Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro

Ayzel sangat fokus dengan apa yang sedang dia lakukan saat ini, hari ini dia tidak ada jadwal kuliah maupun bimbingan untuk tesisnya. Menjadi asisten pribadi adalah hal baru untuknya saat ini, bagaimana tidak kalau dia saja adalah lulusan psikolog dan sedang berusaha meraih gelar S2 nya untuk mendapatan lisensi sebagai psikolog agar dapat membuka lembaga praktik.

Alvaro tersenyum melihat betapa fokusnya asisten barunya itu, dia terlihat mempesona dalam balutan hijab berwarna pastel. Terlebih saat fokus dengan apa yang di kerjakannya.

“Pak Alvaro butuh bantuan?” Ayzel menyadari sedang di tatap oleh Alvaro.

“Kamu benar tidak ingat saya?” pertanyaan itu lagi yang keluar dari mulut atasannya.

“Maaf pak, tapi saya benar-benar tidak ingat” Ayzel menahan untuk tidak tertawa melihat Alvaro yang mencebik mendengar jawabannya.

“Ya sudahlah. Lanjutkan pekerjaanmu,” mereka berdua kembali fokus dengan pekerjaan masing-masing.

Kini gantian Ayzel memperhatikan aktivitas Alvaro yang tak sedikitpun meninggalkan meja kerjanya kecuali urusan kamar mandi, ponsel di dekatnya selalu berbunyi. Bahkan dia menjawab dengan bahasa yang berbeda-beda, seperti yang rekan-rekannya bicarakn bahwa perusahaannya berdiri di beberapa negara berbeda.

Ayzel masih terus memperhatikan atasannya itu, kali ini dia mondar mandir ke kanan dan ke kiri sambil berbicara entah dengan siapa di ujung telepon. Ayzel langsung mengalihkan pandangannya saat terlihat Alvaro bahwa dia sedang memperhatikan atasannya.

Ayzel benar-benar gugup saat ketahuan memeperhatikan Alvaro dari mejanya, saking gugupnya membuat dia cegukan. Dia segera minum untuk menghilangkan cegukannya, tiba-tiba Alvaro sudah duduk di kursi yang ada di depan meja Ayzel. Ayzel tersedak minumannya karena terkejut sampai terbatuk-batuk.

“Pelan-pelan Ze,” Alvaro mengambil tisu dan di berikannya pada Ayzel.

Ayzel mengambil tisu dari tangan Alvaro. “Trimakasih pak Alvaro”

“Tidak perlu sembunyi-sembunyi kalau mau memandang saya. Saya tidak ke mana-mana,” Alvaro menopang dagunya dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja Ayzel. Dia menatap Ayzel dalam sambil tersenyum menampilkan ke kedua lesung pipinya yang dapat menghipnotis semua karyawan perempuan di sana.

“Hmm ... bukan seperti itu pak,” Ayzel berusaha menjelaskan. Meskipun di dalam hati saat ini dia sedang mengumpat untuk dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mengulang ke bodohan yang sama seperti saat di ruang meeting waktu itu.

“Hari ini ada kelas?” Alvaro pindah duduk di sofa yang ada di ruangannya.

“Tidak ada pak,” Ayzel kembali fokus  mulai mencatat beberapa jadwal Alvaro dalam journal digital miliknya.

Alvaro melihat arlojinya kemudian berdiri dari sofa. “Bereskan barang bawaanmu, ikut saya sekarang”

Baru hari pertama dia menjadi asisten, Ayzel merasa sudah sangat sibuk. Padahal setengah hari ini dia hanya di ruangan atasannya dan membaca semua jadwal kegiatan harian Alvaro.

“Baik pak,” Ayzel memasukkan macbook  dan ipadnya ke dalam tas. Tak lupa dia juga membawa berkas yang berisi semua jadwal harian Alvaro beserta dengan orang-orang penting yang akan di jumpai Alvaro selama di Turki.

Ayzel membawa berkas itu pulang untuk dia pelajari sepenuhnya, tidak akan cukup jika dia hanya membaca di kantor sementara dia akan di kejar deadline. Belum lagi dia akan ada ujian mata kuliah terakhirnya, memastikan jadwal konsultasi tesisnya tidak akan bentrok dengan tanggung jawab barunya.

“Mau ke mana?” Shahnaz mendekat dan berbisik saat melihat Ayzel berjalan di belakang atasannya.

“Tidak tahu, aku di minta ikut dengan pak Alvaro. Özür dilerim,” Ayzel minta maaf pada Shahnaz karena tidak jadi makan siang bersamanya.

“Tamam. Kolay gelsin,”Shahnaz menjawab ok dan menyemangati Ayzel dengan mengatakan semoga pekerjaanmu lancar. Dia tahu Ayzel tidak bisa menolak karena mungkin saja pak Alvaro mengajaknya bertemu dengan klien penting.

“Teşekkür ederim,” terima kasih ucap Ayzel dan dia berlalu pergi mengekori Alvaro.

Ayzel kira Alvaro menggunakan supir pribadi seperti biasanya, ternyata hari ini dia menyetir sendiri. Pak Kim juga tidak ikut dengan mereka berdua, entah kemana dia karena sampai saat ini dia belum terlihat lagi setelah tadi pagi pamit pergi untuk melakukan tugas lain pada Alvaro.

“Duduk di depan, saya bukan supir kamu Ze” Alvaro protes pada Ayzel yang sudah membuka pintu mobil bagian belakang.

“Maaf pak,” Ayzel menutup kembali pintu mobil belakang, kemudian berpindah duduk di depan samping kemudi. Alvaro menjalankan mobilnya, suasana hening karena ke duanya menjadi canggung. Ayzel memberanikan diri bertanya untuk memecah ke heningan diantara mereka.

“Maaf pak Alvaro, kita mau ke mana ya?” ucap Ayzel sedikit ragu, takut kalau Alvaro tidak suka dengan apa yang di lakukan.

“Makan siang,” jawaban singkat padat dari Alvaro cukup membuat Ayzel menelan salivanya sendiri. Tak habis pikir dengan kelakuan atasannya, belum ada satu hari ada saja hal yang membuat Ayzel merasa sedang berada di atmosfir yang berbeda dengan kesehariannya.

“Saya kira pak Alvaro akan bertemu klien,” Ayzel akhirnya mulai mengerti. Sepertinya butuh cara khusus menghadapi atasannya, sejenak dia lupa siapa dirinya sendiri. Bukankah dia calon psikolog, harusnya dia bisa menghadapi situasi seperti ini dengan mudah.

“Kita akan makan siang. Setelah itu saya antar kamu pulang,” Ayzel memijat ke dua pelipisnya kali ini setelah mendengar ucapan atasannya itu.

“Tidak perlu pak, saya bisa pulang sendiri” ucap Ayzel

“Tidak ada penolakan. Kamu sekarang asisten saya Ze, saya harus tahu di mana kamu tinggal dan kamu harus tahu di mana saya tinggal. Saya tidak menerima bantahan,” ucap Alvaro tegas.

“Baik pak,” Ayzel mengiyakan setelah mendengar ucapan tegas dari Alvaro. Hening itu yang terjadi setelah percakapan mereka berdua berahir dengan Ayzel yang tak berani menolak perkataan Alvaro. Ayzel bahkan tidak berani bertanya mereka akan makan siang di mana.

Setelah perjalanan beberapa waktu mereka sampai di tempat Alvaro mengajaknya makan, tempat itu tidak asing untuk Ayzel karena dia sering makan di tempat itu.

“Kita sudah sampai,” Alvaro melepas sabuk pengamannya setelah mematikan mesin mobil.

“Dukkan galata?” Ayzel memastikan pada Alvaro bahwa atasannya itu tidak salah tempat.

“Yes ... di sini kita akan makan. Bukankah kamu sering makan di sini juga?” pertanyaan yang cukup membuat Ayzel terkejut untuk ke sekian kalinya.

“I-iya pak,” jawab Ayzel dengan senyum kecut. Dia mulai overthingking bagaimana Alvaro bisa tahu tentang hal itu, mendengar hal tersebut Ayzel berpikir keras di mana sebenarnya mereka pernah bertemu. Siapa sebenarnya atasannya itu sampai dia tahu restonan yang mereka datangi saat ini adalah tempat Ayzel sering menghabiskan waktu.

Mereka berjalan masuk ke dalam restoran, karena Ayzel sering ke tempat itu tentu hampir semua karyawan terutama pemiliknya tahu. Tentunya mereka di sambut dengan hangat oleh pemiliknya yang kebetulan sedang berada di restoran.

“Lunara Zekai, kekasih?” pemilik resto memang selalu memanggil Ayzel dengan sebutan tersebut, karena namanya terlalu panjang jadi dia panggil nama depan dan belakang.

