Seperti Kucing dan Tikus

"Hah?"

Semua yang mendengar ucapan Stella kompak terkejut. Zahira memandangi sang Mama sambil menggelengkan kepalanya. Baru saja terbangun, Stella sudah mengucapkan kalimat yang membuat kepalanya mendadak pusing. Hal serupa terjadi pada Tristan. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja istri dari atasannya menjodohkan dirinya dengan anak gadisnya. Zahira memang cantik, tapi untuk saat ini Tristan belum kepikiran untuk mengakhiri masa lajangnya.

"Mama ngomong apa sih? Ngga usah ngaco deh."

"Udah nurut aja sama Mama. Tristan, kamu mau kan sama anak saya?" Stella melihat pada Tristan dengan wajah serius dan sukses membuatnya terkejut. Tamar berdehem kencang untuk menghentikan pembicaraan absurd istrinya.

"Sudah.. sudah.. keadaan Zahi masih lemas. Tristan, ucapan istri saya jangan dimasukkan ke hati."

"I.. iya, Pak."

"Ma, aku mau ke toilet."

Zahira beranjak dari tempatnya. Tamar memegangi anaknya, takut kalau tubuh Zahira masih lemas. Gadis itu lalu melihat pada Aditya. Tahu apa yang diinginkan adiknya, Aditya pun bersiap untuk mengantarnya ke toilet. Namun ucapan Stella menghentikan langkahnya.

"Biar Tristan aja yang antar Zahi."

"Mama.." protes Zahira.

"Saya, Tante?"

"Iya. Sekalian dites, apa kamu cocok jadi pawangnya Zahi. Sana antar Zahi."

Mau tidak mau Tristan menuruti perkataan Stella. Zahira menghentakkan kakinya. Cukup kesal dengan manuver sang Mama kali ini. Tamar hanya menggelengkan kepalanya. Tapi mau membantah istri pun percuma, dia tidak akan pernah menang berdebat. Aditya menarik kursi lalu mendaratkan bokongnya di sana.

Zahira berjalan cepat menuju toilet. Gadis itu sama sekali tidak mau melihat pada Tristan apalagi berbicara. Pria itu memang sudah menyelamatkannya tapi dijodohkan dengan pria itu lain perkara. Zahira masih betah menikmati masa lajangnya. Dia belum mau direpotkan dengan urusan rumah tangga. Apalagi Tristan seorang polisi, sama seperti Ayah dan Kakaknya. Jika menikah, sudah pasti dirinya akan menjadi nomor dua.

Tristan terus mengikuti Zahira sampai ke dekat toilet. Pria itu menyandarkan punggungnya ke dinding ketika gadis itu masuk ke toilet. Baru saja Zahira hendak masuk ke dalam bilik toilet, tiba-tiba lampu padam. Secepat kilat dia keluar lagi. Nampak Tristan masih berdiri di dekat toilet.

"Ada apa?" tanya Tristan yang melihat Zahira kembali keluar.

"Lampunya mati."

"Terus?"

"Aku takut."

Tristan mengeluarkan ponselnya. Dia menyalakan senter yang ada di ponsel lalu memberikannya pada Zahira.

"Pakai ini biar sedikit terang."

"Kamu jangan pergi."

"Iya."

"Kamu nyanyi ya."

"Buat apa?" kening Tristan mengernyit mendengar permintaan Zahira.

"Biar aku tahu kamu ngga kabur."

"Ck.. aku ngga akan kemana-mana. Sana masuk!"

"Nyanyi dulu."

"Aku ngga bisa nyanyi."

"Ngga mau tahu. Pokoknya nyanyi!"

Tristan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya demi mengisi rongga paru-parunya yang seketika terasa kosong. Wajah cantik Zahira ternyata berbanding terbalik dengan sikap menyebalkannya. Kalau saja gadis itu bukan anak atasannya, mungkin dia akan mencelupkan kepala Zahira ke kloset.

"Pokoknya nyanyi!"

Setelah mengatakan itu, Zahira kembali masuk ke toilet yang lampunya masih mati. Tak kunjung mendengar suara Tristan, Zahira berteriak dari dalam kamar mandi.

"Nyanyi!!"

Kepala Tristan menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang lain di dekatnya. Dia berdehem sebentar sebelum mengeluarkan suaranya yang jauh dari kata merdu.

"Pada hari Minggu ku ikut ke rumah sakit. Ketemu sama suster ngesot oh seram sekali. Matanya melotot mukanya jelek sekali. Dia.."

"Yaaaaa!!!"

"Astaghfirullah."

Tiba-tiba saja Zahira sudah ada di dekat Tristan lagi. Mendengar lagu yang dinyanyikan pria itu justru membuatnya semakin takut. Dia terpaksa menahan dirinya yang sudah tak tahan ingin buang air kecil.

