Chapter 7. Makan Malam

Alvaro masih menikmati pide dan kopi di cafe dekat area fakultas Ayzel, cuaca mendung membuat suasana sekitaran cafe menjadi lebih syahdu. Kurang lebih dua jam dia duduk di sana, entah apa yang ada di pikiriannya, padahal dia bisa pulang dulu ke apartemen. Alih-alih pulang, Alvaro malah tetap berada di cafe.

“Mau ikut kita makan malam gak Ay?” Naira dan rekan kampusnya akan mampir makan malam dulu, mungkin saja Ayzel juga mau ikut jadi dia bertanya.

“Sepertinya tidak, aku masih ada urusan lain” Ayzel melihat arlojinya, sudah jam empat lebih. Lagi pula dia tadi sudah menjanjikan atasannya, Ayzel akan mentraktir Alvaro makan malam.

“Ok kalau begitu kita pergi dulu Ay,” Ayzel berpisah dengan rekan kampusnya, karena mereka menuju arah yang berbeda.

Ayzel menyusuri jalanan ke luar fakultasnya, dia biasa pulang dengan berjalan kaki. Pemandangan senja di Istanbul memang indah, di tambah saat ini sudah mulai masuk musim gugur. Ini adalah kali ke dua dia merasakan musim gugur di Istanbul, biasanya dia akan berlama-lama duduk di dukkan galata menikmati senja sambil minum kopi.

“Dimana? Sudah selesai bimbingan?” Ayzel melihat notif pesan masuk yang ternyata dari Alvaro.

“Sedang menikmati aroma musim gugur,” balas Ayzel

“ ...?” Alvaro bingung dengan jawaban Ayzel.

“Berjalan menuju keluar gerbang fakultas. Sambil menikmati daun-daun mulai berubah warna pak, Alvaro” Ayzel memotret pohon-pohon di sekitar jalan fakulasnya, lalu mengirimnya pada Alvaro.

“Oh ... oke,”

“Haah oke? Apanya yang ok,” gumam Ayzel setelah membaca balasan chat dari Alvaro.

Ayzel berhenti sejenak, dia menikmati sumilir angin senja yang mulai berubah menjadi warna jingga. Dia berdiri dan memejamkan mata, lamat-lamat merasakan angin menerpa wajahnya. Seolah menemukan damai dalam setiap angin yang berhembus sore itu,.

“Permisi nona, sampai kapan mau di situ? Saya sudah menunggu dua jam,” Alvaro tiba-tiba sudah berada di tempat Ayzel berdiri saat ini.

“Pak Alvaro?” Ayzel membelalakkan matanya, tak percaya tiba-tiba sudah ada Alvaro di sana tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

“Hmm ... iya saya Alvaro, kamu pikir saya hantu?”

“Anda tidak pulang dari tadi?” Ayzel memastikan maksud Alvaro menunggu dua jam.

“Iya. Kamu kan janji mau makan malam dengan saya,” kekeh Alvaro.

“Tapi gak harus nungguin saya dua jam juga pak,” Ayzel tak habis pikir dengan atasannya tersebut.

“Suka-suka saya, cepat masuk!” titah Alvaro menyuruh Ayzel masuk ke mobilnya.

Ayzel menurut saja permintaan atasannya itu, dia duduk di samping kemudi dan sudah memasang sabuk pengamannya. Begitu juga dengan Alvaro yang sudah siap melajukan mobilnya menyusuri jalanan dengan kecepatan aman. Sayang jika harus melewatkan pemandangan indah malam hari di sana, jadi dia hanya menggunakan kecepatan 40km/jam saja. Mereka juga sudah mampir untuk melakasanakan sholat magrib.

“Pak Alvaro mau makan malam apa? Tapi jangan minta dinner ala hotel bintang lima ya pak, tidak sanggup” ucap Ayzel khawatir kalau atasannya minta traktir ala hotel bintang lima di Istanbul.

“Apartemen saya saja,” Alvaro dengan ringan mengatakan hal tersebut.

“Masak makan malam buat saya diapartemen,” jelas Alvaro saat melihat Ayzel mengerlingkan matanya.

“Hah masak? Kenapa tidak cari makanan yang dekat sini saja? Banyak makanan lumayan lezat juga,” Ayzel sebenarnya sedikit takut.

Meskipun Alvaro adalah atasannya dan Ayzel juga yakin Alvaro tidak akan melakukan hal-hal di luar batasannya. Namun tetap saja Ayzel merasa ragu jika harus keapartemen atasannya tersebut. Ayzel memikirkan berbagai cara agar dia tidak perlu keapartemen Alvaro.