“Bukan, beliau ini ....” belum sempat Ayzel meneruskan ucapannya sudah di potong Alvaro.

“Saya bukan ke kasihnya,” Ayzel tersenyum lega mendengar jawaban lvaro.

“Tapi calon suaminya,” Ayzel dengan raut wajah kebingungan seketika menghela napas panjang mendengar ucapan atasannya. Alvaro terkekeh melihat raut wajah asistennya itu.

“Woooah, good job” pemilik resto meminta karyawannya untuk mengantar mereka berdua duduk di salah satu tempat dengan pemandangan yang lebih romantis dari tepat duduk yang lain.

Sementara Ayzel masih termangu dengan raut wajah bingung, Alvaro menarik lengan baju Ayzel agar dia berjalan mengikutinya. Karyawan resto membawa mereka masuk ke dalam ruangan yang sudah di dekorasi dengan cantik dan romantis, dengan pemandangan menghadap bagian luar restoran yang cantik.

“Pak Alvaro?” seolah paham apa yang akan di tanyak Ayzel, Alvaro berpindah posisi di mana Ayzel berdiri dan dia memutar tubuh Ayzel untuk menghadap sebuah tulisan yang ada di dekat pintu masuk.

Alvaro menunjuk tulisan itu, membuat Ayzel mengalihkan netranya ikut membaca tulisan tersebut.

“Lumayan dapat diskon,” Alvaro berbisik pada Ayzel.

Promo untuk hari ini, mereka yang datang dengan pasangannya cukup membayar 50% dari harga makanan yang mereka pesan. Kurang lebih seperti itu tulisan yang ada di dekat pintu masuk. Malu dan kesal itu yang ada dalam benak Ayzel, dia sudah berpikir terlalu jauh. Kalau bukan atasannya, mungkin Ayzel sudah akan meneriaki atau memukul Alvaro.

Mereka berusaha duduk dengan nyaman berusaha untuk tidak terlihat canggung, Alvaro yang tadinya duduk menghadap Ayzel berpindah menjadi di sampingnya.

“Kenapa pindah kemari pak?” protes Ayzel pada Alvaro.

“Kan kita calon suami istri, Ze sayang” Ayzel melotot pada Alvaro seolah tak perduli lagi kalau orang yang ada di sampingnya itu adalah atasannya.

“Pak Alvaro!” Ayzel menaikkan sedikit tone suaranya pada Alvaro.

“Biar terlihat seperti pasangan sungguhan,” Alvaro kembali terkekeh melihat ekspresi kesal Ayzel yang terlihat menggemaskan bagi Alvaro.

“Gak nyangka CEO seperti pak Alvaro tertarik dengan diskon?” Ayzel mulai tak canggung mengatai atasannya itu.

“Berhemat Ze, seperti kamu yang berhemat saat tinggal di sini. Meskipun saya CEO tapi ini bukan negara tempat saya di lahirkan,” Ayzel mengangguk meskipun tetap saja untuk CEO seperti dia rasanya tidak mungkin harus menghemat sampai sepeti itu.

Ternyata tak cukup sampai di situ, Alvaro mengeluarkan ucapan yang cukup membuat Ayzel tak habis pikir dengan kelakuan atasannya tersebut.

"Saya tertarik dengan kamu bukan dengan diskonnya,” Alvaro tertawa renyah setelah mengatakan hal tersebut. Alvaro seperti mendapat mainan baru melihat raut muka Ayzel yang merah karena kesal dan menahan marah padanya.

“Seandainya pak Alvaro bukan atasan saya, sepatu ini sudah melayang mengenai anda” Ayzel menunjuk sepatu yang dia pakai.

“Boleh, ayo silahkan! Dengan begitu saya ada alasan untuk istirahat, lagi pula saya tidak akan tugi. Justru kamu yang rugi karena harus bertanggung jawab merawat saya,” Ayzel sudah tidak bisa berkata-kata lagi mendengar jawaban atasannya itu. Tanpa di sadari mereka mulai lebih santai dan tidak canggung lagi satu sama lain.

Apakah Ayzel baper dengan ucapan dan tingkah Alvaro padanya? Tentu tidak, justru dia takut pada apa yang Alvaro lakukan padanya. Dia takut itu semua hanya semu, terlebih Alvaro adalah seorang CEO yang mungkin saja sudah punya seseorang yang spesial di hatinya. Ayzel telah mengunci rapat hatinya, dia takut untuk menaruh harapan pada siapapun. Dia memilih untuk fokus mengupgrade dirinya menjadi perempuan dengan kemampuan yang terus bisa dia kembangkan.

