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21
Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22
Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23
Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24
Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25
Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26
Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27
Chapter 27. Indonesia
28
Chapter 28. Cemburu
29
Chapter 29. Rooftop cafe
30
Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31
Chapter 31. Deep talk rooftop
32
Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33
Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34
Chapter 34. Makan malam bersama
35
Chapter 35. My future (Zeze)
36
Chapter 36. Quality Time
37
Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38
Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39
Chapter 39. Menepati Janji
40
Chapter 40. Pelukan pertama
41
Chapter 41. Hubby
42
Chapter 42. Pesan tanpa nama
43
Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44
Chapter 44. Pillow talk
45
Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46
Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47
Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48
Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49
Chapter 49. Ayzel & Klien
50
Chapter 50. Ketahuan Athaya
51
Chapter 51. Merajuk sebentar
52
Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53
Chapter 53. Mulai merasakan luka
54
Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55
Chapter 55. Kamu menyakitiku
56
Chapter 56. Ayzel Sakit
57
Chapter 57. Kemarahan Naira
58
Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59
Chapter 59. Naira lagi
60
Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61
Chapter 61. Blue Sapphire
62
Chapter 62. Alvaro khawatir
63
Chapter 63. Blunt bob tint blue
64
Chapter 64. Tentang Naima
65
Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66
Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67
Chapter 67. Dia istri saya
68
Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69
Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70
Chapter 70. Mantra ketulusan
71
Chapter 71. Jangan bohongi aku
72
Chapter 72. Dia asistenku
73
Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74
Chapter 74. Kembalinya Naima
75
Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76
Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77
Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78
Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79
Chapter 79. Dia di Jerman
80
Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81
Chapter 81. Menemukanmu
82
Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83
Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84
Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85
Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86
Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87
Chapter 87. Aku cemburu
88
Chapter 88. Peluk
89
Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90
Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91
Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92
Chapter 92. Bucin episode baru
93
Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94
Chapter 94. Aku merindukanmu
95
Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96
Chapter 96. Uncle Pororo
97
Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98
Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99
Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100
Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101
Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102
Chapter 102. Duck Syndrom
103
Chapter 103. Anakmu lapar
104
Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105
Chapter 105. Naima salah kira
106
Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107
Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108
Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109
Chapter 109. My wife forever and ever
110
Chapter 110. Peninggalan Grace
111
Chapter 111. Gantungan Couple
112
Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113
Chapter 113. Temani aku kekantor
114
Chapter 114. Gyoza Mandu
115
Ikut meeting
116
Alvaro, so sweet
117
Di satukan Oleh Tuhan
118
Selamatkan bayi
119
Tindakan Operasi
120
Di sini indah, bukan?
121
Dia kembali
122
Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123
Bangun dari koma
124
Karena Zeze takdirku
125
Pulang ke rumah
126
Terima kasih cintaku
127
Kembali ke Istanbul
128
Rujak bebek jadi rujak es krim
129
Suami siaga
130
Baby boy
131
Altezza Hakala Jaziero (End)
132
Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133
Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134
Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!