Maxsim benar benar tidak akan melepaskan Anggita sebelum dirinya benar benar terpuaskan .
Keesokan harinya Anggita terbangun dengan rasa sakit di seluruh tubuhnya , rasanya remuk seperti habis terlindas truk . Kepalanya pusing dan kakinya mati rasa . Sungguh Dia tidak menyangka Maxsim akan begitu tidak berperasakan dalam menyiksanya .
Anggita menggeser tubuhnya dengan susah payah kemudian mengambil ponselnya . Jam telah menunjukan pukul tujuh tiga puluh ,masih ada waktu setengah jam untuk pergi ke kantor .
Anggita membuka laci dan mengambil sebutir obat kontrasepsi , dia beranjak dari tempat tidurnya , dan pergi menuju ke kamar mandi . setelah meminum obat itu .
Sepuluh menit kemudian Anggita telah berpakaian rapi untuk pergi ke kantor . Pagi itu Anggita mengunakan setelan blouse hitam dan segera turun ke lantai satu untuk sarapan .
"Nyonya , tuan menunggu anda untuk sarapan ."
Anggita yang baru keluar dari pintu kamarnya tercengang mendengar ucapan Artnya yang sudah menunggunya di depan pintu . Dia menahan tangan bibi indri sebagai kepala Art di vila Maxsim , yang akan turun ke lantai bawah dan bertanya .
"Apa semalam Tuan menginap di sini ." bisik Anggita .
Bibi Indri mengangkat wajahnya menatap.Anggita , dia tahu maksud pertanyaan istri Bosnya . Tapi bukan nya menjawab bibi Indri malah balik bertanya dengan sedikit penasaran .
" Apa Nyonya semalam dalam keadaan mabuk , sehingga kemarin malam Nyonya pulang di gendong oleh Tuan .dan setelah itu Tuan tidak ada keluar lagi sampai pagi . Keluar keluar sudah pagi dan pergi ke tempat latihan olah raga ." ucap Bi Indri .
Anggita kembali tertegun . Ini adalah kejadian yang pertama kalinya , Maxsim tidur satu ranjang semalaman dengannya . Biasanya Maxsim akan pergi setelah melakukan hubungan badan dengannya .
Namun kali ini bukan hanya tidak pergi , tapi juga menunggunya untuk sarapan . Apa ada suatu tragedi yang mengubah pandangannya ? Ini benar benar aneh .
"Baiklah Bi Indri , aku akan segera ke bawah ." ucap Anggita dan segera berlari ke bawah , dia tidak ingin Maxsim kelamaan menunggunya . Tapi baru beberapa langkah pertama mendadak berhenti sambil meringis .
Bibi Indri yang melihat reaksi Nyonyanya dengan cepat meraih dan menahan tangan Anggita .
"Nyonya baik baik saja ?. Alangkah baiknya Nyonya tidak menggunakan sepatu hak tinggi . Bagaimana jika Bibi ambilkan sepatu yang lain ." Tanya Bibi Indri penuh perhatian .
"Tidak perlu , Aku bisa Bi ."jawab Anggita dengan tersenyum kecut .ini semua bukan karena masalah sepatunya . Tapi karena Maxsim yang keterlaluan , tidak bisa menahan diri . Maxsim benar bwnar tidak mengampuninya , sekarang diapun kesulitan untuk berjalan .
Anggita membutuhkan kesabaran untuk sampai ke ruang makan . Anggita mengambil duduk di depan Maxsim ,memperhatikan wajahnya yang benar benar sempurna .
"Bagaimana dengan tendernya ?." Tanya Anggita sambil meraih roti yang ada di piringnya .
Namun Maxsim malah diam tidak bergeming , seolah tidak mendengar apa apa . Tentu saja Anggita tidak menyerah dan terus membahasnya . Bahkan sampai mereka berangkat kerja bersama . Anggita tidak melupakan tujuannya .
"Kamu tidak turun .?" tanya Maxsim setelah sampai di depan gerbang gedung perusahaan .Anggita masih diam membisu .
"Jika tidak mau turun , aku akan bawa kamu ke Bridt And Meeting group lo." Mata Anggita membulat sempurna .Dia cepat cepat turun setelah memastikan , tidak ada orang di sekitar .
"Ikut dengan nya ke Bridt And Meeting group , yang benar saja ." gumam Anggita . Dia tidak ingin kehidupannya yang tenang menjadi penuh masalah . Karena berita atau gosip semacamnya .