Alvaro maupun Ayzel menikmati makanannya, sperti biasa Ayzel memesan es latte, menemen cheese dan croissant plain. Sedangkan Alvaro memilih omelette  cheese and avocado dengan minuam es americano.

“Trimakasih pak Alvaro sudah mengantar saya,” Ayzel turun dari mobil Alvaro.

“Hemm ... apartemen kamu yang mana?” Ayzel menunjuk salah satu bangunan yang termasuk masih lumayan baru dan cukup nyaman untuk di huni meskipun hanya studio (1+1).

“Hati-hati di jalan pak, saya masuk dulu pak Alvaro” Ayzel sudah akan pergi sebelum Alvaro memanggilnya kembali.

“Ze ...” Ayzel menoleh.

“Ya,” Alvaro memberikan ponselnya pada Ayzel.

“Saya belum punya no telepon kamu. Bagaimana kalau besok tiba-tiba harus menghubungimu,” Ayzel lupa kalau mereka belum bertukar nomor telepon. Alvaro melajukan mobilnya untuk pulang setelah mendapatkan nomor telepon Ayzel.

Seperti biasa setelah sampai apartemen Ayzel akan berberes rumah sebentar, biasanya dia lakukan malam hari. Tapi kali ini dia pulang masih sore dan tidak harus ke kampus, setelah berberes dia istirahat sebentar sebelum nanti malam dia menyempatkan diri untuk membaca atau menyelesaikan tesisnya.

Dia sudah membuat makan malam sederhana, nasi goreng dengan topping ayam dan telur dengan segelas jus strawberry. Ayzel membuka berkas yang dia bawa dari kantor, setelah ibadah isya’ dia mulai mensinkronkan jadwal Alvaro dengan jadwal aktivitas hariannya.

Ayzel mulai menulis jadwal-jadwal Alvaro pada journal digitalnya, dia mengatur ulang hampir semua jadwal hariannya. Ayzel menghela napas panjang, karena semua jadwal yang sudah tersusun dengan rapi tiba-tiba berubah dalam satu malam.

“Padat sekali jadwalku. Ah bukan, bukan jadwalku. Lebih tepatnya jadwal pak Alvaro,” gumamnya pada diri sendiri.

Ayzel tidak hanya harus membagi waktu untuk tesisnya tapi dia harus mulai mencari tempat untuk dia melakukan praktik lapangannya sebagai psikolog. Dia sudah harus memulai praktiknya sekitar lima bulan lagi untuk mendapatkan lisensi praktiknya jika tesisnya lolos.

“Sepertinya besok atau lusa aku harus bicara dengan bu Athaya terkait magangku. Aku juga harus bicara dengan pak Alvaro terkait jadwalnya,” Ayzel menyudahi aktivitasnya hari itu dan merebahkan dirinya di kasur. Semoga hari esok menjadi hari yang lebih baik, itu harapannya.

 

 