“Makan malam ala hotel bintang lima juga boleh pak,” Ayzel bernegosiasi dengan Alvaro.

“Tidak. Ze,” Alvaro masih bersikukuh bahwa Ayzel yang harus membuatkan dia makan malam.

“Kalau begitu diapartemen saya atau tidak sama sekali,” Ayzel menyerah. Akan lebih baik jika dia memasak diapartemennya sendiri, setidaknya dia lebih merasa aman dan nyaman.

“Oke,” Alvaro putar arah menuju apartemen Ayzel.

“Huff ... pak Alvaro mau di buatkan apa?”

“Apa saja. Selama itu masakan Indonesia,” Alvaro merindukan masakan mendiang mamanya. Semenjak Ayzel membuatkan bubur waktu itu, dia seperti terus ingin merasakan masakan Indonesia.

“Kita ke grocery dulu beli beberapa bahan,” mereka berdua menuju grocery shopping terdekat untuk membeli beberapa bahan untuk makan malam.  

Ayzel berpikir harus membuatkan makanan apa untuk Alvaro, dia biasanya hanya asal masak apapun bahan yang ada di kulkasnya untuk makan malam. Tapi kali ini atasannya itu minta dibuatkan sesuatu yang berbau masakan Indonesia. Alvaro mengambil troli untuk tempat barang belanjaan mereka, namun di protes Ayzel.

“Tidak perlu bawa troli sebesar itu pak. Cukup bawa keranjang ini,” Ayzel mengambil keranjang dan meminta Alvaro untuk menaruh troli ke tempatnya kembali.

“Lebih mudah pake troli Ze,” sanggah Alvaro.

“Memangnya mau belanja bulanan?” kesal Ayzel, kemudian berjalan meninggalkan atasannya di belakang.

“Oke ... grocery selanjutnya kita belanja bulanan bersama,” Alvaro kemudian megikuti Ayzel.

“Ya Tuhan. ada ya CEO modelan pak Alvaro seperti ini,” Ayzel menghela napas, sementara Alvaro tersenyum berjalan di belakangnya.

Ayzel sudah dapat semua bahan yang dia butuhkan, mereka pergi ke kasir untuk membayar hasil belanjaan mereka. Alvaro membantu Ayzel membawa plastik-plastik berisi barang belanjaan.

“Saya beli minum dulu pak,” Alvaro mengangguk dan menunggu Ayzel yang sedang membeli minuman.

“Ayzel,” dari antrian belakang ada seseorang yang memanggil. Tak lain adalah Shahnaz rekan sekantornya.

“Merhaba akşamlar Shahnaz,” Ayzel mengucapakan hai malam shahnaz.

“Sendirian atau sama siapa?” Shahnaz terlihat mencari-cari seseorang di dekat Ayzel.

“Sendiri. Aku duluan Shahnaz,” Ayzel bergegas pergi meninggalkan rekan kerjanya tersebut. Ayzel terlihat mencari-cari atasannya tersebut, dia khawatir jika Shahnaz melihat Alvaro bersamanya.

Tiba-tiba saja ada yang menarik hodie Ayzel dari belakang, saat Ayzel menoleh ternyata Alvaro yang menarik hodienya. Ayzel merasa lega karena Shahnaz tidak melihat dirinya sedang berbelanja dengan atasnnya tersebut, belakangan sudah ada desas desus tentang mereka yang berangkat ke kantor bersama.

“Silahkan masuk pak. Maaf apartemennya kecil,” apartemen Ayzel memang kecil. Namun cukup hangat dan nyaman untuk di tinggali, semua ruangan juga terlihat bersih dan rapi. Ayzel tidak terlalu banyak menaruh barang-barang mengingat apartemennya yang kecil.

“Kamu sudah lama tinggal di sini Ze?” Alvaro melihat sekeliling apartemen Ayzel.

“Satu setengah tahun pak,” Ayzel sedang berada di dapur kecilnya mengeluarkan bahan-bahan yang akan di masaknya.

Alvaro mendekat ke dapur hendak membantu Ayzel yang sedang mencuci sayur, buah juga daging. Dia menggulung lengan bajunya sebatas siku, sekali lagi Ayzel di buat terkejut oleh atasannya. Vibes seorang CEO benar-benar melekat pada Alvaro, rekan kerjanya pasti sudah teriak heboh saat melihat Alvaro yang seperti itu.

“Pak Alvaro sana! Tamu harus duduk diam jadi raja,” titah Ayzel pada atasannya. Alvaro mengurungkan niat membantu Ayzel setelah di minta duduk.

