Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel

Terhitung sudah satu minggu semenjak Ayzel menjadi asisten pribadi Alvaro, selalu ada saja tingkah random Alvaro yang membuat Ayzel memijat ke dua pelipisnya. Alvaro adalah sosok CEO idaman yang sempurna yang selalu digilai oleh rekan-rekan kantornya, namun berbeda dengan Ayzel yang bertolak belakang dengan rekan-rekannya.

Bagi Ayzel Alvaro punya sisi lain yang mungkin hanya pak Kim dan dia yang tahu, sikap tantrum Alvaro, tingkah randomnya, bahkan ada satu hal yang Ayzel baru tahu tetang Alvaro. Tentang ke cerobohan seorang Alvaro yang bisa merusak benda apapun yang dia sentuh atau pegang.

“Ayzel. Jangan biarkan pak Alvaro menyentuh benda-benda itu,” pak Kim berbisik padanya sambil menunjuk vas porselin dan beberapa pajangan akrilik.

“Kenapa pak?” Ayzel penasaran.

“Kalau kamu tidak ingin melihat benda-benda itu rusak. Jangan biarkan dia memegangnya,” pak Kim tersenyum saat melihat Ayzel yang masih ke bingungan dengan apa yang dia katakan.

Seperti biasa Ayzel sedang fokus dengan pekerjaannya. Dia juga tampak sibuk menghubungi beberapa klien yang akan di temui atasannya tersebut, salah satunya adalah memastikan waktu dan tempat untuk melakukan pertemuan. Beberapa menit lalu dia masih melihat Alvaro duduk manis memainkan ponselnya di meja, lengah sedikit dia sudah hilang dari pandangan Ayzel.

“Ze,” Alvaro dengan muka mencebik menunjukkan padanya pajangan boneka akrilik dengan kepala yang sudah terpisah dari badannya.

“Iya, ada yang bisa sa ...” Ayzel tidak jadi melanjutkan ucapannya. Dia langsung menutup mulutnya dengan satu tangan menahan tawa saat melihat kelakuan atasannya.

Ayzel menghentikan aktivitasnya, dia mengahampiri atasannya yang sedang berusaha menyatukan kepala dan badan boneka.

“Jadi ini maksud pak Kim yang tidak memperbolehkan Alvaro menyentuh benda apapun?” batin Ayzel.

“Kalu mau tertawa tidak usah di tahan,” ujar Alvaro pada Ayzel sambil menyerahkan pajangan akrilik yang sudah rusak.

“Tidak ada yang mau tertawa pak,” balas Ayzel. Meskipun sebenarnya saat ini dia menahan untuk tidak tertawa, bagaimanapun dia tetap merasa takut jika menyinggung Alvaro.

“Ganti saja. Itu tidak bisa di perbaiki sepertinya,” titah Alvaro pada Ayzel.

“Baik pak,”

Sepertinya suasana hati Alvaro menjadi tidak bagus setelah kejadian tadi, Ayzel tentu menyadari itu. Biar bagaimanapun dia adalah calon psikolog, perubahan sekecil apapun dia pasti akan dapat merasakan dan menebaknya. Dia tidak mungkin membiarkan begitu saja suasana hati Alvaro menjadi buruk, itu dapat mempengaruhi meetingnya dengan klien nanti.

“Pak Alvaro? Saya ijin keluar sebentar, ada yang harus saya lakukan,” Ayzel meminta ijin pada atasannya tersebut.

“Hmm ... ya,” Alvaro hanya menjawab singkat.

Ayzel sebenarnya hanya berniat pergi ke pantry sebentar, tapi di sana dia bertemu dengan Shanaz dan beberap rekan yang lain. Berakhirlah mereka saing menyapa dan megobrol sebentar, semenjak jadi asisten Alvaro memang Ayzel jarang makan siang bersama.

“Dimana?” baru lima belas menit Ayzel pergi, Alvaro sudah mencarinya.

“Lima menit lagi saya kembali,” Ayzel bergegas menyelesaikan urusannya di pantry. Dia pamit pada rekan-rekannya karena sudah di cari Alvaro.