Terpopuler

Comments

Nori

Nori

Terkesima dengan alur ceritanya, semoga terus berkembang 👏

2024-11-22

1

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

kayanya si ayzel pernah dikecewakan yaa🤔🤔

2025-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3 Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4 Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5 Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6 Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7 Chapter 7. Makan Malam
8 Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9 Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10 Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11 Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12 Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13 Chapter 13. Makan siang berempat
14 Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15 Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16 Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17 Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18 Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19 Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20 Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21 Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22 Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23 Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24 Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25 Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26 Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27 Chapter 27. Indonesia
28 Chapter 28. Cemburu
29 Chapter 29. Rooftop cafe
30 Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31 Chapter 31. Deep talk rooftop
32 Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33 Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34 Chapter 34. Makan malam bersama
35 Chapter 35. My future (Zeze)
36 Chapter 36. Quality Time
37 Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38 Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39 Chapter 39. Menepati Janji
40 Chapter 40. Pelukan pertama
41 Chapter 41. Hubby
42 Chapter 42. Pesan tanpa nama
43 Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44 Chapter 44. Pillow talk
45 Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46 Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47 Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48 Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49 Chapter 49. Ayzel & Klien
50 Chapter 50. Ketahuan Athaya
51 Chapter 51. Merajuk sebentar
52 Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53 Chapter 53. Mulai merasakan luka
54 Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55 Chapter 55. Kamu menyakitiku
56 Chapter 56. Ayzel Sakit
57 Chapter 57. Kemarahan Naira
58 Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59 Chapter 59. Naira lagi
60 Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61 Chapter 61. Blue Sapphire
62 Chapter 62. Alvaro khawatir
63 Chapter 63. Blunt bob tint blue
64 Chapter 64. Tentang Naima
65 Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66 Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67 Chapter 67. Dia istri saya
68 Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69 Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70 Chapter 70. Mantra ketulusan
71 Chapter 71. Jangan bohongi aku
72 Chapter 72. Dia asistenku
73 Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74 Chapter 74. Kembalinya Naima
75 Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76 Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77 Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78 Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79 Chapter 79. Dia di Jerman
80 Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81 Chapter 81. Menemukanmu
82 Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83 Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84 Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85 Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86 Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87 Chapter 87. Aku cemburu
88 Chapter 88. Peluk
89 Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90 Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91 Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92 Chapter 92. Bucin episode baru
93 Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94 Chapter 94. Aku merindukanmu
95 Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96 Chapter 96. Uncle Pororo
97 Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98 Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99 Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100 Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101 Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102 Chapter 102. Duck Syndrom
103 Chapter 103. Anakmu lapar
104 Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105 Chapter 105. Naima salah kira
106 Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107 Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108 Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109 Chapter 109. My wife forever and ever
110 Chapter 110. Peninggalan Grace
111 Chapter 111. Gantungan Couple
112 Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113 Chapter 113. Temani aku kekantor
114 Chapter 114. Gyoza Mandu
115 Ikut meeting