Anggita segera masuk ke departemennya . Dia berjalan dengan hati hati sambil menahan rasa nyeri di bagian intinya . Tepat saat itu , Sinta juga baru sampai .
"Hai mbak Anggi , kenapa jalanmu seperti itu ."tanya Sinta penasaran .
Tentu saja Anngita langsung menegakkan tubuhnya lalu berbalik menghadap ke arah Sinta .
"Tidak apa apa ." jawab Anggita sambil tersenyum .
"Tidak apa apa ,? Tapi kamu berjalan begitu aneh , seperti
"Jatuh ." Anggita segera memotong ucapan Sinta dengan panik .
"Aku tadi bangun kesiangan , karena buru buru aku jatuh di kamar mandi .ha ha ha ."
" Oh begitu , tidak biasanya lo , Sungguh aneh mbak Anggi, yang biasanya sangat berhati hati kenapa jadi begitu ceroboh sampai jatuh ." ucap Sinta dengan polosnya mempercayai ucapan Anggita .
Anggita tersenyum canggung ." Namanya juga manusia biasa , kadang juga bisa melakukan kesalahan dan kecerobohan . Oh iya bagaimana semalam dengan pesta rumah barunya , semua berjalan lancarkan ." Anggita mengalihkan percakapan nya .
Dan itu benar benar berhasil dia lakukan .Sinta dengan semangat 45 menceritakan semua yang terjadi kemarin malam di rumahnya .
"sayang sekali mbak Anggi tidak ada , andai mbak Anggi datang . Pasti akan lebih meriah lagi ."ucap Sinta sendu .
"ha ha ha , iya mungkin lain kali ." ucap Anggita lalu pergi berjalan menuju ke meja kubikelnya .dan membuka ponselnya , dia melihat halaman pesan dengan harapan ada notifikasi dari Maxsim tentang tender yang mereka bicarakan semalam .
Namun hasilnya nihil Anggita menghela nafas berat tidak ada pesan atau jejak telepon di sana , ini membuat Anggita agak frustasi .
"Bukankah dia keterlaluan ? Suami mana yang tidak mau membantu istrinya sendiri . Sepertinya itu hanya dia seorang ." keluh Anggita dalam hati .sambil mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja .lalu meletakkan kepala nya di atas tumpukan berkas .
Bukan Anggita tidak percaya diri dengan proposal yang telah dia buat .presentasi yang telah dia lakukan . Dia yakin proposal cukup layak untuk di pertahankan .
Yang menjadi kendala hanya latar belakang perusahaan Moonlight sebagai perusahaan yang baru di dunia perbisnisan , bagaimana mungkin dapat di bandingkan dengan sembilan perusahaan pesaing lainnya . Terlebih presentasi mereka juga sangat baik , ini membuat Anggita ragu untuk bisa berhasil memenangkan tender tersebut .
Anggita berpikir dapat membujuk Maxsim dengan mengerahkan beberapa usaha . Namun Maxsim sangat licik malah membuat seluruh tubuhnya sakit semua , namun dirinya tidak mendapatkan apapun .
"Anggita , Bos Narendra memanggilmu ." kata Rosa yang baru saja datang .
Pada saat itu Anggita seperti memiliki rasa ketakutan yang luar biasa . Untuk pergi menemui Bosnya .menurut informasi sebelumnya . Hasil tender tersebut akan di beritahukan sebelum jam 8 pagi hari ini . Dan pak Narendra memanggilnya pasti karena gagal mendapatkan tender .
Meski Pak Narendra sendiri tidak menaruh beban bagi Anggita untuk berhasil mendapatkan tender tersebut. Anggita merasa tidak bisa mengingkari kepercayaan nya .
"Anggita ! Pak Narendra memanggilmu ." teriak Rosa dengan suara sedikit tinggi , karena Anggita tidak bergeming dari tempatnya .
Saking kerasnya suara Rosa membuatnya terjingkat spontan dia menutupi kedua telinganya , lalu memukul tangan Rosa untuk memperingatkannya .
"Aku sudah dengar ,tidak perlu begitu berisik ." ucap Anggita .
Rosa mendesis meski itu tidak sakit . Secara pasti mengerucutkan bibirnya dengan kesal .
"Lagian kamu diam saja seperti tidak mendengarkan . Aku kan hanya menyampaikan pesan ." ucap Rosa .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments