BAB 2: SUARA YANG TAK PERNAH DIAM

Arjuna duduk di tepi tempat tidurnya, tatapan matanya kosong menatap mawar merah yang kini tergeletak di meja kayu usang di sampingnya. Cahaya matahari pagi yang lembut mencoba menembus tirai jendela, tapi ruangan itu terasa tetap suram, seperti ada bayangan yang terus mengintai.

Semalaman dia tidak tidur. Setiap kali dia memejamkan mata, wajah wanita itu muncul lagi, memanggilnya dengan suara lirih yang menembus mimpi. “Tolong aku... ini baru permulaan.” Kata-kata itu terus terngiang di telinganya, menggema, membuatnya semakin gelisah.

“Apa yang kau inginkan dariku?” Arjuna bergumam, mengusap wajahnya yang lelah.

Pikirannya berkecamuk. Peristiwa malam sebelumnya terasa seperti mimpi buruk, tapi luka kecil di jarinya, bekas duri mawar yang menusuk, membuktikan semuanya nyata. Tidak ada yang tahu dia pergi ke rumah itu—bahkan ibunya yang selalu khawatir pun tidak curiga saat dia kembali pagi buta, basah kuyup dan gemetar.

Namun, Arjuna tahu bahwa dirinya tidak bisa terus mengabaikan ini. Mawar merah di meja itu... kenapa tidak layu sama sekali? Kenapa aromanya masih tetap sama kuatnya seperti malam itu?

 

Ketukan di pintu membuyarkan pikirannya.

“Jun, kau sudah bangun?” suara ibunya terdengar, lembut seperti biasa.

“Sudah, Bu. Masuk saja.”

Pintu berderit saat dibuka. Wajah ibunya langsung berubah cemas saat melihat kondisi Arjuna. “Kau sakit? Wajahmu pucat sekali.”

Arjuna memaksakan senyum. “Tidak, Bu. Hanya kurang tidur. Banyak pikiran.”

Ibu Arjuna duduk di tepi tempat tidur, menatap putranya dengan sorot penuh kasih. “Kau masih muda, Jun. Jangan terlalu banyak menanggung beban sendiri. Kalau ada yang mengganggumu, ceritakan pada Ibu.”

Arjuna ingin menceritakan semuanya—tentang suara lonceng, wanita di gaun merah, dan rumah terkutuk itu. Tapi bagaimana dia bisa menjelaskan sesuatu yang bahkan dirinya sendiri tidak mengerti?

“Tidak ada apa-apa, Bu. Hanya mimpi buruk.”

Namun, saat itu juga, suara lonceng samar terdengar lagi. Arjuna membeku. Itu adalah suara yang sama seperti malam sebelumnya. Ia menoleh ke jendela, tapi tidak ada apa-apa di luar sana kecuali angin yang menggerakkan daun-daun.

“Jun? Kau kenapa?”

“Tidak, Bu. Tidak apa-apa.”

Ibunya memiringkan kepala, memperhatikan Arjuna dengan tatapan curiga. “Kalau kau lelah, istirahat saja dulu. Ibu buatkan teh hangat, ya?”

Arjuna mengangguk, berusaha mengalihkan perhatian ibunya. Begitu ibunya keluar dari kamar, dia kembali menatap mawar merah itu. Suara lonceng semakin jelas, seperti memanggilnya lagi.

 

Arjuna tidak bisa bertahan lebih lama. Panggilan dari rumah tua itu terlalu kuat. Suara lonceng, bisikan wanita, dan bayangan gaun merah terus menghantuinya. Dengan membawa lentera yang sama seperti malam sebelumnya, dia berjalan lagi ke arah hutan, meskipun hatinya dipenuhi keraguan.

Hutan itu lebih gelap dari yang dia ingat. Suara jangkrik dan burung malam seperti lenyap, digantikan oleh keheningan yang menyesakkan. Setiap langkah terasa lebih berat, seolah ada sesuatu yang berusaha menahannya untuk tidak melanjutkan.

Namun, saat ia tiba di depan rumah tua itu, pintunya sudah terbuka, seolah menunggunya.

“Sudah tahu aku akan datang,” gumam Arjuna sambil melangkah masuk.

Ruangan itu tidak berubah, masih sama gelap dan berdebu. Tapi ada sesuatu yang berbeda kali ini—di tengah ruangan, tepat di depan cermin besar, berdiri sebuah kursi kayu dengan sebuah kotak kecil di atasnya. Kotak itu terbuat dari kayu gelap, dihiasi ukiran bunga mawar.

Arjuna ragu-ragu, tapi langkah kakinya terus mendekat, seperti ada kekuatan tak terlihat yang mengarahkannya. Dia membuka kotak itu perlahan. Di dalamnya ada sebuah kalung dengan liontin berbentuk mawar kecil, terbuat dari perak.

Saat dia menyentuh kalung itu, suara wanita itu kembali terdengar, kali ini lebih dekat.

“Kenakan... dan kau akan tahu kebenarannya...”

Arjuna mengangkat kalung itu, menatapnya dengan hati-hati. Cahaya lentera yang redup memantul di permukaan perak liontin, menciptakan bayangan yang bergerak di dinding. Dengan hati-hati, dia mengenakan kalung itu.

 

Seketika, dunia di sekitarnya berubah. Rumah tua yang gelap dan suram berubah menjadi megah, dipenuhi dengan cahaya lilin dan suara tawa tamu-tamu yang berpakaian mewah. Arjuna berdiri di tengah pesta yang ramai, tapi tidak ada yang memperhatikannya.

Di sisi lain ruangan, dia melihat wanita itu—wanita dengan gaun merah. Tapi kali ini, dia tidak terlihat menyeramkan. Dia terlihat hidup, cantik, dan penuh kebahagiaan. Senyumnya memancar saat dia berdansa dengan seorang pria muda yang tampak memujanya.

“Vera...” suara pria itu memanggil nama wanita tersebut.

Vera... nama itu terasa familiar. Arjuna mengamati dengan saksama. Tapi tiba-tiba, suasana pesta berubah. Tawa berubah menjadi teriakan. Lilin-lilin padam, dan ruangan itu dipenuhi dengan suara kaca pecah.

Vera berlari keluar dari ruangan, wajahnya penuh air mata. Arjuna mencoba mengejarnya, tapi kakinya terasa berat. Dia hanya bisa menyaksikan Vera berlari ke taman di luar, di mana pria tadi berdiri menunggu. Tapi yang mengejutkan, pria itu mengeluarkan pisau dari sakunya.

Vera menangis, memohon sesuatu, tapi pria itu tidak mendengarkannya. Dengan sekali gerakan, pria itu menusukkan pisau ke tubuh Vera, menjatuhkannya ke tanah. Mawar merah yang sebelumnya dia pegang kini berguguran, terkena darah yang mengalir dari tubuhnya.

“Kenapa... kenapa kau lakukan ini?” Vera berbisik sebelum napas terakhirnya terputus.

 

Penglihatan itu tiba-tiba hilang, dan Arjuna kembali ke ruangan gelap di rumah tua itu. Tubuhnya gemetar, dan keringat dingin membasahi wajahnya.

Wanita itu—Vera—muncul lagi, kali ini berdiri di depan cermin besar. Tapi wajahnya tidak lagi penuh kesedihan. Tatapannya penuh dendam.

“Kau harus membalaskan kematianku,” katanya, suaranya tegas. “Dia masih ada di sini. Dia tidak pernah pergi.”

“Siapa... siapa dia?” tanya Arjuna, bingung.

Wanita itu tidak menjawab. Dia hanya menunjuk ke arah pintu lain yang berada di sudut ruangan, pintu yang sebelumnya tidak ada.

Arjuna tahu dia tidak bisa mundur lagi. Jika dia ingin memahami semuanya, dia harus melangkah ke pintu itu. Tapi di balik pintu itu, dia tahu bahwa tidak ada jalan kembali.

Dengan langkah berat, dia membuka pintu tersebut, dan aroma mawar yang lebih pekat menyeruak, bersama dengan suara lonceng yang kini berbunyi tanpa henti.

Episodes
1 BAB 1: PENGANTIN MERAH
2 BAB 2: SUARA YANG TAK PERNAH DIAM
3 BAB 3: PINTU KE DUNIA LAIN
4 BAB 4: PERJANJIAN DALAM GELAP
5 BAB 5: BISIKAN MAUT DI BALIK KEMATIAN
6 BAB 6: DALAM BAYANGAN GELAP
7 BAB 7: PINTU KE DUNIA LAIN
8 BAB 8: RAHASIA DI BALIK DESA TIRTA AMERTA
9 BAB 9: UJIAN DI KUIL GELAP
10 BAB 10: BAYANGAN DI BALIK KUASA
11 BAB 11: KESEIMBANGAN YANG TERTUKAR
12 BAB 12: JEJAK DI BALIK BAYANGAN
13 BAB 13: PINTU MENUJU KEBEBASAN
14 BAB 14: PENCARIAN DI DUNIA BARU
15 BAB 15: KEHILANGAN
16 BAB 16: JEJAK YANG TERTINGGAL
17 BAB 17: AKHIR DARI SEGALANYA
18 BAB 18: PENGUNGKAPAN DI BALIK BAYANGAN
19 BAB 19: PINTU KE KETAKUTAN
20 BAB 20: PERTEMPURAN DI PINTU KEKAL
21 BAB 21: PUSARAN KEMATIAN
22 BAB 22: PENUTUPAN KEBENARAN
23 BAB 23: KEMBALI KE DUNIA
24 BAB 24: MENYUSURI KETIDAKPERCAYAAN
25 BAB 25: PERANG TERAKHIR
26 BAB 26: AWAL BARU
27 BAB 27: KABUT YANG MENYELIMUTI
28 BAB 28: JEJAK YANG TERTINGGAL
29 BAB 29: JALAN MENUJU KEGELAPAN
30 BAB 30: ISTANA BAYANGAN
31 BAB 31: PENGHADANG BAYANGAN
32 BAB 32: PENGADILAN DARAH
33 BAB 33: TERANG DI BALIK KELAM
34 BAB 34: JEBAKAN DI BAWAH BULAN
35 BAB 35: PERBURUAN DI BALIK BAYANGAN
36 BAB 36: MALAM BERDARAH DI HUTAN LARANGAN
37 BAB 37: KEJAHATAN DALAM BAYANGAN
38 BAB 38: PENGORBANAN TERAKHIR
39 BAB 39: JEJAK DI ANTARA KEHANCURAN
40 BAB 40: JEJAK DARAH DI TANAH GELAP
41 BAB 41: PENGHIANAT DI DALAM TIM
42 BAB 42: MALAM TERAKHIR DI GUDANG TUA
43 BAB 43: KUASA GELAP DI BALIK ALTAR
44 BAB 44: BAYANGAN TERAKHIR DI HUTAN KELAM
45 BAB 45: JEJAK DARAH DI KEGELAPAN
46 BAB 46: PENGHIANAT DI ANTARA KITA
47 BAB 47: KEBANGKITAN KETAKUTAN
48 BAB 48: BAYANGAN KEMATIAN
49 BAB 49 – KEBENARAN YANG TERSEMBUNYI
50 BAB 50 – PERJALANAN DI AMBANG NERAKA
51 BAB 50 – NERAKA TELAH DIBUKA
52 BAB 52 – PENGHANCURAN TOTAL
Episodes

Updated 52 Episodes

1
BAB 1: PENGANTIN MERAH
2
BAB 2: SUARA YANG TAK PERNAH DIAM
3
BAB 3: PINTU KE DUNIA LAIN
4
BAB 4: PERJANJIAN DALAM GELAP
5
BAB 5: BISIKAN MAUT DI BALIK KEMATIAN
6
BAB 6: DALAM BAYANGAN GELAP
7
BAB 7: PINTU KE DUNIA LAIN
8
BAB 8: RAHASIA DI BALIK DESA TIRTA AMERTA
9
BAB 9: UJIAN DI KUIL GELAP
10
BAB 10: BAYANGAN DI BALIK KUASA
11
BAB 11: KESEIMBANGAN YANG TERTUKAR
12
BAB 12: JEJAK DI BALIK BAYANGAN
13
BAB 13: PINTU MENUJU KEBEBASAN
14
BAB 14: PENCARIAN DI DUNIA BARU
15
BAB 15: KEHILANGAN
16
BAB 16: JEJAK YANG TERTINGGAL
17
BAB 17: AKHIR DARI SEGALANYA
18
BAB 18: PENGUNGKAPAN DI BALIK BAYANGAN
19
BAB 19: PINTU KE KETAKUTAN
20
BAB 20: PERTEMPURAN DI PINTU KEKAL
21
BAB 21: PUSARAN KEMATIAN
22
BAB 22: PENUTUPAN KEBENARAN
23
BAB 23: KEMBALI KE DUNIA
24
BAB 24: MENYUSURI KETIDAKPERCAYAAN
25
BAB 25: PERANG TERAKHIR
26
BAB 26: AWAL BARU
27
BAB 27: KABUT YANG MENYELIMUTI
28
BAB 28: JEJAK YANG TERTINGGAL
29
BAB 29: JALAN MENUJU KEGELAPAN
30
BAB 30: ISTANA BAYANGAN
31
BAB 31: PENGHADANG BAYANGAN
32
BAB 32: PENGADILAN DARAH
33
BAB 33: TERANG DI BALIK KELAM
34
BAB 34: JEBAKAN DI BAWAH BULAN
35
BAB 35: PERBURUAN DI BALIK BAYANGAN
36
BAB 36: MALAM BERDARAH DI HUTAN LARANGAN
37
BAB 37: KEJAHATAN DALAM BAYANGAN
38
BAB 38: PENGORBANAN TERAKHIR
39
BAB 39: JEJAK DI ANTARA KEHANCURAN
40
BAB 40: JEJAK DARAH DI TANAH GELAP
41
BAB 41: PENGHIANAT DI DALAM TIM
42
BAB 42: MALAM TERAKHIR DI GUDANG TUA
43
BAB 43: KUASA GELAP DI BALIK ALTAR
44
BAB 44: BAYANGAN TERAKHIR DI HUTAN KELAM
45
BAB 45: JEJAK DARAH DI KEGELAPAN
46
BAB 46: PENGHIANAT DI ANTARA KITA
47
BAB 47: KEBANGKITAN KETAKUTAN
48
BAB 48: BAYANGAN KEMATIAN
49
BAB 49 – KEBENARAN YANG TERSEMBUNYI
50
BAB 50 – PERJALANAN DI AMBANG NERAKA
51
BAB 50 – NERAKA TELAH DIBUKA
52
BAB 52 – PENGHANCURAN TOTAL

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!