Ayzel berjalan sambil sedikit melamun, banyak yang sedang menganggu pikirannya saat ini. Minggu ini dia ada ujian mata kuliah terakhirnya, tanggung jawabnya sebagai asisten pribadi juga sangat padat. Belum lagi tentang magang klinis yang akan dia jalani tahun ini untuk mendapatkan sertifikasi profesionalnya.

“Ayzel?” penggilan Athaya membuyarkan lamunannya.

“Iya, bu?” jawabnya.

“Jangan melamun!” Athaya menunjuk tempat sampah yang hampir di tabrak Ayzel kalau saja Athaya tidak memanggilnya tadi.

“Hehe ... iya bu. Trimakasih,” dia tersipu malu karena tingkah cerobohnya yang melamun. Ayzel meninggalkan Athaya yang masih di sana setelah dia mohon diri untuk kembali ke ruangannya.

Dia dapati Alvaro sudah berpindah posisi merebahkan diri di sofa, Ayzel megira dia tidur. Namun ternyata dia hanya berbaring sambil membaca beberapa file dari ipadnya.

“Biar modnya pak Alvaro membaik,” Ayzel membawa dua gelas minuman coklat yang dia buat di pantry tadi.

“Kamu beli ini tadi?” Alvaro merubah posisinya dari tiduran menjadi duduk untuk menerima minuman coklat yang di bawa Ayzel.

“Saya buat di pantry,” Ayzel kembali ke mejanya setelah memberikan coklat hangat pada atasannya tersebut.

“Kenapa punya saya tidak ada es batunya?” ujar Alvaro yang melihat es coklat milik Ayzel, sementara punya dia coklat hangat.

“Takut bapak flu nanti,” Ayzel menunjuk pada jendela kaca yang mengembun terkena air hujan.

“Lalu kamu sendiri mau sakit?” gantian Alvaro menunjuk minuman es coklat milik Ayzel.

“Saya tidak bisa minum panas pak,” Alvaro menatap bingung dengan ucapan Ayzel.

Ayzel menjelaskan pada Alvaro tentang metabolisme tubuhnya, juga tentang suhu tubuhnya yang lebih tinggi dari pada suhu tubuh kebanyakan orang. Di tengah-tengah obrolan mereka, Ayzel tiba-tiba ingat sesuatu. Lantas dia menghampiri atasnnya yang masih menikmati coklat hangat, Ayzel duduk di sisi sofa lain menghadap Alvaro.

“Ada apa?” Alvaro menatap Ayzel yang memegang beberap berkas di tangannya.

“Saya perlu bicara serius dengan pak Alvaro,” Ayzel mulai mebuka ipadnya.

“Katakan saja,” Alvaro membenarkan posisi duduknya dan mulai mendengarkan apa yang akan di bicarakan asistennya tersebut.

Ayzel langsung menunjukkan digital plannernya pada Alvaro, karena dia bukan tipikal orang yang bisa berbasa-basi. Selain itu untuk mempersingkat waktu, juga agar lawan bicaranya lebih paham terhadap apa yang akan dia sampaikan.

“Lalu apa yang menjadi masalahmu?” tanya Alvaro setelah membaca planner Ayzel.

“Saya harus memperjelas tanggung jawab saya di perusahaan ini dulu pak. Sebelum saya menjadi asiste pak Alvaro, saya adalah tim divisi riset dan pengembangan konsep. Beberapa konsep masih ada di tangan saya.”

Alvaro mengerti dengan maksud Ayzel. “Selama kamu menjadi asisten saya, berarti tanggung jawabmu sbagai divisi riset dan pengembangan berhenti.”

Ayzel tersenyum lega setelah mendengar ucapan atasannya tersebut, setidaknya dua beban tanggung jawab telah gugur dari pundaknya. Dia bisa lebih fokus pada tanggung jawab barunya sebagai asisten Alvaro, selain itu dia juga bisa membagi fokus untuk persiapan sidang tesisnya.

“Tapi sesekali mungkin saya akan minta pendapatmu tentang riset dan pengembangan. Karena kamu punya kualifikasi dalam bidang itu,” ucap Alvaro

“Baik pak, siap.”

Ayzel kemudia menyerahkan beberapa berkas yang harus di tanda tangani Alvaro, dia juga mengingatkan Alvaro tentang meeting dengan tim riset mengenai data hasil uji coba aplikasi kesehatan mental berbasis AI terbaru merekan.

“Pak Kim akan meneman pak Alvaro meeting nanti. Karena saya harus ke kampus untuk revisi tesis,” Alvaro mengangguk. Dari awal dia minta Ayzel untuk menjadi asistennya, Alvaro sudah tahu kalau perempuan dengan mata teduh itu harus membagi waktu antara kerja dan kuliahnya.

...***...

Hari-hari benar berjalan dengan cepat bagi Ayzel di minggu-minggu itu, bagaimana tidak jika dia harus bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan pak Alvaro. Dia memang sudah membagi waktunya, berusaha membuat semua jadwalnya terlaksana. Meskipun kadang ada satu dua jadwal yang meleset dari perkiraannya.

Pagi ini Alvaro minta di buatkan sarapan bubur ala Indonesia dengan taburan ayam juga kacang kedelai. Ayzel tampak sibuk mengaduk buburnya yang sudah setengah jadi sambil membaca kembali materi kuliahnya, karena sore ini dia ada ujian mata kuliah terakhir. Untungnya dia sudah lebih dulu membuat ayam kecap yang tinggal di hangatkan sebelum nanti dia bawa ke kantor.

“Minggu ini benar-benar menguras energiku,” Ayzel bermonolog dengan dirinya sendiri saat menyiapkan bekal sarapan untuk atasannya.

Akhir-akhir ini waktu tidurnya berkurang karena begadang menyelesaikan revisi tesis. Selain itu dia mulai mencari rumah sakit atau lembaga yang akan menjadi tempatnya magang klinis setelah tesisnya di setujui.

Seperti biasa Alvaro masih tetap menjempunya untuk berangkat ke kantor bersama dengan alasan Ayzel adalah asistennya, dia harus datang lebih pagi. Memang Alvaro biasanya datang lebih dulu dari pada karyawan lainnya, jika karyawan mereka datang am 07.45 maka Alvaro sudah ada di ruangannya jam 07.30 waktu Istanbul.

“Pak Alvaro. Sepertinya tidak perlu setiap hari menjemput saya,” Alvaro melirik tajam seolah mengingatkan Ayzel bahwa atasannya itu tidak menerima penolakan.

“Saya bisa datang tepat waktu,” Ayzel mencoba meyakinkan Alvaro. Dia benar-benar canggung karena beberapa rekan kerjanya sudah mulai menggosipkannya.

“Akan saya pertimbangkan,” Alvaro sebenarnya paham bahwa Ayzel merasa kurang nyaman, tapi Alvaro tidak perduli karena dia adalah atasannya.

“Alhamdulillah,” Ayzel tersenyum simpul. Alvaro bahkan baru tahu ternyata Ayzel juga punya lesung pipi, namun tak terlalu terlihat karena tertutup pipi chubynya.

Mereka menyusuri jalanan kota pagi hari, udaranya sangat sejuk karena sudah memasuki musim gugur. Dengan suhu kisaran 10-15 derajat di pagi hari masih membuat nyaman. Butuh waktu kurang lebih lima belas menit dari apartemen Ayzel untuk sampai kantor, dengan catatan kondisi jalanan tidak macet.

“Jam berapa saya akan meeting dengan pihak rumah sakit, Ze?” Alvaro bertanya pada Ayzel, namun tetap fokus membaca file dari ipadnya. Merasa tak ada jawaban, Alvaro memanggilnya lagi.

“Ze? Kamu dengar saya?” Alvaro menaruh ipadnya, dia melihat Ayzel setelah dua kali menjawab pertanyaan Alvaro.

Alvaro tersenyum mendapati orang yang di panggilnya ternyata terlelap tidur, dia tidur dengan menyandarkan kepalanya pada kaca mobil. Dia memandangi satu persatu tiap bagian wajah Ayzel, garis alis yang tidak tipis namun juga tidak tebal. Bulu mata lentik natural, hidung yang tidak terlalu mancung dan bibir tipis dengan warna lipstik yang sesuai dengan kulitnya menambah parasnya semakin mempesona.