"Kamu ngga bisa nyanyi yang benar?" tanya Zahira sambil melotot.

"Kayanya suruh nyanyi. Ini udah nyanyi."

"Ya liriknya ngga gitu!"

"Iya.. iya.. sana masuk."

"Awas! Nyanyi yang benar!" Zahira mengepalkan tangannya pada Tristan.

Gadis itu kembali masuk ke dalam toilet. Agar pekerjaan mengawalnya cepat selesai, kali ini Tristan menyanyi dengan lirik yang benar.

"Kulihat sebuah anu jauh di tengah anu. Makin lama makin jelas bentuk anunya. Itulah anu-anu yang sedang menganu. Anunya yang di sana menganu di udara."

Zahira menggelengkan kepalanya mendengar lirik lagu yang dinyanyikan Tristan. Sangat tidak jelas dan suaranya juga tidak enak. Tidak sampai seperempat suara merdu Kakaknya. Tapi setidaknya suara jelek Tristan bisa membuat Zahira tenang membuang hajat. Usai dengan urusannya, Zahira menuju wastafel lalu mencuci tangannya. Bersamaan dengan itu lampu toilet kembali menyala. Zahira mendongakkan kepalanya melihat lampu di atasnya. Ketika pandangannya beralih ke kaca wastafel, dia melihat seorang wanita yang sebelah wajahnya rusak dan bersimbah darah.

"Aaaaaa!!!"

Refleks Zahira langsung berjongkok sambil memejamkan matanya. Gadis itu perlahan membuka matanya ketika merasakan hembusan angin di dekat wajahnya. Kini sosok wanita itu sudah berada tepat di sampingnya memperlihatkan wajah menyeramkannya.

"Aaaaa!!!"

Tristan bergegas masuk mendengar teriakan Zahira. Gadis itu tengah berjongkok sambil melihat ke sebelahnya yang masih dihuni makhluk menyeramkan tersebut. Entah kenapa dia tidak bisa memejamkan matanya, malah terus melihat pada makhluk tersebut.

"Zahi.. kamu kenapa?"

Tangan Tristan menyentuh pundak Zahira. Seketika makhluk tersebut berubah jadi kepulan asap dan menghilang. Zahira jatuh terduduk ketika akhirnya makhluk itu pergi.

"Apa ada yang mengganggumu?" tanya Tristan dan hanya dijawab dengan anggukan kepala.

"Sekarang masih ada?" tanya Tristan lagi dan sekarang kepala Zahira menggeleng.

"Kamu bisa berdiri?"

Pelan-pelan Zahira mencoba untuk bangun. Namun kakinya terasa seperti jelly yang sulit menapak. Hari ini dia terus saja melihat makhluk menyeramkan di sekelilingnya. Tahu Zahira tidak bisa berjalan, Tristan pun segera membopong tubuh gadis itu. Refleks Zahira memeluk leher pria itu untuk berpegangan. Matanya melihat pada netra Tristan yang berwarna hazel. Dia baru menyadari kalau rekan kerja Kakaknya ini sangat tampan. Seketika pipi Zahira langsung merona.

"Kamu kenapa? Apa sakit?"

"Ngga."

"Pipimu merah seperti itu."

Perkataan Tristan semakin membuat wajah Zahira memerah. Tanpa sadar gadis itu malah menelusupkan wajahnya ke dada Tristan. Langkah Tristan terhenti sebentar, terkejut dengan apa yang dilakukan Zahira. Jantungnya langsung berdegup tak karuan. Tak lama kemudian dia melanjutkan lagi langkahnya. Sesampainya di bed Zahira, semuanya terkejut melihat Zahira yang dibopong Tristan.

"Zahi, kamu kenapa?" tanya Tamar khawatir.

"Tadi dia lihat makhluk astral lagi di kamar mandi," jawab Tristan sambil membaringkan Zahira di bed.

"Ya ampun sayang."

Stella segera menghampiri anaknya. Zahira masih belum mau membuka matanya. Dia terlalu malu bersitatap dengan Tristan. Melihat tingkah aneh adiknya, Aditya mengajak Tristan menjauh dari sana. Biarkan saja masalah Zahira menjadi urusan kedua orang tuanya.

"Kamu tadi lihat jin lagi?" tanya Stella memastikan.

"Iya."

"Terus, dia apain kamu?"

"Cuma ngelihatin muka jeleknya aja, Ma. Tapi serem banget sampai bikin lemas. Untung Tristan datang dan jinnya langsung hilang."

"Tuh kan, Mama bilang apa. Dia itu cocok jadi pawang kamu."

"Aku belum mau nikah. Minta Tante Suzy aja yang ngawal aku," jawab Zahira masih menutup wajah dengan kedua tangannya.