Alvaro duduk di kursi yang menghadap langsung pada dapur Ayzel, itu adalah kursi dan meja serba guna yang biasa di gunakan Ayzel. Satu meja kecil dengan dua kursi serba guna, entah untuk makan, untuk bekerja ataupun belajar.

“Camomile bagus untuk yang punya insomnia,” Ayzel memberikan teh camomile yang dia buat. Dia tahu dari pak Kim bahwa Alvaro sering mengalami insomnia.

“Trimakasih,” Alvaro meminum teh buatan Ayzel sambil memandangi asisten pribadinya yang sedang membuatkan makan malam untuknya.

Sementara Ayzel memasak, Alvaro penasaran dengan beberapa buku yag tersusun rapi di rak yang tidak begitu besar. Dia tertarik dengan satu buku bertuliskan bahasa korea di atas judul yang berbahasa Inggris, kemudian dia mengambilnya dari rak dan membacanya. The world called children sebuah essay karya Kim Soyoung, itulah judul buku yang diambil Alvaro dari rak.

“Pak Alvaro tahu buku itu?” karena Alvaro tinggal lama di korea jadi Ayzel pikir atasannya itu tahu tentang buku itu.

“Saya tidak tahu. Memang tentang apa?” Alvaro bertanya pada Ayzel yang masih sibuk sambil memasak hidangan makan malam mereka.

“Kim Soyoung seorang guru pembimbing yang membaca dan mencermati kehidupan anak-anak di dalam dan di luar kelas. Menurutnya dengan mengamati anak-anak menjadi salah satu cara untuk melihat diri kita sendiri. Bagaimana kita harus menyayangi diri kita untuk menemukan jalan kesembuhan," Ayzel menjelaskan inti buku tersebut.

“Boleh aku pinjam?” Ayzel terkejut namun mengiyakan.

“Buat kamu saja. Ah ... maaf pak,” Ayzel seolah lupa bahwa dia sedang bersama atasannya. Kadang saat bersama Alvaro dia seperti menemukan seorang teman untuk berbagi cerita dan berdiskusi dengan lebih santai.

“Ini di luar kantor jadi kamu boleh memanggil saya dengan santai Ze,” Alvaro menatap Ayzel, namun sebaliknya Ayzel menatap Alvaro dengan bingung.

Ayzel sudah menyelesaikan beberapa hidangan sederhana yang bisa dia buat, dia membuatkan Alvaro ayam saus lada hitam dengan orek tempe dan buncis. Kebetulan dia masih punya stok tempe yang dia beli kemarin di Asian Mart, tak lupa kerupuk dia siapkan untuk Alvaro.

“Semoga sesuai dengan lidah pak Alvaro,” Ayzel mempersilahkan Alvaro untuk mengambil terlebih dahulu.

“Hmm ...” seperti biasanya Alvaro selalu memberikan kode pada Ayzel. Alvaro selalu minta Ayzel untuk mengambilkan makanan untuknya. Tanpa perlu berdebat lagi Ayzel mengambilkannya, agar atasannya bisa segera makan dan pulang.

Mereka menikmati makan sambil sesekali bicara lebih santai, Alvaro merasa dia bisa berbicara dan bertingkah apapun di depan Ayzel. Bahkan banyak tingkah randomnya keluar di saat bersama dengan asistennya tersebut.

Entah karena Ayzel yang mudah untuk membuat nyaman lawan bicaranya, atau karena dia adalah seorang psikolog yang paham bagaimana memperlakukan orang.

“Menurutmu bagaimana dengan perkembangan aplikasi untuk rumah sakit?” Alvaro merasa harus berdiskusi dengan Ayzel. Meskipun dia sudah tidak dalam tim divisi, namun Alvaro tahu dia punya kemampuan diatas rata-rata.

“Sebenarnya sudah cukup bagus, tapi ada hal-hal yang memang harus di kaji ulang. Bukan karena belum layak untuk di luncurkan, melainkan untuk memastikan semuanya benar siap dari segala aspek” Alvaro terpesona dengan jawaban Ayzel yang tidak memihak salah satu divisi.

“Lalu apa yang kamu pikirkan tentang aplikasi kita?” Alvaro semakin penasaran dengan pemikiran Ayzel sehingga membuatnya ingin terus berdiskusi.

“Perusahaan berencana meluncurkan dua aplikasi sekaligus. Perlu di catat ini hanya murni pemikiran saya,” Ayzel sedikit ragu untuk mengatakannya.