“Allahuakbar,” Ayzel kaget saat kepalanya teratuk kaca mobil.

“Özür dilerim,” supir Alvaro meminta maaf karena berhenti mendadak karena ada kecelakaan di depan.

“Önemli değil” tidak masalah, jawab Ayzel.

“Kamu tidak apa-apakan?” Alvaro terlihat khawatir pada Ayzel.

“Tidak apa-apa. Saya hanya terkejut, maaf pak saya ketiduran.” Ayzel menggaruk pelipisnya yang tidak gatal dengan pipi bersemu merah karena malu.

Alvaro tersenyum gemas melihat tingkah asistennya tersebut.

Karena jalanan yang macet dan adanya kecelakaan, jadilah mereka sampai di kantor sedikit terlambat dari jam biasa mereka datang. Saat ini mereka sampai kantor bertepatan dengan rekan-rekan lain, otomatis mereka akan melihat dia turun dari mobil Alvaro.

“Sampai kantor saat yang lain belum datang ternyata lebih baik,” gumam lirihnya sambil menghela napas.

“Tidak usah khawatir. Saya yang akan menegur langsung jika mereka menggosipkanmu,” Alvaro menyadari keresahan Ayzel saat ini.

“Tidak bisa seperti itu pak Alvaro. Justru anda membunuh saya nanti dengan bertindak seperti itu,” Ayzel protes pada Alvaro.

“Kalau begitu saya cukup bilang kamu calon istri saya,” Ayzel membelalakkan matanya, masih saja dia terkejut dengan ucapan atasannya itu. Padahal entah sudah berapa kali Alvaro mengeluarkan cletukan-cletukan yang di luar pemikiran Ayzel.

“Gak lucu Alvaro,” Ayzel menutup mulutnya. Dia terkejut dengan ucapannya sendiri, sementara Alvaro bukannya marah justru menahan tawa.

“Mulutmu Ayzel,” batin Ayzel sambil buru-buru dia turun dari mobil karena malu. Alvaro tak dapat menahan tawa ketika melihat asistennya salah tingkah karena ulahnya sendiri.

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

🤣🤣🤣🤣keceplosan ya Ay...