Sementara Aditya dan Tristan memilih membicarakan kasus bunuh diri yang terjadi belakangan ini. Keduanya berdiri di dekat pintu penghubung IGD dan lobi. Kejadian ini terlihat sangat mencurigakan. Tapi mereka juga tidak tahu apa penyebab orang-orang itu memutuskan untuk bunuh diri.

"Kalau kata Zahi, temannya itu dihasut jin buat bunuh diri. Tapi kita kan ngga bisa kasih laporan seperti itu. Kepalaku jadi pusing," seru Tristan sambil menggaruk kepalanya.

"Iya, belum selesai kasus Wina, udah ada kasus baru."

Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja Suzy dan Aang muncul bersamaan, dan sukses membuat Aditya terkejut.

"Astagfirullah," seru Aditya.

"Kenapa?" tanya Tristan bingung.

"Kita ngobrol di tempat lain aja."

Aditya menggerakkan jarinya, meminta Suzy dan Aang untuk mengikutinya. Pria itu mengajak Tristan dan duo jin yang mengikutinya masuk ke ruang tangga darurat.

"Tris.. sekarang udah ada Tante Suzy sama Aang. Yang di sebelah kanan kamu, yang ngelihatin sampai ngences, Tante Suzy. Yang di sebelah kiri kamu, Aang."

Tristan menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Suzy tak lepas memandangi Tristan. Tidak disangka Aditya mau mengenalkan dirinya pada pria kecengannya. Rasanya penderitaannya selama beberapa hari ini langsung menguap begitu saja.

"Tante dari mana aja sih? Ngilang ngga ada kabar. Kamu juga Aang."

"Maaf Dit, aku sama Aang kejebak."

"Kejebak gimana?"

"Aku sama Aang lagi menelusuri kasus Wina. Tapi ternyata kami bertemu jin yang lebih kuat dan jahat. Kita dikurung sama dia. Baru tadi kita berhasil kabur. Kasus Wina lebih rumit dari dugaan kita. Musuh kamu juga dibacking sama jin. Dan backingnya dia lebih kuat dari aku atau Aang."

***

Yang suudzon sama Suzy udah kejawab ya🫢

Besok aku libur ya🤗

Terpopuler

Comments

☘️ gιмϐυℓ ☘️

☘️ gιмϐυℓ ☘️

Feeling seorang ibu emang jarang salah ya 😄😄😄 tuh buktinya Tristan lulus uji jadi pelindung Zahi 🤭🤭🤭 eh tapi makin kesini kenapa makin runyam begini ya urusan kematian Wina? duh 🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️ coba panggil pawang jin/kyai deh biar bisa kalahin tuh jin jahat 🤭🤭🤭

2024-12-05

6

⏤͟͟͞R•Dḕɛ 🌸

⏤͟͟͞R•Dḕɛ 🌸

bed sama kamar mandinya emang jauhh ya? bukannya di ruangan yg sama?

2024-12-11

2

amma'na Nurul

amma'na Nurul

Tristan cocok nih buat Zahi 🥰 di cariin selama beberapa hari ternyata Tante Suzy sama Aang di kurung sama jin jahat bekingan si pembunuh Bu Wina.. mida²han kasus yg di tangani Adit dan kawan² bisa terselesaikan satu persatu.