116 Alvaro, so sweet
117 Di satukan Oleh Tuhan
118 Selamatkan bayi
119 Tindakan Operasi
120 Di sini indah, bukan?
121 Dia kembali
122 Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123 Bangun dari koma
124 Karena Zeze takdirku
125 Pulang ke rumah
126 Terima kasih cintaku
127 Kembali ke Istanbul
128 Rujak bebek jadi rujak es krim
129 Suami siaga
130 Baby boy
131 Altezza Hakala Jaziero (End)
132 Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133 Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134 Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2 : Kesibukan baru Ayzel
3
Chapter 3 : Hari pertama menjadi asisten Alvaro
4
Chapter 4. Breakfast untuk Alvaro
5
Chapter 5. Minggu - minggu sibuk untuk Ayzel
6
Chapter 6. Perhatin Alvaro pada Ayzel
7
Chapter 7. Makan Malam
8
Chapter 8. Alvaro tiba-tiba kembali ke korea
9
Chapter 9. Ayzel memblokir Alvaro
10
Chapter 10. Alvaro kembali ke Istanbul
11
Chapter 11. Kembali menjadi asisten alvaro
12
Chapter 12. Perubahan sikap Ayzel pada Alvaro
13
Chapter 13. Makan siang berempat
14
Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya
15
Chapter 15. Kotak bekal ucapan terimakasih
16
Chapter 16. Makan siang bersama atau ruang meeting
17
Chapter 17. Dibalik nama Zekai
18
Chapter 18. Deep talk Ayzel x Humey
19
Chapter 19. Oatmeal untuk Alvaro
20
Chapter 20. Masuk Rumah Sakit
21
Chapter 21. Ayzel dan dua toddler dewasanya
22
Chapter 22. Deeptalk Alvaro x Humey & Ayzel x Kim Roan
23
Chapter 23. Ayzel terlihat marah
24
Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
25
Chapter 25. Alvaro & segala bentuk perhatiannya
26
Chapter 26. Kebersamaan singkat Ayzel x Alvaro
27
Chapter 27. Indonesia
28
Chapter 28. Cemburu
29
Chapter 29. Rooftop cafe
30
Chapter 30. Coklat Hitam keberuntugan
31
Chapter 31. Deep talk rooftop
32
Chapter 32. Ziero Dark Cocho
33
Chapter 33. Manis tapi bukan gula
34
Chapter 34. Makan malam bersama
35
Chapter 35. My future (Zeze)
36
Chapter 36. Quality Time
37
Chapter 37. Kejutan untuk Ayzel
38
Chapter 38. Tiba-tiba suami istri
39
Chapter 39. Menepati Janji
40
Chapter 40. Pelukan pertama
41
Chapter 41. Hubby
42
Chapter 42. Pesan tanpa nama
43
Chapter 43. Obrolan ringan Ayzel x para asisten
44
Chapter 44. Pillow talk
45
Chapter 45. Kembali ke Istanbul
46
Chapter 46. Günaydin aşkim (Selamat pagi cintaku)
47
Chapter 47. Cemburu dapat jackpot
48
Chapter 48. Tak ingin ke hilanganmu
49
Chapter 49. Ayzel & Klien
50
Chapter 50. Ketahuan Athaya
51
Chapter 51. Merajuk sebentar
52
Chapter 52. Hanya sedikit kesal
53
Chapter 53. Mulai merasakan luka
54
Chapter 54. Perubahan sikap Ayzel
55
Chapter 55. Kamu menyakitiku
56
Chapter 56. Ayzel Sakit
57
Chapter 57. Kemarahan Naira
58
Chapter 58. Kemarahan Naira part 2
59
Chapter 59. Naira lagi
60
Chapter 60. Panggilan hubby kembali
61
Chapter 61. Blue Sapphire
62
Chapter 62. Alvaro khawatir
63
Chapter 63. Blunt bob tint blue
64
Chapter 64. Tentang Naima
65
Chapter 65. Pancake hitam bentuk love
66
Chapter 66. Alvaro selalu ketahuan Ayzel
67
Chapter 67. Dia istri saya
68
Chapter 68. Blue sapphirenya Alvaro
69
Chapter 69. Ayzel memberi tahu lokasi peneror
70
Chapter 70. Mantra ketulusan
71
Chapter 71. Jangan bohongi aku
72
Chapter 72. Dia asistenku
73
Chapter 73. Kim Nana & Morning Kiss dari Ayzel
74
Chapter 74. Kembalinya Naima
75
Chapter 75. Satu Jam Waktumu
76
Chapter 76. Dia adalah Kim Nana
77
Chapter 77. Ayzel benar - benar pergi
78
Chapter 78. Guten Morgen, Ayzel
79
Chapter 79. Dia di Jerman
80
Chapter 80. Aku akan menjemputmu
81
Chapter 81. Menemukanmu
82
Chapter 82.Usaha meluluhkan Ayzel
83
Chapter 83. Usaha meluluhkan Ayzel (2)
84
Chapter 84. Ide nakal Alvaro
85
Chapter 85. Zeze istri tercintanya Alvaro
86
Chapter 86. Malaikat kecilnya mama Zeze
87
Chapter 87. Aku cemburu
88
Chapter 88. Peluk
89
Chapter 89. Naira kurir pesan antar 30 jt
90
Chapter 90. Panggilan baru Alvaro
91
Chapter 91. Kim Roan (jantungku berdebar)
92
Chapter 92. Bucin episode baru
93
Chapter 93. Sisi lain dan ketulusan Naira untuk Zeze
94
Chapter 94. Aku merindukanmu
95
Chapter 95. Ngidam Ayzel untuk Naira & Kim Roan
96
Chapter 96. Uncle Pororo
97
Chapter 97. Hari terakhir di Jerman
98
Chapter 98. Sampai di Korea lagi
99
Chapter 99. Pertemukan Aku dengan Kim Nana
100
Chapter 100. yang terlihat mata belum tentu benar adanya
101
Chapter 101. Aku ketahuan (Naira)
102
Chapter 102. Duck Syndrom
103
Chapter 103. Anakmu lapar
104
Chapter 104. Libatkan aku dalam hal apapun
105
Chapter 105. Naima salah kira
106
Chapter 106. Peri pencabut hama (Naira)
107
Chapter 107. Bayi habis pemotretan
108
Chapter 108. Terimakasih sudah mengandung anak kita
109
Chapter 109. My wife forever and ever
110
Chapter 110. Peninggalan Grace
111
Chapter 111. Gantungan Couple
112
Chapter 112. Terlalu banyak kebetulan
113
Chapter 113. Temani aku kekantor
114
Chapter 114. Gyoza Mandu
115
Ikut meeting
116
Alvaro, so sweet
117
Di satukan Oleh Tuhan
118
Selamatkan bayi
119
Tindakan Operasi
120
Di sini indah, bukan?
121
Dia kembali
122
Kembalilah. Tempatmu bukan di sini
123
Bangun dari koma
124
Karena Zeze takdirku
125
Pulang ke rumah
126
Terima kasih cintaku
127
Kembali ke Istanbul
128
Rujak bebek jadi rujak es krim
129
Suami siaga
130
Baby boy
131
Altezza Hakala Jaziero (End)
132
Part Extra (Alvaro si bucin kronik)
133
Part Extra 2 (Kemasan saset Alvaro)
134
Birlikte yaşlanmak istiyorum. (Final)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!