“Saya paham. Kamu tidak perlu khawatir,” Alvaro mengerti dengan keresahan Ayzel.

“My mental health app dengan Care clinic tidak boleh di luncurkan dalam waktu yang bersamaan, kita harus memilih salah satunya lebih dulu. Dua aplikasi tersebut harus saling mendukung,” Ayzel menjadi lebih serius membahas tentang aplikasi terbaru mereka.

“Kenapa kamu punya pemikiran seperti itu?” Alvaro semakin menikmati diskusi mereka.

“My mental health bertujuan melacak kondisi yang terjadi pada pasien, sedangan care clinic untuk memantau progres pasien. Kedua aplikasi tersebut harus memenuhi standar HIPAA.”

HIPAA (Health Insurance Protability and Accountability Act) yang merupakan standar privasi dan regulasi medis yang di gunakan di luar negeri.

“Bukankah kita sudah melakukan risetnya Ze?” Alvaro sudah membaca semua riset dan konsep dari dua divisi, jadi dia paham seluk beluk aplikasi yang akan di luncurkan perusahaannya.

“Itu benar. Tapi itu saja belum cukup, kita harus menggabungkan beberapa disiplin ilmu untuk memastikan semua aspek terpenuhi. Ada disiplin ilmu medis, psikologi dan teknologi yang harus di gabungkan, agar kita mendapatkan aplikasi dengan tingkat akurasi 90%.” Alvaro meminum air mineralnya, perkataan Ze membuatnya memikirkan ulang beberapa aspek.

“Jika kamu jadi saya, mana yang akan kamu dahulukan?” Alvaro seolah menemukan pemegang kunci dari rantai yang menjerat pikirannya.

“Saya akan memilih care clinic untuk lebih dulu diluncurkan, tujuan care clinic adalah sebagai pemantau progres selama pasien dalam perawatan maupun setelah perawatan. Secara data dan konsep kita sudah 80% siap untuk di luncurkan, hanya saja” Ayzel menjeda bicaranya.

“Hanya saja apa?” Alvaro penasaran denga ucapan Ayzel.

“Perusahaa harus memastikan keamanan privasi data milik pasien, untuk mencari rekanan perusahaan tersebut sangat perlu sebelum aplikasi di luncurkan. Setidaknya untuk care clinic tidak akan menyita waktu lebih banyak,” Alvaro terkesima dengan pemikiran Ayzel.

Alvaro membantu Ayzel membereskan makan malam mereka, kali ini Ayzel tidak bisa membantah Alvaro yang ikut membereskan meja tempat mereka berdua makan malam.

“Ze?” Alvaro dan Ayzel sudah selesai berbenah, Ayzel pikir atasannya tersebut akan pamit pulang.

“Iya pak Alvaro?”

“Mari menikah dengan saya!” mereka berdua saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

 

 