2024-12-05

2

lihat semua
Episodes
1 Kembali Ke Bandung
2 Aang
3 Double Indigo
4 Kasus Pertama
5 Perdebatan
6 Partner Baru
7 Mengungkap Kebenaran
8 Autopsi
9 Dua Kasus
10 Tertangkap
11 Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12 Petunjuk
13 Penangkapan
14 Terbongkarnya Rahasia
15 Buntu
16 Wabah Bunuh Diri
17 Melawan Ketakutan
18 Kasus Baru
19 Seperti Kucing dan Tikus
20 Sharrul
21 Semakin Rumit
22 Clue
23 Penyintas
24 One Step Behind
25 Saksi Menyebalkan
26 Tukar Posisi
27 Adu Mulut
28 Debaran
29 Masa Lalu Kelam
30 Another Mistery
31 Kecurigaan
32 Cheryl
33 Ketakutan
34 Asma vs Ayan
35 Rival Hati
36 Titik Terang
37 Saksi Kejahatan
38 Pengalaman Mengerikan
39 Menjadi Tersangka
40 Bukti Tak Terduga
41 Lolos
42 Mangsa Baru
43 Pembunuh Berdarah Dingin
44 Dijebak
45 Kambing Hitam
46 Pasrah
47 Mencari Bukti
48 Melepas Rindu
49 Terkuak
50 Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51 Bahagia dan Cemburu
52 Calon Kakak Ipar
53 Lolos Lagi
54 Saksi Penting
55 Calon Ipar Durjana
56 Calon Mantu
57 Umpan
58 Aksi Penjebakan
59 Romansa
60 Sorrow Brings The Dark
61 Kabar Menghebohkan
62 Pesona Ivan
63 Dilema
64 Kesepakatan
65 Lamaran Dadakan
66 Baper
67 Rencana Ekstrim
68 Duel
69 Penculikan
70 Tumbal Terakhir
71 Final Battle
72 Kehilangan
73 Kesepakatan
74 Penghormatan Terakhir
75 Bertemu Calon Mertua
76 Pengantin Baru
77 Nafkah Batin
78 Serah Terima Kasus
79 Penyelidikan Dimulai
80 Bentrok Dua Kubu
81 Dua Kubu, Satu Target
82 Air dan Minyak
83 Petunjuk Baru
84 Kembali Full Team
85 Kolaborasi
86 Finding Sugih
87 Hajatan
88 Bukti Tambahan
89 Jebakan Tuan Muda
90 In Danger
91 Bantuan Tak Terduga
92 Tante Kim
93 Peninggalan Dito
94 Konspirasi Kelas Kakap
95 Habisi Dari Akarnya
96 Rencana Besar
97 Hadiah Dari Gading
98 Agen Man In Black
99 Rahman Junior
100 Hari H
101 Kemenangan Besar
102 Tak Ada Peluang
103 Tuntas
104 Amarah Safira
105 Bakal Calon Papa Bibil
106 Kabar Bahagia
107 Keluarga Cemara
108 All For Love
109 Vonis
110 Menuai Hukuman
111 Bersatunya Janda dan Perjaka
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Kembali Ke Bandung
2
Aang
3
Double Indigo
4
Kasus Pertama
5
Perdebatan
6
Partner Baru
7
Mengungkap Kebenaran
8
Autopsi
9
Dua Kasus
10
Tertangkap
11
Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12
Petunjuk
13
Penangkapan
14
Terbongkarnya Rahasia
15
Buntu
16
Wabah Bunuh Diri
17
Melawan Ketakutan
18
Kasus Baru
19
Seperti Kucing dan Tikus
20
Sharrul
21
Semakin Rumit
22
Clue
23
Penyintas
24
One Step Behind
25
Saksi Menyebalkan
26
Tukar Posisi
27
Adu Mulut
28
Debaran
29
Masa Lalu Kelam
30
Another Mistery
31
Kecurigaan
32
Cheryl
33
Ketakutan
34
Asma vs Ayan
35
Rival Hati
36
Titik Terang
37
Saksi Kejahatan
38
Pengalaman Mengerikan
39
Menjadi Tersangka
40
Bukti Tak Terduga
41
Lolos
42
Mangsa Baru
43
Pembunuh Berdarah Dingin
44
Dijebak
45
Kambing Hitam
46
Pasrah
47
Mencari Bukti
48
Melepas Rindu
49
Terkuak
50
Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51
Bahagia dan Cemburu
52
Calon Kakak Ipar
53
Lolos Lagi
54
Saksi Penting
55
Calon Ipar Durjana
56
Calon Mantu
57
Umpan
58
Aksi Penjebakan
59
Romansa
60
Sorrow Brings The Dark
61
Kabar Menghebohkan
62
Pesona Ivan
63
Dilema
64
Kesepakatan
65
Lamaran Dadakan
66
Baper
67
Rencana Ekstrim
68
Duel
69
Penculikan
70
Tumbal Terakhir
71
Final Battle
72
Kehilangan
73
Kesepakatan
74
Penghormatan Terakhir
75
Bertemu Calon Mertua
76
Pengantin Baru
77
Nafkah Batin
78
Serah Terima Kasus
79
Penyelidikan Dimulai
80
Bentrok Dua Kubu
81
Dua Kubu, Satu Target
82
Air dan Minyak
83
Petunjuk Baru
84
Kembali Full Team
85
Kolaborasi
86
Finding Sugih
87
Hajatan
88
Bukti Tambahan
89
Jebakan Tuan Muda
90
In Danger
91
Bantuan Tak Terduga
92
Tante Kim
93
Peninggalan Dito
94
Konspirasi Kelas Kakap
95
Habisi Dari Akarnya
96
Rencana Besar
97
Hadiah Dari Gading
98
Agen Man In Black
99
Rahman Junior
100
Hari H
101
Kemenangan Besar
102
Tak Ada Peluang
103
Tuntas
104
Amarah Safira
105
Bakal Calon Papa Bibil
106
Kabar Bahagia
107
Keluarga Cemara
108
All For Love
109
Vonis
110
Menuai Hukuman
111
Bersatunya Janda dan Perjaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!