2025-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3 Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4 Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5 Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6 Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7 Chapter 7. Makan Malam
8 Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9 Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10 Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11 Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12 Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13 Chapter 13. Makan siang berempat
14 Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15 Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16 Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17 Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18 Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19 Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20 Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21 Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22 Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23 Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24 Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25 Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26 Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27 Chapter 27. Indonesia
28 Chapter 28. Cemburu
29 Chapter 29. Rooftop cafe
30 Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31 Chapter 31. Deep talk rooftop
32 Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33 Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34 Chapter 34. Makan malam bersama
35 Chapter 35. My future (Zeze)
36 Chapter 36. Quality Time
37 Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38 Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39 Chapter 39. Menepati Janji
40 Chapter 40. Pelukan pertama
41 Chapter 41. Hubby
42 Chapter 42. Pesan tanpa nama
43 Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44 Chapter 44. Pillow talk
45 Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46 Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47 Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48 Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49 Chapter 49. Ayzel & Klien
50 Chapter 50. Ketahuan Athaya
51 Chapter 51. Merajuk sebentar
52 Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53 Chapter 53. Mulai merasakan luka
54 Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55 Chapter 55. Kamu menyakitiku
56 Chapter 56. Ayzel Sakit
57 Chapter 57. Kemarahan Naira
58 Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59 Chapter 59. Naira lagi
60 Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61 Chapter 61. Blue Sapphire
62 Chapter 62. Alvaro khawatir
63 Chapter 63. Blunt bob tint blue
64 Chapter 64. Tentang Naima
65 Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66 Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67 Chapter 67. Dia istri saya
68 Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69 Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70 Chapter 70. Mantra ketulusan
71 Chapter 71. Jangan bohongi aku
72 Chapter 72. Dia asistenku
73 Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74 Chapter 74. Kembalinya Naima
75 Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76 Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77 Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78 Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79 Chapter 79. Dia di Jerman
80 Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81 Chapter 81. Menemukanmu
82 Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83 Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84 Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85 Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86 Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87 Chapter 87. Aku cemburu
88 Chapter 88. Peluk
89 Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90 Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91 Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92 Chapter 92. Bucin episode baru
93 Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94 Chapter 94. Aku merindukanmu
95 Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96 Chapter 96. Uncle Pororo
97 Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98 Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99 Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100 Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101 Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102 Chapter 102. Duck Syndrom
103 Chapter 103. Anakmu lapar
104 Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105 Chapter 105. Naima salah kira
106 Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107 Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108 Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109 Chapter 109. My wife forever and ever
110 Chapter 110. Peninggalan Grace
111 Chapter 111. Gantungan Couple
112 Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113 Chapter 113. Temani aku kekantor
114 Chapter 114. Gyoza Mandu
115 Ikut meeting
116 Alvaro, so sweet
117 Di satukan Oleh Tuhan
118 Selamatkan bayi
119 Tindakan Operasi
120 Di sini indah, bukan?
121 Dia kembali
122 Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123 Bangun dari koma
124 Karena Zeze takdirku
125 Pulang ke rumah
126 Terima kasih cintaku
127 Kembali ke Istanbul
128 Rujak bebek jadi rujak es krim
129 Suami siaga
130 Baby boy
131 Altezza Hakala Jaziero (End)
132 Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133 Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134 Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3
Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4
Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5
Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6
Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7
Chapter 7. Makan Malam
8
Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9
Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10
Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11
Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12
Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13
Chapter 13. Makan siang berempat
14
Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15
Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16
Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17
Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18
Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19
Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20
Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21
Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22
Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23
Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24
Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25
Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26
Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27
Chapter 27. Indonesia
28
Chapter 28. Cemburu
29
Chapter 29. Rooftop cafe
30
Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31
Chapter 31. Deep talk rooftop
32
Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33
Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34
Chapter 34. Makan malam bersama
35
Chapter 35. My future (Zeze)
36
Chapter 36. Quality Time
37
Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38
Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39
Chapter 39. Menepati Janji
40
Chapter 40. Pelukan pertama
41
Chapter 41. Hubby
42
Chapter 42. Pesan tanpa nama
43
Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44
Chapter 44. Pillow talk
45
Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46
Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47
Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48
Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49
Chapter 49. Ayzel & Klien
50
Chapter 50. Ketahuan Athaya
51
Chapter 51. Merajuk sebentar
52
Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53
Chapter 53. Mulai merasakan luka
54
Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55
Chapter 55. Kamu menyakitiku
56
Chapter 56. Ayzel Sakit
57
Chapter 57. Kemarahan Naira
58
Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59
Chapter 59. Naira lagi
60
Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61
Chapter 61. Blue Sapphire
62
Chapter 62. Alvaro khawatir
63
Chapter 63. Blunt bob tint blue
64
Chapter 64. Tentang Naima
65
Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66
Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67
Chapter 67. Dia istri saya
68
Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69
Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70
Chapter 70. Mantra ketulusan
71
Chapter 71. Jangan bohongi aku
72
Chapter 72. Dia asistenku
73
Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74
Chapter 74. Kembalinya Naima
75
Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76
Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77
Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78
Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79
Chapter 79. Dia di Jerman
80
Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81
Chapter 81. Menemukanmu
82
Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83
Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84
Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85
Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86
Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87
Chapter 87. Aku cemburu
88
Chapter 88. Peluk
89
Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90
Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91
Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92
Chapter 92. Bucin episode baru
93
Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94
Chapter 94. Aku merindukanmu
95
Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96
Chapter 96. Uncle Pororo
97
Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98
Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99
Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100
Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101
Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102
Chapter 102. Duck Syndrom
103
Chapter 103. Anakmu lapar
104
Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105
Chapter 105. Naima salah kira
106
Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107
Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108
Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109
Chapter 109. My wife forever and ever
110
Chapter 110. Peninggalan Grace
111
Chapter 111. Gantungan Couple
112
Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113
Chapter 113. Temani aku kekantor
114
Chapter 114. Gyoza Mandu
115
Ikut meeting
116
Alvaro, so sweet
117
Di satukan Oleh Tuhan
118
Selamatkan bayi
119
Tindakan Operasi
120
Di sini indah, bukan?
121
Dia kembali
122
Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123
Bangun dari koma
124
Karena Zeze takdirku
125
Pulang ke rumah
126
Terima kasih cintaku
127
Kembali ke Istanbul
128
Rujak bebek jadi rujak es krim
129
Suami siaga
130
Baby boy
131
Altezza Hakala Jaziero (End)
132
Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133
Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134
Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!