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

kasih tumis kangkung, tempe, tahu, ikan asin sama sambel aja Ze😅😅

2025-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3 Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4 Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5 Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6 Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7 Chapter 7. Makan Malam
8 Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9 Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10 Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11 Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12 Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13 Chapter 13. Makan siang berempat
14 Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15 Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16 Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17 Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18 Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19 Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20 Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21 Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22 Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23 Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24 Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25 Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26 Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27 Chapter 27. Indonesia
28 Chapter 28. Cemburu
29 Chapter 29. Rooftop cafe
30 Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31 Chapter 31. Deep talk rooftop
32 Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33 Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34 Chapter 34. Makan malam bersama
35 Chapter 35. My future (Zeze)
36 Chapter 36. Quality Time
37 Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38 Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39 Chapter 39. Menepati Janji
40 Chapter 40. Pelukan pertama
41 Chapter 41. Hubby
42 Chapter 42. Pesan tanpa nama
43 Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44 Chapter 44. Pillow talk
45 Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46 Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47 Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48 Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49 Chapter 49. Ayzel & Klien
50 Chapter 50. Ketahuan Athaya
51 Chapter 51. Merajuk sebentar
52 Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53 Chapter 53. Mulai merasakan luka
54 Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55 Chapter 55. Kamu menyakitiku
56 Chapter 56. Ayzel Sakit
57 Chapter 57. Kemarahan Naira
58 Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59 Chapter 59. Naira lagi
60 Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61 Chapter 61. Blue Sapphire
62 Chapter 62. Alvaro khawatir
63 Chapter 63. Blunt bob tint blue
64 Chapter 64. Tentang Naima
65 Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66 Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67 Chapter 67. Dia istri saya
68 Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69 Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70 Chapter 70. Mantra ketulusan
71 Chapter 71. Jangan bohongi aku
72 Chapter 72. Dia asistenku
73 Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74 Chapter 74. Kembalinya Naima
75 Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76 Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77 Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78 Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79 Chapter 79. Dia di Jerman
80 Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81 Chapter 81. Menemukanmu
82 Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83 Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84 Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85 Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86 Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87 Chapter 87. Aku cemburu
88 Chapter 88. Peluk
89 Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90 Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91 Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92 Chapter 92. Bucin episode baru
93 Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94 Chapter 94. Aku merindukanmu
95 Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96 Chapter 96. Uncle Pororo
97 Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98 Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99 Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100 Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101 Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102 Chapter 102. Duck Syndrom
103 Chapter 103. Anakmu lapar
104 Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105 Chapter 105. Naima salah kira
106 Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107 Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108 Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109 Chapter 109. My wife forever and ever
110 Chapter 110. Peninggalan Grace
111 Chapter 111. Gantungan Couple
112 Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113 Chapter 113. Temani aku kekantor
114 Chapter 114. Gyoza Mandu
115 Ikut meeting
116 Alvaro, so sweet
117 Di satukan Oleh Tuhan
118 Selamatkan bayi
119 Tindakan Operasi
120 Di sini indah, bukan?
121 Dia kembali
122 Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123 Bangun dari koma
124 Karena Zeze takdirku
125 Pulang ke rumah
126 Terima kasih cintaku
127 Kembali ke Istanbul
128 Rujak bebek jadi rujak es krim
129 Suami siaga
130 Baby boy
131 Altezza Hakala Jaziero (End)
132 Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133 Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134 Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3
Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4
Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5
Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6
Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7
Chapter 7. Makan Malam
8
Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9
Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10
Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11
Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12
Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13
Chapter 13. Makan siang berempat
14
Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15
Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16
Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17
Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18
Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19
Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20
Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21
Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22
Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23
Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24
Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25
Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26
Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27
Chapter 27. Indonesia
28
Chapter 28. Cemburu
29
Chapter 29. Rooftop cafe
30
Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31
Chapter 31. Deep talk rooftop
32
Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33
Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34
Chapter 34. Makan malam bersama
35
Chapter 35. My future (Zeze)
36
Chapter 36. Quality Time
37
Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38
Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39
Chapter 39. Menepati Janji
40
Chapter 40. Pelukan pertama
41
Chapter 41. Hubby
42
Chapter 42. Pesan tanpa nama
43
Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44
Chapter 44. Pillow talk
45
Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46
Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47
Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48
Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49
Chapter 49. Ayzel & Klien
50
Chapter 50. Ketahuan Athaya
51
Chapter 51. Merajuk sebentar
52
Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53
Chapter 53. Mulai merasakan luka
54
Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55
Chapter 55. Kamu menyakitiku
56
Chapter 56. Ayzel Sakit
57
Chapter 57. Kemarahan Naira
58
Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59
Chapter 59. Naira lagi
60
Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61
Chapter 61. Blue Sapphire
62
Chapter 62. Alvaro khawatir
63
Chapter 63. Blunt bob tint blue
64
Chapter 64. Tentang Naima
65
Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66
Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67
Chapter 67. Dia istri saya
68
Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69
Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70
Chapter 70. Mantra ketulusan
71
Chapter 71. Jangan bohongi aku
72
Chapter 72. Dia asistenku
73
Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74
Chapter 74. Kembalinya Naima
75
Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76
Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77
Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78
Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79
Chapter 79. Dia di Jerman
80
Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81
Chapter 81. Menemukanmu
82
Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83
Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84
Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85
Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86
Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87
Chapter 87. Aku cemburu
88
Chapter 88. Peluk
89
Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90
Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91
Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92
Chapter 92. Bucin episode baru
93
Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94
Chapter 94. Aku merindukanmu
95
Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96
Chapter 96. Uncle Pororo
97
Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98
Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99
Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100
Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101
Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102
Chapter 102. Duck Syndrom
103
Chapter 103. Anakmu lapar
104
Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105
Chapter 105. Naima salah kira
106
Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107
Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108
Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109
Chapter 109. My wife forever and ever
110
Chapter 110. Peninggalan Grace
111
Chapter 111. Gantungan Couple
112
Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113
Chapter 113. Temani aku kekantor
114
Chapter 114. Gyoza Mandu
115
Ikut meeting
116
Alvaro, so sweet
117
Di satukan Oleh Tuhan
118
Selamatkan bayi
119
Tindakan Operasi
120
Di sini indah, bukan?
121
Dia kembali
122
Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123
Bangun dari koma
124
Karena Zeze takdirku
125
Pulang ke rumah
126
Terima kasih cintaku
127
Kembali ke Istanbul
128
Rujak bebek jadi rujak es krim
129
Suami siaga
130
Baby boy
131
Altezza Hakala Jaziero (End)
132
Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133
Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134
Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!